29. Pencarian Mimpi Buruk

77 22 14
                                    

Hari ini terasa begitu kelabu bagi Dellway. Terlebih setelah penangkapan Mednik yang terjadi semalam. Tentu saja, kedatangan seorang Nolatds—terlebih dari bangsa Mednik—yang bisa memburu Ishvela seolah mereka adalah mangsa serta santapan yang menarik—adalah mimpi buruk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Helena menatap hilir mudik orang-orang di sekitar dengan tatapan datar, gadis itu lalu menghela napas. Ia baru saja menyatakan kesanggupannya untuk bergabung dengan tim pencarian yang akan berangkat malam ini—untuk mencari jasad dari Rue Orlov yang telah penyihir itu bunuh.

Ophalia dan Alice sempat melarang Helena untuk pergi keluar meninggalkan Dellway lagi, tetapi Helena akhirnya berhasil meyakinkan mereka, bahwa ia akan baik-baik saja.

Maka, setelah mengatakan kesanggupannya, sekarang Helena harus segera bersiap. Ia harus mempersiapkan banyak hal untuk kembali keluar meninggalkan Dellway.

Di sisi lain, Ophalia dan Alice kini sama sibuknya. Kabar kematian Rue menyebar ke seluruh penjuru Dellway, begitupun penyerangan Mednik pada Erin dalam wujud mendiang Rue. Mengingat bahwa perempuan yang turut memasuki Dellway bersama dengan rombongannya adalah seorang Nolatds membuat bulu kuduk Helena bergidik ngeri.

Ini pertama kalinya Helena bertemu langsung dengan seorang penyihir, bahkan meskipun saat itu bukanlah wujud asli si penyihir.

Selama tumbuh dan besar di Lindsey, Helena hanya mengetahui keberadaan penyihir di Lindsey adalah hal yang tabu—mereka kerap diburu, dibakar hidup-hidup—dan dianggap sebagai pembawa sial.

Ya, itu tidak salah. Mungkin Helena bisa sedikit mempercayai bahwa keberadaan penyihir memanglah membawa sial.

Mednik itu datang dengan membunuh seorang mata-mata yang hendak pulang dari misinya. Ia juga membunuh Kakek Erin, dan berniat untuk membunuh Erin.

Perbuatannya amat tercela. Helena telah mengutuk hal tersebut sejak beredarnya kabar.

"Helena?" Veora menepuk pundak Helena, gadis itu menoleh.

Helena menatap Veora selama beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum tipis dan mengangguk.

"Kau turut serta dalam kelompok pencarian?" tanya Veora ramah. Helena mengangguk.

"Begitu, ya. Apa kau akan baik-baik saja? Maksudku—aku berniat untuk ikut serta, kedua temanku juga, tapi—"

"Kurasa sebaiknya kalian beristirahat saja. Pencarian ini tidak akan berlangsung lama. Lagipula, aku yakin aku akan baik-baik saja," jawab Helena cepat, lalu segera pamit meninggalkan Veora.

Veora hanya tertegun di tempatnya. Hingga selang beberapa saat setelah Helena pergi menjauh, Andreas dan Merlin pun berjalan mendekat ke arah Veora.

"Bagaimana?" tanya Andreas, Merlin berdiri di sampingnya.

Veora menggeleng pelan, "Kurasa, kita belum bisa berbuat apa-apa. Mereka terlalu sibuk, dan ya, sama seperti ucapan kebanyakan, mereka meminta kita untuk beristirahat saja ..."

"Ya sudah, kalau begitu," respons Merlin, langsung mengedikkan kedua bahunya santai. "Kita diam saja. Mereka tidak meminta kita melakukan sesuatu."

"Tapi tidak mungkin kita hanya diam seperti tamu yang tidak tahu malu. Bagaimanapun, kita tinggal di sini dengan sebuah penawaran yang kita lakukan—"

"Merlin benar, Veora. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Maksudku, kita baru dua hari di tempat ini. Mereka juga tidak mungkin langsung meminta kita agar melakukan sesuatu—dan kita juga tidak bisa memaksa," potong Andreas, menepuk pundak Veora mencoba menenangkan.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang