Teluk Rhaenys adalah teluk yang dimiliki oleh Dellway, berada di bagian selatan Dellway, tepatnya di Kota Astrilde. Teluk ini dibagi menjadi tiga wilayah, dengan nama pantai yang berbeda. Menghadap ke arah timur, orang-orang banyaknya mendatangi tempat tersebut untuk melihat matahari terbit, atau menatap rembulan yang muncul dari peraduan.
Berdasarkan apa yang Matthias sampaikan pada Ophalia, Alice, dan Helena. Hari ini mereka akan mendatangi salah satu pantai dengan pemandangan paling cantik, pasir putih dan air laut yang berwarna hijau persis seperti batu emerald.
Ada beberapa batu karang, yang konon katanya kerap menjadi tempat bermain putri duyung atau siren-bagaimana pun, itu hanyalah mitos.
"Aku tidak sabar," ucap Helena mengetuk-ngetukkan kakinya menunggu kedatangan tiga orang lainnya yang akan turut serta.
Ophalia, Alice, dan Helena sudah keluar dari kediaman mereka, bersama dengan Matthias yang sudah duduk bersandar pada tembok pagar, ia memejamkan mata, sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia sedang menunggu.
Matthias berkata, bahwa ada beberapa orang lagi yang ingin ikut, mungkin sekitar tiga orang, tetapi lelaki itu tidak menjawab siapa ketika Ophalia bertanya.
Beberapa menit setelahnya, tanpa aba-aba, Matthias pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan pelan, membuat Helena mengerutkan keningnya. Mau ke mana lelaki itu?
"Kita pergi lebih dulu saja, biarlah mereka menyusul," ucap Matthias.
Helena mendecak, untuk apa mereka menunggu selama setengah jam?
"Kita akan pergi ke pantai yang mana?"
"Zalaidens," jawab Matthias pada pertanyaan Alice.
"Kenapa bukan pantai Lumi?" Helena melontarkan pertanyaan, ia hanya pernah mendengar pantai Lumi sebagai pantai paling dekat dari pusat kota.
"Kau ingin kita hanya pergi ke sana lalu pulang? Kau tidak ingin menginap dan menghabiskan waktu lebih banyak?" Matthias memberi Helena pertanyaan sarkas.
Helena terdiam, benar juga. Zalaidens memang tidak sejauh itu sampai harus memakai kereta kuda-Dellway negeri yang cukup kecil, dan budaya rakyat di sini ialah berjalan kaki bahkan meskipun yang mereka tuju berada di luar kota-hanya saja memang lebih jauh daripada Lumi.
"Kita akan menginap? Kau sudah menyiapkan penginapan?" Ophalia kali ini sebagai orang yang bertanya.
Dan Matthias menghela napas lelah. Semua saja bertanya padanya. Nikmati saja perjalanan dan tolong jangan banyak bertanya.
Lelaki itu diam, mengabaikan ucapan Ophalia. Tetapi Alice justru menoleh ke arah Matthias, seolah menanti jawaban, dan itu membuat Matthias mau tidak mau akhirnya menjawab pertanyaan Ophalia.
"Semua sudah siap, kita hanya harus pergi ke sana."
"Bagaimana dengan makanan? Kami hanya membawa pakaian. Apa kita akan -"
Matthias memberi lirikan tajam ke arah Helena, membuat gadis itu menghentikan ucapannya.
"Semua sudah siap, Helena. Kita hanya harus pergi ke sana," ulang Alice menahan tawanya, sedangkan Matthias mendengkus mendengarnya, dan berjalan lebih cepat meninggalkan mereka bertiga.
Tak ada yang pernah bertanya apakah Matthias lelah menghadapi mereka. Jika ada, Matthias akan merasa berterimakasih dan menjawab dengan senyum hangat, bahwa betul ia merasa lelah.
Tapi kapan Matthias tidak merasa lelah? Mungkin terakhir kali ia merasa sedikit santai ialah sekitar 15 tahun yang lalu. Ketika ia masih remaja.
Dan akhirnya, selama perjalanan pun, mereka berempat hanya berjalan dengan tanpa berbincang atau membicarakan apa pun. Helena hanya diam menatap sekitar, Alice dan Ophalia sesekali bertukar canda.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔
FantasíaTatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya datang dari bintang memberikan hadiah pada raja kami. Auduma diberkati dengan banyaknya anugerah." ...