Chapter 26

4.5K 306 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Alden coba jelaskan apa itu listrik statis!"

Alden terkesiap mendengar suara tersebut. Ia menegakan tubuhnya, Ia tidak sadar bahwa sedari tadi melamun dan tidak mendengar guru yang menjelaskan materi didepan kelasnya

"Hmm..Listrik statis adalah kumpulan muatan listrik berjumlah tertentu yang tidak mengalir atau tetap. Listrik ini timbul karena benda yang beraliran listrik saling bertautan tanpa adanya sumber daya listrik. Dengan kata lain, benda tersebut dapat menghasilkan proton dan elektron tanpa pembangkit listrik" jawabnya dengan jelas

Bu Retno, guru mata pelajaran fisika tersebut menganggukkan kepalanya, ia sedikit puas dengan penjelasan Alden "bagus, tapi lain kali jangan melamun ya tetap fokus"

Alden menganggukkan kepalanya "maaf bu"

Samuel menyenggol lengan Alden yang berada disampingnya "lo mikirin apaan? Lo dikejar rentenir ya?"

Alden menginjak kaki temannya itu dengan keras "berisik"

Samuel tersentak tanpa sengaja kakinya menendang meja yang menimbulkan suara keras sontak seluruh siswa menatapnya

"Ya Samuel ada apa?" tanya bu Retno

Samuel menggelengkan kepalanya panik "n-nggak kok bu"

Alden mengangkat tangannya "bu, boleh saya ijin ke toilet?"

"Iya silahkan"

Alden pun berdiri berjalan pergi keluar kelas meninggalkan Samuel yang sedang misuh misuh sendiri


***

brukk

"Ehh.... Maaf kak Alden, a-aku tidak liat jalan"

Leo menundukkan kepalanya, lagi lagi ia menabrak kakak kelasnya ini. Ntah kebetulan atau apa ia selalu bertemu Alden. Namun ia merasa aneh saat kakak kelasnya ini hanya diam. Lantas ia mengangkat kepalanya menatap wajah Alden

Leo mengernyitkan dahinya dengan tatapan yang dilayangkan kakak kelasnya itu terasa berbeda. Alden menatapnya dengan mata yang sedikit berair

"Leo..." gumam Alden, dengan segera ia berlari meninggalkan Leo yang masih menatapnya heran

Alden menduduki kursi yang berada ditaman belakang sekolahnya. Ia sebenarnya akan kembali ke kelas setelah dari toilet. Namun pertemuannya dengan Leo, teman dekatnya membuatnya teringat kembali dengan kehidupannya yang dulu

Alden menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Lagi lagi isakan kecil keluar dari bibirnya. Sungguh ia tidak tau harus melakukan apa. Ia tidak menyangka bahwa takdir hidupnya seperti ini

Sebuah tangan yang menyodorkan sapu tangan mengalihkan perhatiannya. Ia menengadahkan kepalanya menatap orang yang berdiri di depannya yaitu Theo

Theo sebenarnya mengikuti Alden ketika ijin ke toilet. Ia juga melihat Alden yang bertabrakan dengan adik kelasnya. Sampai ia sendiri bingung saat melihat Alden menangis ditaman belakang sekolah. Ini baru pertama kalinya ia melihat Alden orang yang keras kepala dan pemberontak ini tengah menangis. Benaknya dipenuhi beberapa pertanyaan, apa yang membuat Alden menangis terisak seperti ini

"M-makasih.." Alden mengambil sapu tangan yang disodorkan Theo

Theo mendudukkan dirinya disamping Alden lalu ia kembali menatap Alden "lo kenapa?"

Alden menggelengkan kepalanya seraya mengelap air matanya dengan sapu tangan itu "aku gapapa"

Theo mengeluarkan rokok disaku celananya lantas ia membakarnya "kalo ada masalah cerita aja sama gw"

Alden yang melihat itupun sedikit panik, ia memukul lengan Theo "ini masih dihalaman sekolah ngapain ngerokok!!"

Theo menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, ia mengembuskan asap rokoknya dengan santai "gak akan ada yang liat"

Alden berdecak, ia kembali mengusap sisa sisa air mata diwajahnya dengan sapu tangan

"Lo ada masalah?"

"Iya, masalah hidup" ceplosnya

"Masalah itu dihadapi bukan ditangisi"

Alden terdiam mendengar ucapan Theo. Bagaimana caranya menghadapi masalah ini. Ia tidak punya kuasa untuk menghadapi orang yang mengancamnya. Ia juga tidak ingin bunda dan adiknya kenapa napa.

"Heii kalian!! Masih disekolah udah ngerokok hah!!"

Teriakan tersebut mengagetkan keduanya, tak lama kuping mereka terasa sakit karena ditarik pak Bandi, guru yang memergokinya

"Aw..aww pak sakit!! Aku gak ngerokok pak!" rengek Alden sedangkan Theo hanya meringis

Pak Bandi melepaskan tangannya di kuping kedua muridnya, ia melayangkan tatapan tajam "sekarang kalian berdiri ditengah lapang dan hormat sampai jam istirahat tiba!!!"

"B-baik pak"


***


Alden meninju lengan Theo yang berada disampingnya. Kini keduanya tengah hormat didepan tiang bendera tengah lapangan

"Liat!! Gara gara kamu ishh...." dengan sebelah tangannya ia bertubi-tubi memukul lengan Theo

Theo meringis sedikit terasa sakit pukulan yang dilayangkan Alden pada lengannya, namun ia tetap membiarkannya

"io panas ishh....." rengeknya

Theo menggigit pipi didalam mulutnya mendengar rengekan Alden padanya. Setidaknya Alden sekarang tidak menangis lagi

Theo maju kedepan menghalau sinar matahari yang menuju Alden dengan tubuh besarnya "udah gak panas kan?"

Alden yang mendengar itupun berdecak, namun tak ayal ia menyembunyikan tubuhnya dibalik badan Theo agar tidak terkena sinar matahari

Tanpa sadar seseorang melihat semuanya dilantai atas. Ashton melihat adiknya yang tengah dihukum bersama musuhnya. Ia mengepalkan tangannya, hatinya terasa kesal melihat kedekatan Alden dengan Theo. Apalagi Alden yang merengek pada musuhnya itu. Rasanya ia ingin Alden hanya merengek padanya.













___________________________________

Maaf kayaknya chapter ini agak pendek

Jangan lupa vote nya!!

Not Me (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang