𝓤𝓷𝓽𝓸𝓵𝓭 𝓢𝓽𝓸𝓻𝔂 🕊️

3.3K 392 140
                                    

Langkah kaki wanita itu melambat. Ia pikir, ini hanya sakit biasa. Ia pikir, karena terlalu sibuk bekerja sampai tidak bisa terbangun dari tempat tidur sangkin lemah nya. Ternyata, satu kata dari dokter begitu menyakiti hati Valeria

"Kau hamil" Kata dokter itu.

Mata Valeria basah menumpahkan luka nya. Bukan dia tidak siap dengan keberadaan anak ini. Tapi Valeria tahu, pria itu tidak akan mau bersanding dengan pelayan club malam sepertinya. Jika sudah begini, siapa yang akan bertanggung jawab pada bayi yang ada di kandungan nya nanti?

Valeria berusaha menghubungi pria itu. Pria yang ia temui tanpa sengaja dalam keadaan setengah mabuk dan berbincang dengan teman-teman nya. Pria yang tampan rupawan. Putra pemegang saham club malam tempat valeria bekerja.

Mereka bertemu pukul tiga sore di apartemen pria itu. Mungkin ia menyangka Valeria merindukan sentuhan-sentuhan nya. Ia tidak memungkiri, Valeria cukup cantik untuk diajak bermesraan di atas ranjang king size milik nya.

"Kau merindukan ku?"

Valeria menatap tanpa ragu. Ia menguatkan hati sejak melangkah ke apartemen ini. Ia harus meminta keadilan untuk bayi yang sedang di kandung nya saat ini.

"Bukan" Kata gadis itu. Ia menelan saliva menautkan jari jemari nya. Valeria menarik nafas dalam-dalam lalu menghela nya kemudian.

"Lalu? Apa yang membawa mu kesini? Kau perlu uang?"

"Aku hamil"

Valeria berucap dengan lugas. Ia tidak mau membuang waktu lagi. Valeria hanya sebatang kara hidup di kota besar ini. Ia tidak akan sanggup menanggung beban seorang diri jika pria yang ada di depan nya tidak mau mengakui.

"Waw, really?"

Ia tersenyum. Pria itu bangkit dari sofa dan mengelus lembut dagunya.

"Kau tahu aku baru 17 tahun kan?"

Mata Mingyu Pamela memerah memandang kearah gadis yang menghabiskan waktu satu malam dengan nya. Waktu itu, Mingyu merasa sangat merindukan Lalisa. Sudah beberapa bulan Lalisa hilang tanpa kabar. Ia tidak tahu alamat rumah nya. Ia tidak tahu nomor ponsel wanita pujaan nya itu.

Berkali-kali Mingyu bertanya pada pihak sekolah. Apa mereka mendengar kabar Lalisa? Tapi sampai detik ini Mingyu tidak mendengar apa-apa.

Mingyu kehilangan kewarasan nya. Ia meneguk habis minuman alkohol di club malam milik Pamela. Mingyu menikmati pelayanan yang mereka sediakan termasuk bar tender yang begitu cantik dipandang malam itu.

Mingyu menatap kearah luar jendela. Ia tidak terusik sama sekali dengan berita buruk yng dibawakan Valeria. Di usia muda dia harus menjadi ayah? Dengan seorang wanita yang tak ubah seperti jalang di tempat kerja nya.

Mingyu benar-benar tidak sudi. Mingyu tidak mau menerima anak tak jelas itu.

"Gugurkan saja. Aku masih SMA. Bagaimana mungkin aku harus menjadi ayah"

"Tapi dia anak mu"

"Aku tidak perduli vale. Lagian, kau yang membantu ku masuk ke kamar malam itu. Kau yang bersedia untuk tinggal dan menyerahkan dirimu. Ini bukan kesalahan ku sepenuh nya. Bayi itu juga bagian dari kebodohan mu karena tidak bisa menjaga harga dirimu"

"Lalu bagaimana dengan hidup ku? Bagaimana dengan calon anak mu huh?"

"Gugurkan. Aku akan berikan sejumlah uang untuk mu"

Valeria menarik nafasnya. Mata gadis itu berkaca-kaca mendengar ucapan dari Mingyu. Harusnya Valeria sadar diri dan tidak perlu jatuh hati dengan iblis seperti putra Pamela. Usia mereka yang terlampau cukup jauh juga membuat Mingyu tidak bisa berpikir matang seperti yang Valeria lakukan.

𝐌𝐨𝐜𝐤𝐢𝐧𝐠𝐛𝐢𝐫𝐝| 𝐋𝐢𝐳𝐤𝐨𝐨𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang