19. Penyerangan dan Penyelamatan

104 21 3
                                    

"Kami akan ke pasar sebentar, membeli sedikit makanan untuk diperjalanan," ucap Helena beberapa saat yang lalu sebelum akhirnya menarik Ophalia agar turut serta dengannya.

Tersisalah Alice bersama dengan Hansel, duduk berhadapan di sebuah kedai sederhana dengan beberapa piring yang semula berisi sarapan dan berhasil disantap oleh mereka berempat.

Hansel menunduk dengan posisi duduk bersandar, ia memainkan belati kecil yang selalu bersemayam di ikat pinggangnya, sedangkan Alice hanya diam dan memandangi punggung Helena yang kemudian menghilang setelah meninggalkan kedai.

Alice mengalihkan pandangannya ke arah Hansel, "Ibumu sudah bertemu dengan Helena?" tanyanya membuat Hansel mendongak terkejut.

Wajah lelaki itu tampak linglung selama beberapa saat, seolah hal yang aneh bagi Alice menanyakan perihal ibunya. Hansel lalu berdeham pelan, kembali menyimpan belati miliknya pada ikat pinggang lalu memperbaiki posisi duduk, "Sepertinya belum. Ibuku sibuk, ia bahkan tidak menghadiri rapat bersama Ratu kemarin," jawabnya.

Alice mengangguk, "Benar juga," Gadis itu lalu mengambil secangkir kopi miliknya dan meminumnya perlahan.

Jika dipikirkan, aneh juga bagi Ibu Hansel — Julia — sebagai mata-mata yang berdasarkan penyataan Matthias merupakan mata-mata yang tergolong senior, tetapi tidak hadir dalam rapat.

"Ibuku sibuk di Lounne, entah apa yang ia lakukan. Jadi, besar kemungkinan bahwa Helena belum bertemu dengannya," sahut Hansel menambahkan.

Alice mengangguk setelah mendengar lanjutan dari ucapan Hansel, gadis itu lalu terdiam sejenak, memainkan sendok teh miliknya yang sempat ia gunakan untuk menambahkan gula pada kopi.

"Alice," panggil Hansel, yang dipanggil sontak menengadah.

"Kau tidak rindu Cartland?" Hansel menatap lekat wajah Alice.

Tatapan itu membuat Alice terdiam sejenak, gadis itu menunduk sekilas dan mengerjapkan matanya beberapa kali, "Tentu saja aku merindukannya."

"Benarkah?" tanya Hansel mencari keyakinan dari jawaban Alice, lelaki itu lalu mencondongkan badannya mendekat pada Alice.

Alice mengerutkan keningnya merasa canggung tatkala Hansel tiba-tiba mendekat, ia mengangguk pelan.

Benar Alice merindukan Cartland. Mengapa Hansel harus mempertanyakan lebih lanjut?

Melihat tatapan Alice yang membulat dan ekspresinya yang canggung, Hansel tersenyum. Lelaki itu mengambil sepotong manisan yang tersaji di atas piring, mengunyahnya masih dengan senyuman yang belum kunjung pudar, "Kau bisa pergi ke sana jika kau mau."

"Apa?" Alice memandang Hansel terkejut, tampak binar dan kilauan antusias terpantulkan dari netra cokelat milik gadis itu, hingga akhirnya Alice pun tersadar dengan napas yang tertahan.

"Sepertinya itu tidak memungkinkan ... di situasi seperti sekarang," ucap Alice pelan, sarat akan kekecewaan dan kesedihan.

Situasi Cartland sama seperti situasi Roseline sekarang, bahkan lebih parah. Negeri itu sedang berada dalam kekacauan, mendatanginya di waktu dekat hanya akan membuat Alice kesakitan.

Negeri Hijau itu sedang tidak baik-baik saja.

Hansel tertegun, ia lalu menunduk. Apa yang dikatakan Alice benar, mendatangi Cartland bukanlah ide bagus. Lelaki itu hanya mencoba menyenangkan Alice, tetapi apa daya jika keadaan sama sekali tidak memungkinkan.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang