Baju sekolah yang lusuh ia pakai tanpa rasa malu. Jarak rumah yang begitu jauh juga tidak menjadi masalah untuk gadis lugu itu. Ia ingat almarhumah ibu nya pernah mengatakan, belajar lah yang baik agar ibu dan ayah bisa berkunjung ke rumah mu yang bagus suatu saat nanti. Gadis cantik jelita itu ingin mewujudkan nya. Walau sukar karena sang ayah tidak mampu lagi memenuhi tanggung jawab untuk membiayai sekolahnya, tidak masalah, anak itu bisa bekerja part time di rumah mewah seorang pebisnis yang kaya raya setelah pulang sekolah.
Cantik sekali wajah nya. Senyum nya juga begitu indah. Dia memiliki bibir tebal bewarna merah muda. Mata bulat nya cerah memiliki double eyelid yang kerap kali dikagumi orang yang melihatnya. Rambut yang tidak terlalu hitam menjuntai panjang dengan poni depan yang menutupi dahi yang sedikit lebar. Kulit gadis itu putih bersih seakan ia sering melakukan perawatan ratusan juta. Padahal tidak, mana mungkin, saat untuk makan saja terkadang susah.
Lalisa, nama pemberian sang ayah berharap anaknya memiliki takdir yang indah di masa depan nya.
Derap langkah kaki lalisa berlari kencang. Ia menginjak kubangan air yang tercipta karena hujan beberapa saat lalu. Ayah nya sedang sakit di rumah, hingga lalisa harus merawatnya terlebih dahulu sebelum pergi ke sekolah. Pria paruh baya yang berusia 50 tahun itu kerap sekali mengeluhkan sakit pada jantung nya. Lalisa tidak bisa berbuat banyak selain memberikan obat yang ia beli dari apotik kecil dekat rumah mereka.
Slasshh!! [langkah kaki nya terhenti di dalam air yang kotor].
Lalisa mengatur nafasnya. Kubangan air di depan gerbang sekolah membuat kaos kaki putih yang ia kenakan menjadi basah dan kotor. Rambut lalisa terlihat lembab karena keringat dan rintikan air hujan yang membersamai nya. Ia menelan saliva kasar menatap para penjaga sekolah tidak mau memperdulikan. Gerbang itu sudah di tutup tepat pukul delapan pagi hari ini.
"Pak, boleh saya masuk? Hari ini ada tes matematika. Sangat penting, saya mohon"
Berucap gadis 16 tahun itu, berharap dua pria ini mengasihani nya. Namun tidak ada yang bergeming, mereka sibuk menyeruput kopi dengan tatapan yang tidak perduli. Lalisa membuang nafas gusar, ia tatap gedung tinggi tempat ia mengemban ilmu. Hari ini ada tes matematika untuk menambah nilai raport kenaikan kelas tiga, jika lalisa tidak mengikuti nya bisa-bisa beasiswa akan dicabut karena nilai nya berkurang dari semester sebelum nya.
"Pak tolong" lalisa menyatukan kedua tangan dengan bibir yang ia gigit kecil. Wajah polos dengan pandangan yang teduh tidak menggetarkan hati para penjaga itu.
"Buka gerbang nya" Ucap seseorang.
Lalisa menajamkan matanya. Ia tatap seseorang sedang berjalan mendekati para penjaga dari dalam halaman sekolah. Lalisa tersenyum lebar saat mendapati sahabat baik nya berjalan santai dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
"Tuan, aturan sekolah tidak mengizinkan siapapun datang terlambat"
"Aku bilang buka pintu nya!!"
Tidak ada yang bisa melawan pria tinggi itu. Senyuman yang ia lemparkan pada lalisa sangat membuat gadis itu tenang. Ia tahu sahabat satu-satunya nya ini akan menolong nya. Dia, pewaris tunggal dari pemilik SOPA High School siapa pula yang berani membantah perintah dari pria berkulit putih dengan mata tajam nan runcing ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐜𝐤𝐢𝐧𝐠𝐛𝐢𝐫𝐝| 𝐋𝐢𝐳𝐤𝐨𝐨𝐤
Romance{M} Tidak ada cinta untuk siapapun, tidak ada belas kasih atau rasa empati kepada siapapun. Hati itu keras dan tak tersentuh. hingga kesalahan nya malam itu membuat ia jatuh, jatuh cinta sepenuh jiwa pada putri satu-satunya. Gadis kecil berusia lim...