Chapter 39

2.8K 209 14
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Althan!!"

Alden berlari menghampiri Leo yang tengah berdiri di depan mobilnya

"Le, kamu jangan panggil aku Althan. Cukup saat berdua aja"

"Ehm.. maaf kelepasan, ayo kita pergi sekarang. Eh.. kamu berangkat sendiri kan?" tanya Leo, ia sebenarnya belum terbiasa dengan wajah baru sahabatnya itu

"Aku dianter sama pak Arman, supir papanya Alden"

"Ohh yaudah kita berangkat"

Leo memasuki mobilnya diikuti Alden yang udah biasa disupiri sahabatnya itu

Theo yang kini tengah diparkiran bersama Samuel juga melihat semuanya dengan penasaran kemana perginya Alden

"Loh.. mau kemana tuh anak dan sama siapa lagi dia perginya?" heran Samuel

Theo mengabaikan ucapan Samuel, ia bergegas menarik gas motornya untuk mengikuti kemana mobil yang membawa Alden

"Woy!!! Tunggu gw!"





***



"Jl Kartika no 40. Itu alamat kliniknya" terang Alden

"Oke aku tau"

"Al gimana kamu menjalani hidup kamu menjadi kak Alden?" tanya Leo sambil fokus menyetir

Alden menghembuskan nafasnya, ia menatap kosong kaca mobil didepannya
"Sedikit susah. Aku gak bisa menjadi diri aku sendiri. Aku harus menjalani kehidupan selayaknya kak Alden"

Kemudian Alden menatap wajah Leo "tapi Le, selama aku manjadi kak Alden kehidupannya berbeda dengan yang kamu sering ceritain tentang kak Alden"
Leo mengernyitkan dahinya
"maksudnya?"

"Mama sama papa kak Alden menyesal dengan yang mereka perbuat seperti memarahi kak Alden atau membandingkannya dengan kak Ashton. Dan mereka berusaha berubah menjadi baik, begitupun kak Ashton yang semakin perhatian sama aku"

Leo menampilkan wajah terkejutnya "kamu serius? Tega banget orang yang ngelakuin ini sama kamu dan kak Alden. Padahal yang aku dengar ini itu impian kak Alden"

"Makanya Le. Aku gak enak sama kak Alden. Harusnya kak Alden yang merasakan semua ini bukan aku"

"Kamu yang sabar Al. Mungkin ini jalan takdir kak Alden dan semoga kak Alden tenang di alam sana. Terus Al kamu udah ketemu sama bunda dan juga Elvan?"

Alden menganggukkan kepalanya seraya mengusap air matanya yang jatuh ke pipinya

"Tapi aku gak kuat. Aku gak kuat ada dihadapan bunda sebagai orang lain bukan Althan, anaknya"

"Kenapa kamu nggak jujur aja sama bunda"

"Gak bisa Le. Saat aku mau jujur selalu ada yang mengancam aku. Seolah olah aku terus diawasi sama orang itu. Makanya aku jujur sama kamu Le. Aku gak tau harus minta tolong sama siapa lagi"

"Kamu tenang aja Al. Sebisa mungkin aku akan bantu kamu. Nah udah sampe"

Leo menghentikan mobilnya didepan bangunan yang cukup besar tertutup pagar dan sangat sepi tidak ada satu orang pun

Alden lalu turun dari mobil, ia menatap klinik didepannya ini dengan bingung

"Serius Al ini kliniknya?"

Leo menatap sekeliling klinik tersebut lalu matanya tertuju pada tulisan yang berada dipagar klinik tersebut

"Loh Al, ini kliniknya udah ditutup"

"K-kenapa bisa?"

Leo melihat pejalan kaki yang berada didepan sana, lantas ia menghampirinya

"Permisi bu mau tanya, ini kalo boleh tau kenapa kliniknya ditutup ya?" tanya Leo kepada wanita paruh baya didepannya

"Oh klinik ini ditutup karena melakukan mal praktek, pengobatan secara ilegal"

"Makasih ya bu"

Alden yang mendengar itupun semakin tertunduk. Padahal ini satu satunya harapan untuk mencari bukti bukti itu

"Gimana lagi aku harus cari buktinya Le"

Leo mengusap bahu Alden "kita pasti bisa dapetin bukti lain lagi Al"

Theo yang kini diseberang jalan sana dengan Samuel bertambah bingung dengan dua orang tersebut. Ada rasa tidak suka melihat kedekatan Alden dengan orang lain

"Ngapain tu anak didepan klinik yang udah ditutup?" heran Samuel

"Kenapa kliniknya ditutup?" tanya Theo penasaran

"Itu klinik terciduk melakukan mal praktek. Terus ada urusan apa tu anak kesini?"

Theo tidak menjawab ucapan Samuel. Ia sendiri pun bingung dengan apa yang dilakukan Alden. Ada urusan apa Alden pergi ke klinik tersebut.





***



Seorang pemuda tengah mengusap kedua batu nisan didepannya dengan tatapan sendunya

"Aku masih gak nyangka kalo papa sama Lula pergi secepat ini. Aku mau ucapin makasih sama papa dan juga Lula yang udah anggap aku sebagai keluarga kalian"

"Terimakasih karena kalian aku kembali merasakan lagi apa itu keluarga. Makasih karena papa udah anggap aku seperti anak papa sendiri. Dan juga Lula, mungkin ini berkat kamu juga. Sekarang Lula udah gak ngerasa sakit lagi. Kakak akan selalu sayang sama kamu"

"Aku ucapin banyak terimakasih juga karena berkat papa aku masih hidup. Walaupun aku harus menjalani hidup baru dengan wajah orang lain"

"Tapi aku bahagia pa dengan kehidupan ini. Aku seperti membuka lembaran baru di hidup aku"

Seseorang pria tampan dengan jas mewahnya menghampiri pemuda tersebut yang masih berbicara seraya mengusap batu nisan

Melihat kedatangan pria tersebut. Pemuda itu berdiri melangkah kakinya menuju pria didepannya

"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya baby?" ucap pria tersebut seraya mengusap rambut pemuda didepannya

Wajah manis pemuda tersebut yang tadinya sendu kini mengeras dengan tangan yang mengepal

"Gw akan mengambil apa yang seharusnya jadi milik gw. Dan gw akan membalas setimpal perbuatan orang yang udah merubah wajah gw!!"

Pria tersebut memasukkan tangannya ke saku celana "aku-kamu baby. Jangan lupa kamu harus mengubah gaya bicara kamu saat sama aku"

Wajah pemuda tersebut merenggut kesal "Ckk... Iya iya. Ayo kita pergi!"

Pemuda tersebut melangkah kakinya keluar dari pemakaman tersebut menuju mobil yang sangat mewah milik pria yang berjalan mengikutinya dibelakang

Sedangkan pria tersebut terkekeh, ia sangat gemas dengan tingkah laku pemuda manis didepannya itu










____________________________

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang