Sebuah peristiwa besar yang mengubah kehidupan seorang Althan, entah kesalahan apa yang ia buat sehingga ia harus merasakan semua ini.
Seseorang yang tidak bertanggung jawab merubah wajahnya menjadi wajah orang lain yang tak lain adalah wajah Alden...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Leo!! Tunggu!"
Alden berlari menghampiri Leo yang hendak keluar kelas
"Akhirnya kita ketemu"
Leo menundukkan kepalanya sedikit takut melihat kakak kelasnya yang memiliki perangai buruk, walaupun beberapa waktu ini semua temen sekelasnya sering membicarakan tentang perubahan Alden yang kini menjadi lebih baik
"A-ada apa kaka cari aku?"
Leo heran saat teman sekelasnya mengatakan bahwa kemarin Alden mencarinya
"Ada yang harus kita omongin, ayo ikut aku"
Alden menarik lengan Leo, kebetulan saat ini tengah jam istirahat
Alden mendudukkan tubuhnya di kursi taman sekolah diikuti Leo disebelahnya
Bibir Alden terbuka untuk mengatakan sesuatu, tapi yang keluar hanya isakan. Ia tidak mampu menahan sesak di dadanya
"K-kak Alden kenapa?"
Leo bingung dengan tingkah kakak kelasnya itu yang tiba tiba menangis didepannya
"A-aku... Althan Le!! Aku adalah Althan bukan Alden...."
Leo semakin menampakan wajah bingungnya
"M-maksud kaka a-apa?"
Alden memegang kedua bahu Leo
"Aku Althan Altario sahabat kamu Leo!!"
Leo menggelengkan kepalanya, ia melepaskan tangan Alden di bahunya
"Kakak jangan bercanda, itu bukan lelucon!"
Leo bangkit dari duduknya, ia hendak pergi menghiraukan ucapan Alden
"Tidak ada rahasia diantara kita. Aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari kamu, begitupun sebaliknya. Kamu tidak bisa menyembunyikan apapun dari aku"
Ucapan Alden menghentikan langkah Leo, itu adalah kalimat yang selalu ia katakan dengan Althan, sahabatnya. Mereka berdua memang selalu sulit menyembunyikan apapun. Ntah itu selalu keceplosan atau mimik wajah yang selalu tertebak sehingga tidak ada lagi rahasia diantara mereka, dan sedekat itu mereka bahkan lebih dari sahabat
"Kamu selalu bilang kesepian dirumah sehingga kamu selalu menginap dirumah aku, rumah bunda. Kamu pengen punya adik yang ingin selalu kamu jahili seperti Elvan yang sering kamu panggil Ruby"
Leo membalikkan badannya menatap Alden dengan mata yang berkaca-kaca. Ia memang anak tunggal, apalagi orangtuanya yang terlalu sibuk bekerja sehingga ia selalu nyaman dengan sahabatnya itu
"B-bagaimana mungkin?"
"Karena aku memang Althan Le! Aku masih hidup. Aku Althan yang wajahnya dirubah menjadi orang lain"
Leo berjalan perlahan menuju Alden seraya mengamati wajah Alden. Ia memang terasa familiar dengan mata itu
"Kamu percaya kan Le!?"
"Bagaimana bisa Al?"
Alden langsung memeluk Leo yang sedikit lebih pendek darinya, ia semakin terisak dengan badannya yang bergetar
"M-mereka jahat Le.... Mereka merubah wajah aku hiks...."
"Kita duduk dulu Al"
Leo mengusap wajahnya yang ikut berlinang air mata, ia membantu Alden untuk kembali duduk di kursi
"Siapa Al? Siapa yang udah ngelakuin semua ini sama kamu" ucap Leo seraya menangkup wajah Alden dengan tangannya
"Gak tau hiks......"
Leo kembali memeluk Alden. Ia sangat terkejut dengan semua ini. Pantas saja akhir akhir ini ia selalu merasa bahwa kakak kelasnya itu selalu memperhatikannya
Ini sedikit masuk akal, perubahan Alden dimulai setelah kabar kematian Althan, sahabatnya.
"Kamu tenang Al. Ceritain semuanya kenapa kamu sampai jadi begini"
Mengalirlah cerita dari bibir Alden semuanya yang dialaminya tanpa terlewatkan
"Aku gak mau selamanya menjadi Alden"
Leo kembali memeluk Alden seraya mengusap punggungnya
"Ini udah seharusnya masuk jalur hukum Al! Mereka merubah paksa wajah kamu dan juga ngancam kamu!"
Alden menggelengkan kepalanya "Tapi aku gak punya bukti apa apa Le. Aku takut mereka ngapa ngapain bunda sama Elvan"
"Kalo benar wajah kamu dan kak Alden ditukar jadi orang yang meninggal itu kak Alden?" Tanya Leo dengan serius menatap Alden
"Kemungkinan iya. Aku gak tau apa yang terjadi setelahnya karena aku amnesia"
Memang sedikit janggal, kematian Althan kemungkinan diduga perampokan. Tapi tidak ada satupun barang Althan yang hilang dan juga Althan ditemukan di semak dengan wajah sebelahnya yang rusak
"Aku gak tau apa yang harus aku lakukan Le! Aku gak mau hidup menjadi orang lain selamanya"
"Tunggu dulu, kamu bilang pertama kali buka mata kamu di sebuah klinik? Apa kamu udah mencari tahu dokter yang menangani kamu!?"
Alden terdiam, kenapa ini tidak terpikirkan olehnya. Kenapa ia baru ingat dengan orang yang katanya penolong atau dokter yang menanganinya saat itu
"Kenapa aku gak kepikiran kesana" Alden meremas rambutnya
"Jadi kamu masih ingat nama klinik atau dokternya?" tanya Leo beruntun
Alden menganggukkan kepalanya "iya aku masih ingat"
"Yaudah pulang sekolah kita langsung kesana"
***
"Al dari mana aja lo. Kita cari gak ketemu" Tanya Samuel ketika melihat Alden yang baru saja memasuki kelas
"Ehh lo kenapa Al? Kenapa mata lo sembab gitu?"
Alden duduk di bangku samping Samuel, ia berusaha untuk menutupi wajahnya yang berantakan habis menangis
"Aku gapapa"
Samuel semakin penasaran dengan teman sebangkunya, ia mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas
"Lo abis nangis!? Waw... Seorang Alden menangis? Aws..."
"Lo kenapa Al!?"
Ucapan Samuel terpotong oleh Theo yang menariknya dari tempat duduknya, menggantinya dengan dirinya
Theo memegang bahu Alden dengan tatapan khawatir, mengabaikan Samuel yang mencak mencak
"Aku gapapa, ini cuma kelilipan tadi" elak Alden
Sebelah tangan Theo mengusap pipi Alden yang masih terdapat bekas air mata
Theo menatap dalam mata Alden "apa lo gak percaya sama gw? Biasanya gak ada yang lo tutupin dari gw Al"
Alden melepaskan tangan Theo "maaf, gak harus semuanya kamu tau masalah aku" Alden menghadap ke depan untuk menghindari tatapan Theo
'Sebenarnya ada apa Al sama lo, kenapa lo menutupi semuanya dari gw'