26. Mimpi Dan Halusinasi

102 20 32
                                    

"Aku akan mencari sumber air. Kita semua butuh minum," ucap Merlin, hendak turun dari kuda tunggangannya. Gerakannya terhenti ketika ia melihat Andreas sudah turun dari kudanya, lebih cepat daripada Merlin.

"Biar aku saja." Begitulah ucap Andreas.

Merlin hanya bisa menghela napas, ia dan Veora menyerahkan wadah minum mereka pada Andreas.

Tersisalah kini hanya Merlin dan Veora, juga kuda milik Andreas tentunya. Merlin menarik tali kekang kuda milik Andreas, dan membawanya untuk berjalan seraya lelaki itu yang tetap menunggangi kuda miliknya.

Matahari sebentar lagi terbit, dan mungkin mereka harus beristirahat sejenak. Mereka bertiga telah melakukan perjalanan tanpa tidur sedikit pun, tentu saja mereka setidaknya harus menghela napas barang sejenak untuk menghilangkan rasa lelah.

Ini adalah hutan yang menghubungkan Dellway, mereka sudah tiba tepat selangkah lagi menuju Dellway. Diam-diam jantung Merlin berdetak antusias, ia mencoba menerka-nerka bagaimana Dellway akan terlihat.

Ini kali pertama bagi mereka bertiga. Siapa pun pasti akan antusias sekaligus sedikit gugup jika mendatangi Dellway, bukan?

Merlin membawa kuda miliknya—dan milik Andreas—untuk sedikit memasuki hutan. Veora memimpin, mencoba memilih di bagian mana mereka akan beristirahat.

Netra Merlin memicing ketika ia melihat adanya gubuk tua di ujung pandangannya, lelaki itu mengerjapkan matanya beberapa kali, "Veora, kau melihat itu?"

Veora menoleh sekilas ke arah Merlin, ia lalu mengalihkan pandangannya pada objek yang Merlin maksud. Di kejauhan tampak sebuah gubuk—atau mungkin cukup layak untuk disebut sebagai rumah—dengan beberapa kuda dan kereta gerobak, tempat itu terlihat seperti tempat penitipan kuda.

"Itu terlihat seperti tempat penitipan, perlukah kita pergi ke sana?"

Merlin mengernyitkan keningnya tanda tidak setuju, "Sebaiknya kita beristirahat saja di sini. Kita bisa melihat tempat itu, tapi siapa pun yang berada di sana belum tentu bisa melihat kita. Terlalu beresiko untuk mendatangi tempat mencurigakan seperti itu di hutan."

Veora mengangguk, setuju atas pernyataan Merlin. Ia pun turun dari tunggangannya, membawa kuda miliknya untuk diikat di salah satu pohon, Merlin melakukan hal yang serupa.

"Adakah kau membawa makanan?"

Veora mengangguk, ia membuka kantong yang tersampir pada badan kuda, lalu mengeluarkan beberapa bungkusan yang Merlin yakini adalah makanan.

"Aku sempat membeli beberapa roti di Desa Meara untuk berjaga-jaga. Kuharap ini cukup untuk sarapan kita," ucap Veora, menunjukkan isi dari bungkusan tersebut.

Merlin mengangguk, ia lalu duduk di dekat salah satu pohon, meluruskan kaki dan meregangkan badannya yang kaku karena terlalu lama duduk dan menunggangi kuda.

Di sisi lain, Andreas mengedarkan pandangan ke sekeliling, lelaki itu berupaya sebisa mungkin untuk tidak tersesat. Ia menoleh beberapa kali pada sekitar, kemudian mendecak.

Angin pun berhembus cukup kencang, beriringan dengan hal tersebut, sinar mentari tampak dari kejauhan di sela-sela pepohonan. Andreas memicingkan matanya ketika ia melihat sebuah sungai kecil terlihat dari kejauhan, netranya langsung berbinar, ia bahkan seketika tersenyum puas.

Tanpa perlu berlama-lama, Andreas menghampiri sungai kecil tersebut. Aliran airnya begitu jernih, disertai beberapa bebatuan, sungai ini persis seperti harta karun bagi Andreas yang tengah kehausan. Lelaki itu langsung berjongkok di tepi sungai dan mengisi beberapa wadah air minum miliknya dan teman-temannya. Andreas juga sempat mencuci wajahnya, airnya ternyata begitu segar.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang