04. Keheningan Duka

246 77 27
                                    

Alangkah besar duka yang melanda Cartland. Setiap rakyat di negeri ini tentunya merasa sedih dan kehilangan, turut berduka atas kepergian Raja dan Ratu mereka akibat kecelakaan yang terjadi.

Sudah tiga hari berlalu sejak jasad Raja dan Ratu berhasil dievakuasi, beberapa penghormatan terakhir telah dilakukan para rakyat, semuanya mengenang kepergian mereka dengan setangkai bunga putih sebagai simbol duka cita dan kesucian.

Aaron berdiri menghadap cermin. Ia memandang pantulan dirinya dengan pakaian hitam serta mahkota milik ayahnya yang berkilau dengan gagahnya di atas kepalanya. Lelaki itu sudah menangis di hari di mana kabar kematian kedua orang tuanya sampai, ia tidak bisa lagi menangis.

Meski nyatanya air mata itu tetap menggenang di pelupuk mata.

Upacara pemakaman akan dilakukan pagi ini, dan langit Cartland digelayuti oleh awan mendung. Angin berhembus disertai keheningan pada setiap penjuru ibu kota. Para rakyat sudah berkumpul di sepanjang jalan di mana rombongan istana akan mengantarkan jasad Raja Stewart dan Ratu Lilly-Anne untuk beristirahat di kapel keluarga kerajaan.

Semua rakyat mengenakan pakaian hitam, mereka menundukkan pandangan. Beberapa sudah menangis tersedu, merasa sangat kehilangan atas kepergian sepasang pemimpin berarti bagi kerajaan ini.

Sungguh suasana yang amat memilukan. Pihak Lindsey amat berduka cita sedalam-dalamnya tatkala mendengar kabar kematian Raja dan Ratu Cartland. Mereka tentu terkejut atas kabar tersebut, karena pada nyatanya, kecelakaan itu terjadi sesaat setelah Raja dan Ratu menghadiri upacara penobatan Raja baru Lindsey.

Kleypas sebagai negeri yang telah menjalin perdamaian dengan Cartland pun mengungkapkan duka cita terhadap kematian pemimpin Negeri Hijau tersebut. Begitu pun dengan Roseline yang adalah sekutu sejati sejak berdirinya Cartland.

Kembali pada Aaron yang tengah menatap pantulan dirinya dengan pandangan kosong, ia melirik ke arah mahkota yang telah ia kenakan.

Berdasarkan seluruh nasihat dan saran yang diberikan oleh para tetua dan bangsawan kelas tinggi. Keputusan diambil untuk menjadikan waktu satu minggu sebagai waktu berduka untuk seluruh negeri, sekaligus persiapan untuk penobatan Raja baru mereka.

Aaron sudah diakui Raja secara sah oleh Cartland bersamaan dengan kabar kematian Raja Stewart. Dan rasanya masih begitu berat bagi Aaron untuk menyadari bahwa ternyata dirinya kini telah menjadi Raja.

Seorang diri.

Kini tak ada lagi ayahnya sebagai tempat baginya untuk bersandar, untuk meminta petuah, untuk berdiskusi, untuk mengarahkan. Tak ada lagi sosok ibunya sebagai tempat bagi dirinya untuk berlindung, untuk setidaknya bertukar pikiran.

Hanya ada dirinya, dan adiknya.

Bahkan meskipun para penasihat dan bangsawan lainnya bersedia untuk membimbingnya dan memberikan saran serta arahan, semua tidak sama dengan apa yang orang tuanya lakukan.

Perlukah rasa kehilangan harus terjadi dengan secepat ini?

Aaron tahu ia akan menjadi Raja, ia sadar dengan betul bahwa mahkota Raja akan ia kenakan di kemudian hari. Lelaki itu hanya tidak menyangka bahwa ternyata, untuk memakai mahkota ini, Aaron harus merasakan kehilangan.

Dalam lamunannya, Aaron tersentak tatkala suara ketukan pelan terdengar. Pintu berderak pelan, Evan dengan pakaian berwarna hitamnya, menyampaikan pesan pada Aaron bahwa upacara pemakaman akan segera dimulai.

Lelaki itu mengangguk, sempat melirik sekilas ke arah cermin, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangannya.

Di luar istana, lonceng terdengar begitu memilukan, pertanda upacara pemakaman akan segera dimulai. Beberapa kereta kuda mulai meninggalkan istana, mereka semua mengarah menuju kapel, dengan salah satu kereta kuda yang membawa dua peti jenazah Raja dan Ratu.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang