Chapter 14

5.5K 348 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

cklek

Riani membuka salah satu pintu kamar yang beberapa hari ini terkunci. Matanya menyendu menggeledah seluruh ruang kamar itu terlihat banyak piala dan piagam olimpiade yang dimenangkan oleh Althan. Lantas ia melangkahkan kakinya menuju ranjang tempat tidur yang berada dikamar itu. Ia duduk dipinggir ranjang lalu mengambil pigura foto yang berada diatas nakas samping tempat tidurnya

Riani menatap lama wajah anak sulungnya difoto tersebut. Setetes air mata jatuh membasahi foto tersebut. Ia mengusap wajah Althan yang tengah tersenyum difoto tersebut.

"Bunda gak nyangka kamu ninggalin bunda secepat ini. Bunda masih berharap ini semua hanya mimpi. Bunda gak ingin ditinggalin kamu. Kamu adalah alasan bunda untuk terus bertahan saat dulu" isaknya tersedu

Riani mengusap rambut Althan yang tengah berbaring dengan kepalanya yang berada di atas pahanya

"Bunda doain aku ya semoga lusa nanti aku bisa juara olimpiade lagi" ucap Althan seraya memejamkan matanya menikmati elusan tangan bundanya

Riani tersenyum menatap wajah anaknya "bunda gak pernah berhenti doain kamu, kamu hati-hati ya disana jaga diri"

Althan akan mengikuti olimpiade matematika yang berada diluar kota lusa nanti, maka dari itu Riani yang sebelumnya selalu bersama anaknya kali ini serasa kehilangan, ya walaupun Althan disana selama lima hari tetap saja ibu mana yang tidak khawatir dengan anaknya

Memang tak jarang anaknya mengikuti olimpiade diluar kota dan selalu setiap pulang Althan memberikan kebanggaan dengan hasilnya

Althan membuka matanya lalu menatap wajah bundanya "Iya bunda aku akan baik baik aja kok, bunda tenang aja jangan khawatir" ucapnya seraya tersenyum

"Lagian aku juga gak bisa jauh dari bunda, aku nanti kangen sama bunda" lanjutnya

Riani terkekeh "bunda sayang sama kamu" ucapnya seraya mengusap kening anaknya

"Ihh kok gak ajak sih, bunda cuma sayang sama kak Al" sahut Elvan yang tiba tiba masuk kamar bundanya

Riani menoleh menatap anak bungsunya yang tengah cemberut "uhh anak bungsu bunda, sini bunda juga sayang sama kamu kok" ucapnya mengajak Elvan menghampirinya

Lantas Elvan menghampiri mereka lalu memeluk Riani dari samping

Althan bangun dari tidurnya "Apa sih ikut ikutan aja"

"Kakak udah gede juga masih manja sama bunda, harusnya kan aku yang masih kecil ini" Elvan menaruh kepalanya dipundak Riani

"Ck oiya El, kakak titip bunda"

"Tenang aja aku jagain kok, kakak harus menang loh"

"Pastilah, kakak kan selalu menang juara satu" sombongnya pada adiknya

Elvan memutar matanya "sombong banget"

"Udah kalian pintar kok kan anak anak bunda" ucap Riani seraya mengelus rambut kedua anaknya yang dibalas dengan pelukan dari anak anaknya

Riani mendekap erat foto tersebut lalu ia membaringkan tubuhnya diatas ranjang milik Althan, terasa wangi khas Althan masih tertinggal di tempat tidur tersebut

"Kamu tega ninggalin bunda sendiri" lirihnya seraya memejamkan matanya

Tanpa disadari bahwa Elvan sedari tadi melihatnya karena pintu itu sedikit terbuka

"Kak Al kenapa ninggalin aku sama bunda, bunda sangat terpukul dengan kepergian kakak" Elvan mengelap air matanya yang jatuh membasahi pipinya
Lantas ia menutup pintu tersebut membiarkan bundanya tidur dikamar sang kakak

***

Setetes air mata jatuh membasahi pipi Alden yang tengah duduk diatas ranjangnya

"Kenapa aku menangis?" Lantas ia mengusap pipinya

"Ada apa ini sebenarnya, kenapa hati aku kini terasa sakit" ia memegang dadanya seraya menatap kosong kedepan

Alden menghela nafasnya, ia mengalihkan pikirannya teringat ucapan salah satu guru di sekolahnya bahwa ia kurang nilainya disekolah

Lantas ia turun dari ranjangnya lalu berjalan menuju meja belajar yang berada di kamarnya, lalu ia mengorek buku bukunya dan ternyata benar hampir semua nilainya dibawah 70

Alden menghembuskan nafasnya, mungkin ini yang dulu menyebabkan papanya marah dan lebih baik sekarang ia mulai memperbaikinya, pikirnya

Setelah beberapa saat ia mempelajari materi materi pelajaran sekolahnya, tiba tiba pikirannya teralihkan pada kejadian tadi sore. Ntah kenapa Ashton melakukan hal itu, menyentuh sudut bibirnya. Seketika wajah Alden memerah, ia sungguh malu bagaimana nanti bertemu dengan kembarannya itu

***

Disisi lain

Ashton memangku gitarnya, ia duduk dikursi balkon kamarnya memandang langit malam yang indah. Pikirannya teringat kembali dengan adiknya, Alden. Ia sangat merasa aneh dan tidak terbiasa dengan perubahan Alden yang sekarang karena amnesia. Masih teringat jelas saat adiknya menatapnya dengan sorot benci

brak

"Puas lo!! Puas lo liat gw dibentak papa, dimarahin papa!!"

Ashton menoleh ke pintu kamarnya yang terbuka dengan kencang dan terlihat Alden yang tengah memandangnya dengan sorot benci yang berkobar

Alden mengepalkan tangannya "lo seneng kan liat gw dibanding bandingkan sama lo!!"

Ashton menghela nafasnya "Gw gk bermaksud—"

"Lo seneng kan jadi anak kebanggan papa sama mama!!?"

"Salah kalo gw pintar!? Salah kalo nilai akademik gw bagus!? Kenapa lo gak nyalahin papa karena ngebandingin lo sama gw!? Kenapa musti gw yang lo salahkan?" tanya Ashton menatap tajam adiknya

Alden masih menatap emosi wajah Ashton lalu ia membalikkan badannya sembari menutup pintu dengan keras

tring

Ashton kembali sadar dari pikirannya saat terdengar suara dering hpnya lalu ia mengambil hpnya dan terlihat ada pesan dari temannya

Kenan
Jangan lupa besok sore pulang sekolah manggung di cafe Ontime

Ashton
Ya

Ashton meletakkan kembali hpnya setelah membalas pesan salah satu temannya

***














____________________________________

Jangan lupa vote nya!!

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang