09. Luka Menganga

114 29 13
                                    

Matahari sudah condong menuju barat, dan Matthias masih menetap dan menunggu Alice untuk terbangun dari tidurnya. Lelaki itu telah berpindah duduk kurang lebih satu jam yang lalu, ia memeriksa beberapa barang yang ada di atas nakas gadis itu — hanya melihat-lihat dan merapikannya.

Lelaki itu lalu duduk di salah satu kursi dekat tempat tidur Alice. Suasana di ruangan yang cukup tenang dan keheningan membuat lelaki itu merasa nyaman. Ia hanya terduduk bersandar, bersedekap memperhatikan punggung Alice yang berbaring membelakanginya, dengan selimut yang hampir menutupi seluruh kepala gadis itu.

Dalam hati Matthias, ia bertanya-tanya kapan Alice akan bangun dari tidurnya? Ini sudah tiga jam lebih sejak Matthias menunggu.

Hingga akhirnya ia sendiri dilanda rasa kantuk. Toh, tidur semalam hanyalah tidur sekilas. Matthias masih butuh tidur yang cukup.

Dan beberapa menit pun berlalu, netra Matthias terpejam tanpa lelaki itu sadari. Keheningan menjalar menyelimuti langit-langit ruangan. Hanya sinar mentari yang perlahan berubah semakin menguning, langit sore pun tiba.

Dalam waktu yang cukup lama dalam keheningan. Alice yang entah sejak kapan telah menghadap ke arah tempat duduk Matthias pun membuka matanya perlahan.

Ini seperti mimpi. Apa pula Alice harus melihat sosok Matthias sedang tertidur dalam posisi duduk, di ruangannya.

Tetapi tanpa perlu mengerjapkan matanya, Alice langsung sadar bahwa ini bukan mimpi. Matthias memang ada di hadapannya.

Entah dengan tujuan apa.

Dan hening pun masih terus menggantung di langit-langit. Alice tidak bergerak atau bersuara sedikit pun. Melainkan hanya terdiam dan memperhatikan lamat-lamat sosok Matthias yang kini tengah terlelap dalam posisi tidak nyamannya.

Rambutnya terlihat lebih rapi dari terakhir Alice bertemu dengannya — ketika di Pantai Zalaidens, kali terakhir Alice bertemu dengan Matthias — pakaiannya tampak lebih bersih dan tidak kusut seperti biasanya.

Matthias terlihat lebih baik, lebih menyegarkan. Meski nyatanya kantong mata yang menghitam itu sepertinya sulit untuk dihilangkan.

Mungkin Matthias masih sama, masih kekurangan tidur. Itulah kenapa lelaki itu tanpa sengaja tertidur ketika sedang menunggu Alice bangun.

Biarlah.

Alice juga tidak tahu harus bicara apa jika lelaki itu terbangun. Tetapi Alice juga tidak bisa melanjutkan tidurnya. Ia sudah tidur terlalu lama.

Dan berakhirlah sore itu Alice hanya terdiam, memandangi Matthias.

Tetapi ternyata Matthias tidak tertidur lama. Lelaki itu perlahan membuka matanya, dan tersadar bahwa ia tanpa sengaja tertidur. Beberapa kali lelaki itu mengerjapkan matanya, mencoba menerima berkas cahaya dari pantulan jendela yang menghadapnya.

Hingga beberapa detik setelahnya, Matthias pun menyadari bahwa Alice telah terjaga lebih dulu daripada dirinya. Diam dan memperhatikannya, alih-alih berucap sesuatu.

Alice yang melihat Matthias telah terbangun pun sempat terdiam selama beberapa detik. Gadis itu masih mencoba menebak apa alasan Matthias ada di hadapannya kini.

Yang terakhir Alice lihat sebelum ia terlelap, adalah sosok Ophalia dan Helena. Bagaimana bisa kini justru berganti menjadi sosok Matthias?

Matthias dengan beribu pertanyaan yang ingin Alice lontarkan padanya. Matthias yang menyembunyikan banyak hal darinya. Matthias, satu-satunya tempat Alice bisa bergantung selama ia berada di Dellway.

Matthias pun sama halnya seperti Alice. Terdiam seolah kehilangan susunan dan rangkaian kalimat yang telah ia susun untuk diucapkan pada Alice. Lelaki itu memandang netra Alice selama beberapa detik, sampai gadis itu pun menjadi pihak yang pertama kali berbicara.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang