Ophalia membulatkan matanya ketika ia mendapati secarik perkamen yang baru saja Veora serahkan. Itu adalah dokumen tentang laporan seseorang terkait pelanggaran yang pernah Ophalia lakukan.
Dalam benak Ophalia, ia seharusnya sudah tidak lagi terkejut atas nama yang tertera di kertas tersebut. Ophalia seharusnya sudah menduga siapa dalang dari semua hal yang menimpa dirinya.
Siapa lagi jika bukan Ariadne Wrenley.
Veora menatap Ophalia lekat-lekat, ia lalu berdeham pelan, "Kami menemukan dokumen tersebut di pembuangan—"
"Baiklah," potong Ophalia cepat, ia langsung meletakkan dokumen tersebut ke atas meja. Gadis itu menarik napas dalam, lalu melirik Veora, Andreas, dan Merlin bergantian.
"Lantas, bagaimana kabarnya sekarang?"
Veora melirik ke arah Merlin, sedangkan Merlin justru melirik ke arah Andreas. Andreas berdeham hendak menjelaskan, tetapi dipotong cepat oleh Merlin. "Keadaannya sangat baik, sepertinya. Dia diterima sebagai pasukan elit Kaisar."
Andreas mendelik terkejut ke arah Merlin, dari rautnya terpampang nyata bahwa Andreas tidak terima atas apa yang baru saja Merlin sampaikan. Seharusnya Merlin tidak perlu berucap seperti itu, bukankah kabar tersebut bisa saja membuat Ophalia semakin sakit hati?
Ophalia terdiam, ia menunduk dan memperhatikan bagaimana tanda tangan milik Ariadne tergores penuh keyakinan di salah satu sudut dari dokumen tersebut. Laporan bahwa Ophalia telah membunuh seseorang di luar misi, bertindak tanpa kehendak Roseline.
Terlihat sorot mata kecewa dan sedih dalam pandangan tersebut, tetapi tidak berlama-lama, karena sedetik setelahnya Ophalia menghela napas. Ia lalu kembali menatap Veora, Merlin, dan Andreas bergantian.
"Terima kasih karena sudah menunjukkan dokumen ini padaku. Sejujurnya, aku sendiri sudah tidak terlalu memikirkan hal tersebut." Ophalia melirik ke arah Andreas, "Maaf karena selama ini aku masih memercayai kesalahpahamanku."
Netra Andreas tampak berbinar selama sepersekian detik, lelaki itu lalu mengangguk dan memberikan senyuman pada Ophalia. Ophalia hanya diam ketika ia melihat ekspresi Andreas yang ditujukan padanya, gadis itu dengan cepat mengalihkan pandangannya.
Dari kejauhan, sosok lain tampak memasuki ruangan. Ophalia mengangkat kedua alisnya ketika ia mendapati keberadaan Matthias tengah berjalan mendekat.
Ophalia dibawa oleh Andreas untuk mendatangi kediaman Lefrandt, rumah Matthias. Ophalia tahu bahwa memang tiga sekawan ini tinggal sementara di kediaman Matthias. Perbincangan ini pun dilakukan ruang tamu, tentu saja si pemilik rumah yang baru saja pulang akan langsung terlihat.
Matthias melirik ke keberadaan Ophalia, lelaki itu berjalan mendekat, "Ophalia," sapa Matthias.
Ophalia mendongak, begitu pun dengan Andreas dan kedua temannya. Ophalia tersenyum, seiringan dengan hal tersebut, Matthias melirik ke arah dokumen yang masih terpampang jelas di atas meja, lelaki itu dengan cepat mengalihkan pandangannya.
"Kebetulan ada yang ingin aku sampaikan," ucap Ophalia, teringat bahwa ia sampai sekarang belum sempat bertemu langsung dan menceritakan tentang permasalahan mimpinya pada Matthias.
Matthias mengangkat alisnya, ia lalu mengangguk, "Tentang mimpimu?"
Terdapat garis keterkejutan pada wajah Ophalia, hingga tak lama gadis itu pun mengangguk dan langsung mengerti, mungkin Matthias telah mendengar permasalahan ini dari Ford. Bisa saja.
Andreas mengerutkan keningnya, tidak paham atas perbincangan yang terjadi di hadapannya.
Tak perlu berlama-lama, Ophalia langsung beranjak dari tempat duduknya, gadis itu menatap Andreas, Veora, dan Merlin secara bergantian kemudian mengangguk, "Maaf, tapi ada hal yang harus aku bicarakan dengan Matthias. Mungkin selanjutnya kita bisa berbincang dengan lebih ... santai," ucap Ophalia sempat melirik ke arah Andreas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔
FantasyTatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya datang dari bintang memberikan hadiah pada raja kami. Auduma diberkati dengan banyaknya anugerah." ...