Chapter 43

2.2K 167 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bulan yang tampak bersinar di kelilingi beberapa bintang yang menghiasi langit malam sedikit menenangkan hati Alden yang diliputi resah

Alden kini duduk dikursi taman belakang, ia memang sengaja mencari tempat untuk menenangkan diri dan juga mencari kesempatan untuk menghubungi Leo

"Ya Al, ada apa?"

"Gimana keadaan bunda Le!?"

"Kamu tenang aja Al, bunda baik baik aja kok cuma sekarang harus dirawat beberapa hari"

Alden menerbitkan senyum leganya, rasanya bebannya sedikit terangkat

"Makasih banget Le, aku gak tau harus gimana kalo gak ada kamu"

"Al, kamu tau kan bunda juga udah aku anggap seperti ibu aku sendiri. Kamu gak usah khawatir biar aku yang jaga bunda sama Elvan"

"Aku ucapin makasih banget Le sama kamu"

"Udahlah Al, terus gimana sama kamu? Kamu baik baik aja kan Al?"

Alden menghembuskan nafasnya, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Ntah mengapa ia tidak tahan untuk tidak menangis jika ada seseorang yang menanyakan tentang keadaan dirinya

"Le, apa aku harus menerima takdir aku? Apa aku harus menerima kenyataan bahwa sekarang aku bukan Althan?"

"Kita pasti bisa cari solusi lain Al, jangan nyerah dulu"

"Tapi aku takut bunda kenapa napa Le. Kamu tau kan aku cuma punya bunda. Walaupun aku ada didekatnya hanya sebagai orang lain, aku gapapa Le "

"Tapi Al kamu juga harus pikirkan perasaan bunda. Gimana perasaan bunda kalo tau selama ini anak kandungnya masih hidup"

"Kamu benar, tapi aku bingung Le"

"Lebih baik kamu pikirkan dulu baik baik Al. Kamu bisa minta tolong apapun sama aku"

"Iya Le makasih banyak"

Alden menatap langit malam dengan pandangan kosong, begitu banyak masalah yang ia harus hadapi.
Sejujurnya ia merasa berat dan juga lelah menjalani kehidupan yang begini
Namun dengan perlahan semua dapat ia atasi beberapa bulan ini sebagai Alden, sedikit susah ia harus beradaptasi dengan lingkungannya selayaknya Alden

Hingga tak terasa beberapa minggu lagi ujian sekolah akan datang. Ia belum memikirkan akan melanjutkan kemana setelah lulus nanti. Bahkan seharusnya ia baru naik kelas 12, karena Althan dan Alden terpaut satu tahun

Semua impian dan cita-cita yang ia rencanakan dulu terpaksa harus terkubur. Padahal ia ingin mengambil beasiswa lagi untuk kuliahnya. Ia ingin membuat bundanya bangga

"Ekhm..."

Alden terkejut, ia segera menghapus bekas air matanya melihat kedatangan Ashton yang kini ikut duduk disebelahnya

"Udah malem, kenapa masih diluar?" tanya Ashton menatap Alden

"Hmm cuma bosen aja dikamar terus"

Alden berusaha mengalihkan pandangannya dari Ashton, ia sedikit gugup apa Ashton mendengar percakapannya dengan Leo tadi

"Angin malam gak baik buat tubuh" ucap Ashton mengalihkan pandangannya dari Alden

"Ya bentar lagi juga mau masuk"

Hening menerpa, tak terdengar lagi suara dari keduanya. Terdiam masih menatap langit dengan pikirannya masing-masing

Puk

Ashton menolehkan kepalanya menatap wajah Alden yang tertidur bersandar di bahunya. Sejenak ia terus menatap wajah adiknya yang terlihat manis dimatanya
Sebelah tangan Ashton terulur untuk mengelus rambut Alden

"Seberapa keras pun gw menyangkal. Gw gak bisa bohongin diri gw sendiri bahwa gw sayang sama lo bukan sebagai kakak"

Ia tau bahwa ini memang tidaklah benar, mana mungkin seorang kakak memiliki rasa yang lebih kepada adiknya.

Setelah beberapa hari mencoba untuk menghindari Alden, ia tetap tak bisa untuk tidak melihat Alden. Ia tak suka disaat Alden dekat dengan temannya. Ia juga tak suka disaat Alden tersenyum lebar selain kepadanya

Ashton menahan kepala Alden, lalu ia menarik tubuh Alden dan mengangkatnya dengan bridal style untuk memasuki rumah

Ashton mendorong pintu kamar Alden dengan tubuhnya, ia membaringkan tubuh Alden di ranjang tempat tidur Alden.

Ashton mendekatkan wajahnya pada Alden, sejenak ia terus menatap adiknya lalu ia mencium dahi sang adik

Ashton menarik selimut hingga batas dada adiknya. Lalu ia pergi keluar dari kamar Alden.






***



Prang

Seorang pria muda membanting vas bunga dengan penuh amarah mengejutkan pasangan paruh baya yang tengah bermesraan di ruang tengah

"Apa apan kamu hah!!!" Sentak pria paruh baya tersebut yang terkejut dengan tingkah anaknya

"Kalian yang apa apaan sialan!!"

Jawab pria muda tersebut dengan dada yang kembang kempis menatap wajah kedua orang tuanya. Ia tak menyangka dengan fakta yang ia ketahui beberapa saat lalu

Fakta yang membuatnya sangat terkejut dan semakin bertambah benci terhadap orang tuanya.

"Apa yang lo lakuin pada temen gw sialan!! Lo udah ngehancurin hidup temen gw, bahkan sampai dia meninggal!"

"Kalian gak pantas disebut manusia!"

Bugh

Bugh

"Berhenti bicara omong kosong!! Kamu gak perlu ikut campur anak gak berguna!!" sentak pria tersebut seraya memukul wajah anaknya

"Udah mas berhenti!" Ucap wanita paruh baya yang melihat tindakan suaminya

Wanita tersebut menghampiri anaknya, lalu ia membantunya untuk berdiri

Namun pria muda tersebut malah menghempaskan lengan yang hinggap di bahunya

"Gw gak butuh bantuan lo!"

Pria tersebut terkekeh miris seraya mengusap darah disudut bibirnya. Ia memandang bergantian wajah kedua orang tuanya

"Gw nyesel lahir dari orang tua seperti kalian. Kalo gw bisa minta sama tuhan, lebih baik gw gak terlahir ke dunia ini" ucap pria lalu ia pergi meninggalkan kedua orang tuanya

Wanita paruh baya tersebut menatap kepergian anaknya dengan tatapan sedikit sendunya

"Maafin mama Sam, tapi ini yang seharusnya mama lakukan" batinnya

















_______________________________

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang