Sinar matahari itu begitu indah. Tidak terlalu panas, namun cukup lah untuk memberi kehangatan kulit manusia yang sedang ingin melakukan kegiatan harian mereka. Terdengar kicauan burung-burung seakan bernyanyi dengan riang. Terbang singgah dari satu pohon ke pohon lain nya. Begitu damai jika mendengar suara-suara merdu itu di pagi hari seperti ini.
Kelihatannya, semua orang begitu bahagia. Mereka menjalankan tugas seperti biasa. Ada yang tersenyum karena ini hari pertama nya bekerja, ada yang terburu namun tidak hilang semangat saat harus mengantarkan anak-anak nya ke sekolah. Semua memiliki takdir yang baik seperti nya, ya.
Sejak tadi, wanita yang baru dihancurkan habis-habisan semalaman itu hanya membuka mata menatap kosong kearah luar jendela. Ia belum mau bergeming masih mengamati dunia yang tak ramah dan tak ada adil-adil nya. Setetes berlian tipis tumpah dari sudut mata lalisa. Wajah datar dengan mata yang memancarkan patah hati yang luar biasa dapat tergambar di sana. Lalisa mengeratkan selimut yang menutupi tubuh telanjang nya. Tenaga nya sudah terkuras habis bersamaan dengan kebahagiaan yang hilang dari hidup nya.
Seakan remuk tulang belulang lalisa. Seakan pupus harapan tipis yang tersisa untuk hidup bahagia. Sudah miskin, kini dia hanya wanita yang tak berharga pula. Siapa pria yang mau dengan gadis seperti nya? Lalisa ingin bertanya pada Tuhan nya, apa salah nya? Apa salah ibu dan ayah hingga takdir hidup nya begitu sulit ia jalani. Jika bisa, dia akan memohon ampunan untuk segala yang pernah mereka lakukan. Asal Tuhan mau
Sedikit saja memberikan takdir baik untuk hidup nya yang suram."Kau sudah menghancurkan karir nya? Hm bagus lah. Aku mau pelacur itu tidak mendapat pekerjaan di agency manapun Leo"
Terdengar suara laki-laki biadab itu di telinga lalisa. Kepala pusing nya tidak membuat lalisa lemah untuk sekali lagi menatap perawakan manusia kejam itu. Pria yang baru tadi malam ia lihat untuk pertama kali nya. Tuan muda yang harus nya memiliki attitude bagai seorang pangeran di sebuah kerajaan namun tak ubah bagai binatang buas di hutan yang terabaikan.
Lalisa berbalik sembari memegangi selimut yang masih setia melindungi tubuh telanjang nya, ia tatap Jungkook sedang terduduk di sofa merah dengan menggunakan bathrobe yang sedikit terbuka di bagian dada. Ternyata pria bajingan yang tega merusak nya sejak tadi sudah ada di sana. Ia tatap rambut pria itu basah, wajah nya segar dan tak menunjukkan sebuah penyesalan.
"Kau sudah bangun?"
Jungkook menarik nafas saat menatap lalisa tengah berusaha mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. Ia berdiri dari sofa dan mendekat pada wanita yang tadi malam secara sadar ia renggut kesucian nya.
Lalisa terus memundurkan tubuh seraya menggelengkan kepalanya cepat. Sepertinya ada ketakutan luar biasa yang dialami gadis cantik itu. Kebiadaban yang Jungkook lakukan padanya masih tergambar jelas. Bagaimana rupa tenang pria ini yang berubah seperti singa jantan yang lapar, bagaimana ia kasar menarik dan memperlakukan tubuh lalisa. Masih santar di ingatan gadis 16 tahun itu.
Jungkook mencengkram rahang lalisa yang membuat gadis itu sedikit kesulitan mengatur nafas nya. Bukan karena cengkraman tangan Jungkook yang terlalu kuat, tetapi sentuhan pria ini membuat ia kesulitan bernafas.
"Cepat pakai baju mu. Sebentar lagi orang tua ku akan pulang. Jangan kau berani mengatakan apapun pada pelayan di rumah ini atau aku akan hancurkan hidup mu lebih parah lagi"
Mulut lalisa sedikit terbuka untuk membantu oksigen masuk ke dalam paru-paru nya. Ia menengadahkan kepala nya ke atas saat Jungkook mendekatkan wajah nya. Pria itu menyeringai, melihat ada banyak tanda kekejaman nya di tubuh lalisa. Air mata lalisa semakin deras saja, namun untuk mengeluarkan suara isak tangis pun ia tidak memiliki keberanian.
"Malam pertama ku tidak buruk walau dihabiskan dengan pelayan hina seperti mu" Bisik Jungkook.
Lalisa memejamkan matanya. Tidak ia hiraukan Jungkook mengatakan apa. Tapi tangan pria itu yang tidak juga lepas dari tubuh lalisa membuat ia tersiksa seperti api neraka sedang melahap nya. Jungkook menurun kan tangan dari cengkraman pada rahang lalisa menuju ke leher jenjang nya. Ia tersenyum selayaknya iblis, memandang lalisa yang gemetar ketakutan dan tidak ada keberanian untuk melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐜𝐤𝐢𝐧𝐠𝐛𝐢𝐫𝐝| 𝐋𝐢𝐳𝐤𝐨𝐨𝐤
Roman d'amour{M} Tidak ada cinta untuk siapapun, tidak ada belas kasih atau rasa empati kepada siapapun. Hati itu keras dan tak tersentuh. hingga kesalahan nya malam itu membuat ia jatuh, jatuh cinta sepenuh jiwa pada putri satu-satunya. Gadis kecil berusia lim...