Langkah kaki pelan nya menuju kamar tidur. Ia tatap jam di dinding sudah pukul empat sore, dan ia melewatkan waktu untuk meminum vitamin yang dokter berikan. Ah, mungkin karena terlalu banyak pesanan kue hari ini. Lalisa mengusap peluh yang ada di dahi nya, ia membuka laci meja rias yang ada di dalam kamar dan mengambil botol hitam dari dalam sana.
Dua butir pil bewarna putih lalisa telan dengan air yang ada di atas meja. Tidak tahu kenapa, tapi lalisa sangat menyukai obat ini, karena setiap kali ia sudah mengkonsumi vitamin yang dokter berikan seakan pikiran nya tenang dan terbebaskan dari rasa takut yang ia sendiri pun tidak tahu takut karena apa.
Mata lalisa menangkap foto yang terbingkai di atas meja. Foto Launa kecil pada saat bayi dengan selimut merah muda yang menyelimuti tubuh mungil nya. lalisa tersenyum pelik, ada sebuah rasa bersalah yang luar biasa. Rasa bersalah karena sampai detik ini Launa tidak menerima hak nya sebagai seorang putri lalisa. hak mengetahui siapa ayah nya, hak untuk merasa bahagia karena ternyata si kecil itu juga punya ayah seperti yang lain nya.
Tapi, jangan kan untuk mengatakan bahwa Launa punya ayah. Bahkan lalisa enggan menyebutkan panggilan itu di depan Launa agar putri nya tidak bertanya. Launa benar-benar tidak mengetahui bahwa seorang ayah sangat berperan penting untuk pertumbuhan anak perempuan nya. bagaimana Launa mau tahu itu semua, jika Launa tidak punya teman dan bersekolah pun lalisa belum mendaftarkan nya.
"Maaf ya nak" Ucap lalisa membelai foto putri nya.
Kejadian beberapa tahun lalu terlintas di benak lalisa. Waktu itu, pada saat ia terbangun dari tidur panjang nya dan mendapati seseorang memberikan nya bayi dengan selimut merah muda. Dokter Jesica, dokter yang sudah sangat baik pada lalisa bahkan sampai sekarang. Kata dokter, lalisa mengalami kecelakaan hingga ia melupakan sebagian memori nya.
Lalisa merasa sangat aneh saat ia membuka mata. Ada sesak di dalam dada yang begitu ingin ia luapkan, tapi tidak tahu karena apa. Ada penderitaan dan kebahagiaan yang ingin keluar bersaamaan, sampai-sampai lalisa memegangi kepala nya pada waktu itu.
Ia ingat dengan jelas dokter Jesica masuk keruangan inapnya sedang menggendong bayi perempuan yang sangat lucu. Dokter mengatakan, ini anak mu. Tanpa lalisa ingat bagaimana bayi itu bisa hadir sebagai putri nya.
"Apa aku sudah menikah?"
Satu pertanyaan yang langsung lalisa keluarkan. Dia tidak melihat cincin melingkar di jari manis nya, dia tidak melihat seorang pria pun berdiri di sisi nya saat membuka mata, tentu lalisa langsung bertanya akan hal yang membingungkan hingga membuat sakit kepalanya.
"Kau belum menikah"
Satu kalimat balasan dari dokter Jesica semakin membuat lalisa terperangkap dalam rasa heran nya.
"Kau lupa? Dia putri mu, kau kecelakaan saat sedang berjalan menggendong nya. Syukurlah dia tidak kenapa-kenapa. Aku sudah memeriksa identitas mu, dan kau belum menikah. Jadi aku berkesimpulan mungkin bayi ini anak mu dengan pria pilihan mu, maksud ku ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐜𝐤𝐢𝐧𝐠𝐛𝐢𝐫𝐝| 𝐋𝐢𝐳𝐤𝐨𝐨𝐤
Roman d'amour{M} Tidak ada cinta untuk siapapun, tidak ada belas kasih atau rasa empati kepada siapapun. Hati itu keras dan tak tersentuh. hingga kesalahan nya malam itu membuat ia jatuh, jatuh cinta sepenuh jiwa pada putri satu-satunya. Gadis kecil berusia lim...