24. Dimulainya Kekaisaran

94 22 9
                                    

Andreas beberapa kali memijat pelipisnya, lelaki itu terus diam dan menunduk sedari tadi, sangat tidak seperti biasanya. Veora yang tengah sibuk mengunyah roti kacang merah seketika mengerutkan keningnya melihat Andreas.

"Ada apa denganmu?"

Merlin menoleh, ia mengangkat sebelah alisnya. "Kau masih memikirkan yang kemarin?"

"Ya …" jawab Andreas pelan, ia memandang meja dengan tatapan kosong, "Rasanya aku seperti orang bodoh."

"Kau memang bodoh—"

"Tidak, aku serius, Merlin." Andreas memotong ucapan Merlin cepat, ia lalu menoleh dan menatap kawannya itu, "Aku melihatnya tiga kali, jelas sekali aku tidak mabuk kemarin."

"Pria temannya Helena?" tanya Veora, menyebut teman sekamarnya. Andreas mengangguk.

Sepersekian detik setelahnya, Andreas terperanjat, ia menoleh cepat ke arah Veora, "Tunggu, maksudmu, perempuan dengan rambut merah itu bernama Helena?"

"Kau bertemu dengannya?" tanya Veora, menatap Andreas heran.

Andreas tidak mengangguk, alih-alih ia justru terdiam dan mengernyitkan keningnya. Jadi, perempuan yang bersama lelaki itu kemarin bernama Helena—bagaimana bisa penampilannya mirip dengan mendiang Putri Helena dari Lindsey?

Lelaki itu menggelengkan kepalanya seketika, membuat Merlin dan Veora hanya bisa saling memandang satu sama lain, dengan pertanyaan yang serupa tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Andreas?

Apa yang sedang lelaki itu pikirkan?

Andreas menyesap kopinya, kerutan pada keningnya terus terlihat, membuat Merlin menghela napas, ia lalu menatap kedua temannya bergantian, "Kita belum melakukan diskusi."

"Diskusi apa?" tanya Andreas, menoleh menatap Merlin tidak mengerti.

Merlin mengedikkan kedua bahunya, "Kita sudah sepekan di kota ini. Kalian … tidak berpikir akan tinggal di sini dalam waktu lama, bukan?"

Veora tertegun, ia menunduk dan memainkan jemarinya di atas meja, "Kita tidak ada tujuan."

Andreas mengangguk, ia lalu beranjak dari tempat duduknya, sangat tiba-tiba dan membuat Merlin maupun Veora menengadah dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Aku akan jalan-jalan sebentar. Mungkin setelahnya aku akan tahu tujuan kita selanjutnya." Lelaki itu memandang Veora sekilas, lalu mengangguk ke arah Merlin. Andreas pun kemudian melangkah meninggalkan mereka, dengan Veora yang langsung menghela napas.

"Veora," panggil Merlin, gadis yang dipanggil itu mengangkat sebelah alis.

"Kau dengar tidak keributan kemarin?"

"Apa?"

"Tentang Ksatria Topeng."

"Ksatria Topeng?"

Merlin mengangguk, ia menoleh ke sekitar. "Kemarin seseorang tiba-tiba menyerang para preman, ia menggunakan kain biru yang ia lilitkan dan jadikan penutup wajahnya."

Veora mengerutkan keningnya, "Siapa dia?"

Mendengar pertanyaan tersebut, alih-alih menjawabnya, Merlin hanya mengedikkan kedua bahunya, ia lalu mengambil separuh roti kacang merah milik Veora yang tergeletak di atas piring dan memakannya.

Kedai siang itu cukup ramai, beberapa pengunjung membicarakan topik pembicaraan yang serupa. Tentang kegaduhan yang sempat terjadi kemarin siang di pasar kota. Kehadiran seseorang misterius dengan identitas yang tidak diketahui, gerakannya yang lincah disertai ilmu pedangnya yang jelas sekali menunjukkan bahwa ia adalah seorang Ksatria. 

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang