Chapter 36

3.4K 221 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Cheers..."

"Gimana apa kamu senang honey?"

Wanita paruh baya dengan pakaian seksi dan dandanan yang mencolok tersebut bersandar di dada pria paruh baya dengan segelas wine ditangannya, ia mengelus dagu pria tersebut dengan senyuman miring dibibirnya

"Sangat sangat senang, setelah sekian lama akhirnya kita menemukan dia"

Senyum miring ikut terpatri di wajah yang sedikit ada kerutan pada pria tersebut, ia mengecup rambut wanita yang ada didepannya

Keduanya tengah berada di balkon apartemen mewah yang memperlihatkan gedung bertingkat di kota tersebut pada malam hari

"Jadi kapan kita pergi bersama sejauh mungkin dari sini?"

Wanita tersebut meminum wine nya "bentar honey, masih ada yang harus aku lakukan untuk dia"

Pria tersebut membalikkan badan wanita didepannya, lalu ia menarik dagunya dan mengecupnya "aku bisa menyuruh orang untuk membunuhnya langsung"

Sang wanita mengusap bibir pria tersebut dengan menatap dalam matanya "gak akan seru dong honey, aku yang akan urus dia sendiri"

"Okey aku akan dukung apapun yang kamu lakukan, tapi hati hati sepertinya dia sangat cerdas"

"Ya, bertahun tahun kita mencarinya, ternyata dia menggunakan identitas namaku"

"Walaupun dia cerdas tapi sayang sangat lemah, malang sekali hidup adikku itu"





***



"Apa yang harus aku lakukan? Gak mungkin aku selamanya diam terus begini. Aku gak punya bukti apapun, mereka gak akan percaya sama apa yang aku ucapkan"

Alden meringkukan tubuhnya diatas ranjang. Ia berada dikamar kediaman keluarga Matthew

Sekarang masih jam 5 pagi, sedangkan bel sekolah berbunyi jam 07.30. ia bangun pagi karena kebiasaannya dulu selalu membantu Riani sebelum berangkat sekolah

"Bunda... Althan kangen sama bunda"

Alden menyibakkan selimutnya, ia membereskan tempat tidurnya. Ia berencana membuat sarapan untuk keluarganya dari pada hanya merenung

Alden menuruni tangga melangkahkan kakinya menuju dapur. Terlihat bi Wati yang sepertinya akan mulai memasak

"Bi biar aku bantu masaknya"

Bi Wati sudah tak terlalu terkejut dengan kedatangan Alden. Karena Alden sekarang selalu menjadi orang yang pertama bangun dibanding dengan yang lain

"Emang den Al mau masak apa?"

Alden terdiam, terlintas dipikirannya untuk membuat nasi goreng udang. Karena makanan itu merupakan kesukaan Riani, bundanya.

"Aku mau buat nasi goreng udang"

"Yaudah bibi mau siapin udangnya dulu"
Mata bi Wati menelisik gerak gerik Alden yang tengah memasak dengan lihainya. Ia menatap dengan tatapan menyelidik

"Akhirnya selesai. Bi tolong sebagian masukin ke tempat makan, aku mau bawa ke sekolah"

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, lantas ia pergi ke atas untuk bersiap siap ke sekolah






***



"Hmm... Mama udah ketebak ini masakan siapa"

Satu persatu anggota keluarga menduduki kursinya masing masing

"Mama itu masih gak nyangka loh Al kalo kamu pinter masak gini" ucap Yasmin sembari memulai menyuapkan makanannya

"Tuh kan... Sepertinya mama harus belajar dari kamu" Yasmin tersenyum melihat Alden

"A-apasih ma... Ini biasa aja" Alden sedikit salah tingkah

"Serius, liat kakak kamu aja Ashton sampai lahap gitu" Yasmin menunjuk Ashton yang sibuk sendiri dengan makanannya

Ashton berdehem, ia sedikit malu ditatap semuanya karena makan dengan lahap

"Biasa aja" jawabnya cuek

"Hmm... Aku mau berangkat duluan ma, pa" ucap Alden seraya membereskan piringnya

"Loh sedikit banget sarapannya"

"Gapapa ma aku akan bawa bekal ke sekolah kok"

Yasmin menganggukkan kepalanya "yaudah kamu mau berangkat sendiri?"

"Ngga ma, aku belum terlalu lancar pakai motornya"

"Yaudah sama Ashton aja"

Alden melirik Ashton yang sedari tadi menatapnya, ia menggelengkan kepalanya "gak usah ma aku mau sama pak Arman aja"

"Yaudah hati hati Al"

Ashton menatap kepergian Alden, ia seperti mendapatkan penolakan dari Alden




***



Alden menatap jalanan dari kaca mobil disampingnya. Ia ingin menceritakan keadaannya saat ini tapi kepada siapa, apakah ada orang yang percaya kepada-nya

Terlintas dibenaknya nama Leo, apakah ia harus mengaku pada sahabatnya itu, apakah Leo akan mempercayai semua ucapannya

Tidak ada salahnya jika ia mencoba, ya mungkin sahabatnya itu bisa membantunya menyelesaikan masalah ini

"Kenapa pak? Apa ada sesuatu?"

Alden menyipitkan matanya melihat gelagat pak Arman yang sedari tadi mencuri curi pandang menatapnya lewat spion

"N-nggak den Al"

"Yaudah pak tolong sedikit agak cepat"



***



Bel istirahat sekolah Sansakerta berbunyi dan otomatis siswa siswi berbondong bondong keluar kelas menuju kantin sekolah

"Kuy ke kantin!"

"Kalian aja ke kantin, aku bawa bekal" ucap Alden seraya mengambil bekal dari tasnya

"Lah tumben banget, lo nyuruh bi Wati yang buat?" Samuel kembali duduk di kursinya menatap bingung Alden

"Ngga lah ini aku yang masak sendiri"

"Hah!? Yang bener aja lo!!" ucap Samuel kaget begitupun dengan Theo

"Gapapa gak percaya juga" jawab Alden dengan santai memakan nasi goreng udangnya

"Coba gw mau" Samuel dengan cepat merebut sendoknya lalu memakannya

"Gila!! Ini enak banget, gw makin gak percaya lo yang buat ini!"

Theo yang mendengar itupun ikut memakan nasi gorengnya. Tapi keningnya berkerut merasakan makanan itu, ia seperti pernah memakan nasi goreng tersebut

"Bentar! Kok gw familiar sama rasanya"

"Lahh ini kan sama kayak kiriman makanan lo kan!?" Tunjuk Samuel pada Theo

"Kiriman makanan?" Alden menatap bingung Samuel dan juga Theo

"Ck... lo kan amnesia. Tu orang selalu dapet kiriman makanan. Bahkan lo juga sering ikut makan"

"Dari siapa?"

"Gak tau"

Alden menggidikan bahunya acuh. Nasi goreng yang ia buat itu ajaran Riani, dengan kata lain resep bundanya sendiri. Mungkin ada yang sama dengan orang lain

"Aku keluar dulu sebentar"

Alden membereskan tempat makannya, ia akan berencana untuk menghampiri Leo sekarang juga












_________________________

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang