Hansel menarik kursi di hadapan Rafaelt, rupanya lelaki dengan rambut pirang gelap itu tengah sibuk mengupas kacang tanpa sekalipun memakan kacang-kacang tersebut.
"Bagaimana?" tanya Hansel.
Rafaelt melirik ke arah Hansel sekilas, ia lalu mengedikkan kedua bahunya. Melihat respons dari Rafaelt, Hansel mendesah pelan, ia menyandarkan punggungnya dan menatap Rafaelt selama beberapa detik.
"Kau merasa bersalah?"
Rafaelt mengangguk, "Tentu."
"Lalu mengapa kau sama sekali tidak ada keinginan untuk memperbaiki hubunganmu dengannya?" Hanselt terdiam sejenak, "Bukankah kau adalah kekasihnya—kau masih mencintainya?"
Gerakan Rafaelt terhenti, ia menaruh kacang yang baru ia kupas tersebut dan menatap meja makan di hadapannya dengan tatapan kosong. "Julia memintaku mengatakan padanya bahwa aku masih mencintainya."
"Aku bertanya apa kau masih mencintainya, terlepas dari perintah ibuku."
Rafaelt tidak langsung menjawab, ia pun tidak mendongak dan memandang balik Hansel. "Ia bertanya bagaimana perasaanku. Perintah ibumu adalah jawaban yang paling aman."
Hansel terdiam, ia lalu memperbaiki posisi duduknya dan meletakkan kedua tangannya dengan jemari yang terpaut di atas meja, menatap Rafaelt lekat, "Jadi kau tidak mencintainya? Sekalipun, sedikit pun? Atau perasaan itu sudah pudar? Mana yang benar—"
Brak!
Hansel menoleh terkejut ke arah pintu, begitu pun dengan Rafaelt yang langsung mendongak dengan kening yang berkerut. Matthias memasuki rumah Julia dengan pandangan yang beredar ke seluruh sudut, napasnya terengah-engah. Ketika lelaki itu menoleh, ia mendapati Hansel dan Rafaelt tengah duduk berhadapan dan memandang ke arahnya terkejut.
Matthias mendecak, ia langsung menghampiri Rafaelt. "Brengsek, ternyata kau masih hidup." Lalu memeluk lelaki itu.
Rafaelt yang terkejut dan belum mencerna situasi yang tengah terjadi hanya diam dan tak membalas pelukan Matthias, semenit kemudian pelukan itu pun dilepas oleh Matthias, ia lalu menatap Rafaelt dan Hansel bergantian.
"Kalian membohongiku? Aku seperti orang bodoh yang mengurusi surat-suratmu yang—aku menulis bahwa kau sungguh sudah gugur!"
Hansel mengalihkan wajahnya, ia mengusap rambutnya yang tidak gatal. Rafaelt sendiri hanya diam, ia tidak tahu harus merespons seperti apa.
"Aku hanya bersembunyi dari banyak orang. Bukan sengaja menyembunyikannya darimu."
"Lalu, Hansel? Sepertinya kau sudah tahu bahwa Rafaelt masih hidup dan sama sekali tidak berkata apa pun padaku?"
Hansel merasa tubuhnya berkeringat dingin, ia lalu beranjak dari tempat duduknya perlahan.
"Dan sekarang kau akan kabur? Kau harus jelaskan sesuatu padaku." Matthias melontarkan ucapan tersebut dengan intonasi dingin.
Ucapan itu membuat Hansel meringis, ia lalu mendesah pasrah, "Aku juga baru mengetahuinya akhir-akhir ini ... jika kau ingin marah, kau juga harus marah pada sepupumu, dan pada Ford."
Matthias membulatkan matanya, ia lalu menoleh ke arah Rafaelt, "Sungguhkah kau bersembunyi? Atau hanya menghindar dariku?"
Rafaelt meringis, ia menunduk, "Mereka ... tidak sengaja bertemu denganku ...."
Hening pun menguar. Matthias hanya menghela napas, dan mengusap rambutnya frustrasi, ia lalu menarik kursi terdekat dan duduk di samping Rafaelt.
Hansel tetap berdiri, sedangkan Rafaelt hanya diam mematung dengan perasaan canggung akan Matthias yang duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔
FantasyTatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya datang dari bintang memberikan hadiah pada raja kami. Auduma diberkati dengan banyaknya anugerah." ...