Chapter 3

9.1K 561 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Dikediaman keluarga Theo, tepatnya di lapang basket. Alden dan Samuel tengah berseteru untuk memasukkan bola basketnya ke ring. Sedangkan Theo sedang beristirahat duduk dipinggir lapangan yang terdapat kursi panjang melihat perseteruan keduanya

"Udah lah capek gw" Alden menghampiri Theo lalu meminum air botolnya

Samuel menghampiri keduanya "lo kapan baliknya Al?"

"Bentar lagi"

Setelah beberapa saat kemudian mereka memasuki rumah Theo

"Kalian udah mau pada pulang"
Seketika mereka menoleh saat mendengar suara tersebut, terlihat seorang wanita paruh dengan pakaian yang sangat mewahnya

"Iya tante" jawab Alden dan Samuel

Ariana Azalia Gilbert, wanita tersebut ibu dari Theo tersenyum menatap anak dan juga teman anaknya

"Yaudah kalian hati-hati dijalan, jangan ngebut bawa motornya" ingat Ariana kepada Alden serta Samuel

"Iya kita pamit duluan tante" ucap Samuel, lalu ia pergi bersama Alden meninggalkan Theo dan mamanya

Ariana mengusap rambut Theo "kamu juga mandi sana bau gini"

Theo merenggut "apaan orang aku masih wangi gini" lalu ia pergi menuju kamarnya

Ariana terkekeh melihat tingkah Theo. Begitulah Theo berbeda sifatnya jika dengan sang mama. Theo memiliki sifat tempramental karena sang ayah, Erick Satya Gilbert. Entah ayahnya yang sangat mencintai istrinya berubah seketika beberapa tahun yang lalu. Setiap ayahnya pulang kerumah selalu saja bertengkar dengan bundanya. Selalu ada barang yang pecah dibanting. Theo yang melihat bundanya menangis karena ayahnya nya, sontak ia sangat membenci ayahnya.

Theo tidak mengerti permasalahan kedua orangtuanya, padahal dulu ia tau secinta apa ayahnya kepada bundanya, namun setelah ayahnya pulang dari luar negeri empat tahun yang lalu pertengkaran itu dimulai. Ia sudah memperingati bundanya untuk berpisah dengan ayahnya, namun bundanya menolak dengan alasan masih cinta sama ayahnya.

***

Di Satu ruangan yang sangat mewah terlihat seorang pria paruh baya yang masih terlihat gagah diusianya tengah duduk dikursi kebanggaannya. Ia tengah menelfon seseorang dengan tangan satunya lagi memegang dagunya

"Ya, jalankan rencananya sekarang"

"......."

"Jangan sampa ada yang mengetahuinya" panggilan pun terputus

Pria tersebut merapihkan jasnya dengan senyum yang masih terpatri diwajahnya

"Rasakan pembalasan dendamku Matthew" ucap pria tersebut

***

Alden mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Ia kini melewati jalanan yang terlihat sepi di sore ini.

Brukk

Seketika motor yang dikendarai Alden jatuh menabrak pembatas jalan

"Awss sial!!" Alden menoleh menatap mobil yang menabrak motornya

Dua orang yang berpakaian hitam keluar dari mobil dan menghampiri Alden untuk memaksa membawanya memasuki mobilnya.

"Cepat ikut kami"

Alden memberontak "siapa kalian bangsat!! Lepasin gw!!" Bughh. Ia memukul wajah salah satu orang tersebut

Ketika ada kesempatan ia lantas berlari. Walaupun ia cukup pandai dalam beladiri tapi tetap saja ia akan kewalahan menghadapi dua orang asing tersebut

"Hei berhenti!!" Kedua orang tersebut lantas mengejar Alden menggunakan mobilnya

***

"Pak ini pesanan atas nama ibu Dewi"
Althan menyerahkan bunganya pada penjaga rumah ibu Dewi, orang yang memesan buket bunganya

"Iya dek"

"Yaudah saya pamit pak" Althan mengenakan helmnya kembali dan mengendarai motornya keluar komplek perumahan ini

Althan sengaja melewati jalan yang cukup sepi agar lebih cepat sampai rumahnya karena kemungkinan tokonya sudah tutup

"Akhh!!"

Althan mengentikan motornya kala mendengar suara teriakan tersebut, ia menolehkan kepalanya. Disana terlihat seseorang yang tengah berlari ditengah jalan dan juga mobil yang mengendarai dengan cepat menuju orang tersebut

Althan lantas membuka helmnya dan meninggalkan motornya untuk membantu orang tersebut, ia berlari sekuat tenaga untuk menarik orang tersebut

"AWAS!!" Brukk

Namun Althan terlambat untuk menolong orang itu, ia malah ikut tertabrak dan terpental bersama orang itu

Darah mengalir dimana mana, kepala Althan terbentur cukup keras ke batu yang berbeda dipinggir jalan. Sedangkan orang tersebut yang tak lain Alden tergeletak dengan bersimbah darah

Mobil yang menabrak tersebut lantas mengerem mendadak

"G-gimana ini kita malah menabraknya" ucap orang yang menyetir mobil tersebut

"Tenang kita telfon bos dulu" orang yang disebelahnya sontak  hpnya untuk menelfon orang yang menyuruh mereka

"H-halo b-bos kita menabrak d-dia bos" dengan gugup ia berbicara pada orang yang ditelfon

"......"

"B-baik bos. T-tapi ada orang lain juga yang mau menolongnya. Jadi kita tabrak keduanya" orang tersebut lantas menoleh ke kaca spionnya yang menghadap langsung pada Althan dan juga Alden yang tergeletak

"......"

"Baik bos" panggilan pun terputus

"Kita bawa mereka berdua"









______________________________________

Vote and coment for next Chapter!

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang