27. Peringatan Ancaman

72 17 15
                                    

Elara menghela napas lelah, perempuan itu menoleh beberapa kali ke arah belakang, memastikan seorang perempuan bernama Roya tersebut sudah tidak lagi mengejarnya.

"Brengsek, aku tidak akan pernah mau memiliki adik seperti itu," umpatnya lalu menyisir rambutnya ke belakang.

Perempuan itu menoleh ke kanan dan kiri, suasana kota Dellway benar-benar membosankan, bahkan meskipun ia sudah berada di tempat ini sejak kemarin.

Benar, Elara berhasil memasuki Dellway dengan wujud seorang perempuan bernama Rue ini. Elara tentu saja tidak tahu apa-apa tentang Rue, itu kenapa ia lari dan menghindar dari Roya-adik Rue yang sangat berisik itu.

"Sial ... aku sudah mencapai batasku." Perempuan itu menatap tangannya, samar-samar energi hitam muncul membuat Elara cemas barangkali orang-orang di sekitarnya melihat.

Elara Hannaholft, adalah seorang Nolatds. Lebih tepatnya, ia adalah bangsa Mednik. Elara bisa menyerupai siapa pun, bahkan hingga hewan sekalipun. Syaratnya hanya satu, ia harus membunuh targetnya, dan mengambil salah satu bagian tubuh si target untuk diserap energinya

Bisa dikatakan, perempuan bernama Rue ini sudah berhasil Elara kalahkan.

"Kak Rue! Ish, pergi ke mana dia?" seru Roya dari kejauhan, membuat Elara menoleh terkejut. Perempuan itu mendecih kesal dan memasuki salah satu gang secara asal.

Bagaimana pun, untuk sekarang, jangan bertemu dengan Roya. Elara tidak mau disuguhi ribuan pertanyaan yang ia tidak mengerti.

Seiring dengan Elara yang terus memasuki gang dan wilayah pemukiman, napas perempuan itu semakin terengah-engah. Sudah dua hari ia menjadi Rue, Elara harus beristirahat sejenak, ia sudah hampir mencapai batasnya untuk menjadi Rue.

Dalam benak perempuan itu, Elara tiba-tiba teringat sosok perempuan muda yang adalah seorang Karta.

Sepertinya akan memudahkan jika Elara bisa mendapatkan kemampuan itu-oh, perlu diingat juga bahwa selain meniru penampilan target, Elara juga bisa mendapatkan kemampuan dari target yang telah ia bunuh.

Jika Elara bisa membunuh Karta itu, mungkin ia bisa berlama-lama menyamar menjadi Rue tanpa perlu merasa lelah.

"Rue?" panggil seorang lelaki, membuat Elara yang tengah melangkah pelan menyusuri jalanan sempit itu menoleh perlahan.

Ford berdiri di sana, dari kejauhan memandang Elara-yang kini berpenampilan persis seperti Rue-dengan pandangan terkejut berubah menjadi khawatir.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Perempuan itu tidak menjawab, melainkan hanya diam dan membiarkan Ford berjalan mendekat. Elara tidak mempunyai tenaga lain untuk berlari atau menghindar.

Entah siapa lagi orang ini, Elara lelah harus berpura-pura. Terlalu banyak orang yang mendatanginya dan menghampirinya. Elara tidak tahu apa-apa tentang kehidupan Rue.

Ia tidak bisa mengambil memori dari jasad itu. Elara tidak bisa mencuri hal tersebut.

"Kau terlihat pucat," ucap Ford menatap Elara khawatir. Dalam pandangan lelaki itu, Rue terlihat begitu pucat dan tidak baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja," jawab Elara, mengalihkan pandangannya. Perempuan itu melanjutkan langkahnya, disertai Ford yang justru malah mendampinginya.

"Kita baru bertemu sekarang ... bisa-bisanya," ucap Ford, lelaki itu mendongak, langit cerah tampak dari celah-celah atap pemukiman. Senyuman tipis timbul tanpa lelaki itu sadari.

Elara tidak berkata apa pun, dan itu membuat Ford mengerutkan keningnya. Lelaki itu melirik ke arah perempuan yang ia kenali sebagai Rue tersebut. Entah hanya perasaannya, atau gerak-gerik Rue justru terlihat berbeda dari terakhir kali Ford jumpai.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang