Alice menunduk memandang secangkir kopi yang tersaji di hadapannya. Matthias sudah selesai menyampaikan laporan tentang situasi yang terjadi di Cartland, dan keheningan pun menyergap memenuhi kedua insan tersebut.
"Alice?" Matthias memanggil Alice, sedangkan Alice sibuk melamun dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Keduanya berada di salah satu kedai kopi yang tidak jauh dari kediaman Alice dan kedua temannya. Semenjak kejadian di mana Alice kecewa dan marah pada Matthias, lelaki itu seolah terbiasa dan bahkan berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu melaporkan atau menyampaikan apa pun yang berkaitan tentang Cartland pada Alice.
Matthias sudah selesai bertemu Ford, lelaki itu menyampaikan pada Matthias terkait kondisi yang ia alami — ketidakmampuan menggunakan kekuatan Ishvela disebabkan lemahnya energi, untungnya Ford segera berkonsultasi dengan seorang Altnik — dan kini menyempatkan diri untuk bertemu dengan Alice.
"Alice? Kau baik-baik saja?" tanya Matthias karena Alice masih terus diam melamun.
Butuh beberapa detik bagi Alice untuk kemudian kembali menapaki tanah, gadis itu menengadah mengerjapkan matanya beberapa kali, ia lalu tersenyum canggung, "Maaf."
"Tidak apa. Adakah yang kau khawatirkan?"
Alice kembali menunduk, uap kopi yang semula mengepul hangat, kini sudah tidak lagi ada. Entah seberapa lama gadis itu tenggelam dan hanyut dalam pikirannya.
Matthias menyampaikan kabar padanya tentang apa yang terjadi di Cartland. Lelaki itu menceritakan pada Alice bahwa Negeri Hijau di utara Auduma itu kini tengah berada dalam kekacauan.
Alice khawatir, tentu saja. Tetapi ada hal lain yang Alice pikirkan akhir-akhir ini.
"Kau ... tahu bagaimana kondisi rumahku?"
Kedua alis Matthias terangkat, tidak langsung paham maksud pertanyaan Alice.
"Rumah ibuku," lanjut Alice, setelahnya Matthias pun mengangguk paham.
"Aman. Masih ada seorang mata-mata yang tinggal di dekat sana," jawab Matthias.
Jawaban itu berhasil membuat Alice bernapas lega. Jika situasi dan keadaan rumahnya bisa dipastikan aman, setidaknya Alice bisa sedikit lega. Situasi di Cartland yang kacau membuat gadis itu mengkhawatirkan keadaan rumahnya, rumah kosong dengan banyak barang-barang penting yang Alice miliki, termasuk beberapa barang peninggalan ibunya.
Alice tidak ingin ada hal terjadi pada rumah itu.
"Hey! Aku tidak menduga kalian akan kencan di sini," sapa Hansel dari luar kedai, Alice dan Matthias sontak menoleh terkejut.
Keduanya memang duduk di halaman kedai, di mana pemandangan yang tampak ialah jalanan kota dengan para rakyat yang berlalu lalang. Matahari sudah tenggelam kurang lebih sepuluh menit yang lalu, hari sudah malam.
"Jaga bicaramu," tukas Matthias, ekspresinya tidak senang.
Hansel yang berada di luar kedai sontak terkekeh, ia melambaikan tangannya meminta Matthias untuk tidak mempermasalahkan ucapannya yang tadi, "Tenanglah, aku hanya bercanda."
Alice tersenyum kikuk, "Kau sudah pulang, Hansel," sambut Alice, Hansel pun melirik ke arahnya dan tersenyum.
Halaman kedai ini memiliki posisi yang sedikit lebih tinggi dari jalanan, sehingga Hansel mau tak mau mesti mendongak ke arah Matthias dan Alice yang sedang duduk berhadapan tersebut.
"Betul, Alice. Aku berhasil pulang dengan selamat, syukurlah. Apa kau senang mendengarnya?" Hansel tersenyum lebar, menatap Alice dengan tatapan berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔
FantasyTatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya datang dari bintang memberikan hadiah pada raja kami. Auduma diberkati dengan banyaknya anugerah." ...