25. Menanti Tabir

96 21 7
                                    

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Hardin bergumam pelan mempersilakan masuk. Tak lama, sosok Altheia pun berjalan mendekat, ia memasuki ruangan Hardin dengan langkah pelan.

"Kakak memanggilku?" Altheia melontarkan pertanyaan, ia menatap Hardin yang masih sibuk berkutat memeriksa dokumen dan lain hal.

Hardin terdiam sejenak, "Ya," jawabnya kemudian, ia menengadah dan mendapati keberadaan adiknya yang kini sudah berada di hadapannya.

Altheia tidak memasang ekspresi apa pun selain rasa heran serta kebingungan, ia menatap wajah kakaknya itu seraya mencoba menebak apa alasan yang membuat gadis itu dipanggil ke ruangan ini.

Hardin beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan pelan mendekati beberapa sofa yang berada tak jauh dari meja kerjanya. Potret lukisan Raja Roseline ketika masih remaja terpampang nyata menjadi pemandangan bagi siapa pun yang duduk di sofa. Altheia hanya bisa memandangi Hardin dan dengan ragu mengikuti langkah kakaknya tersebut.

"Itu semua ... dokumen pengesahan kekaisaran?" tanya Altheia pelan, ketika Hardin baru saja duduk di salah satu sofa yang membelakangi lukisan.

Hardin mengangguk, ia menuangkan segelas anggur untuknya sendiri, ia bahkan tidak berkata apa pun untuk meminta adiknya itu agar duduk.

Altheia akhirnya duduk pada sofa di hadapan Hardin, memandang langsung pada potret lukisan Hardin yang terpajang di belakang si pemiliknya. Gadis itu lalu melirik ke arah meja di depannya, hanya ada satu gelas—kakaknya hanya berniat meminum anggur itu seorang diri.

Diam-diam, Altheia menghela napas. Hubungan ia dan kakaknya memanglah tidak begitu baik, mereka hanya sebatas berbagi darah yang sama, selebihnya hubungan mereka tidak jauh berbeda daripada dua orang asing.

"Setelah ini, kau akan menguasai Kleypas juga?"

Hardin yang hendak meminum anggur miliknya sontak menghentikan gerakannya, matanya melirik ke arah Altheia yang duduk di depannya. Tak ada ekspresi sedikit pun, senyuman atau tatapan ramah dan hangat. Hardin terlihat seperti patung yang bergerak dan bernapas, juga berbicara. Ia seolah tak memiliki ekspresi yang lain.

"Kau tak perlu tahu—"

"Kenapa aku tak perlu tahu?" Altheia menatap Hardin dengan keberanian yang telah ia kumpulkan. Mau bagaimana pun, statusnya masih sebagai Putri Roseline, walaupun kakaknya ini adalah Raja Roseline—atau mungkin sebentar lagi akan berganti menjadi Kaisar Roseline—Altheia tetap berhak mengetahui apa yang sebenarnya kakaknya ini rencanakan.

Jika seluruh orang di Auduma terkejut oleh keputusan Roseline yang tiba-tiba menekan Cartland, Altheia adalah salah satu orang pertama yang paling terkejut. Adanya konflik di antara kedua negeri ini membuat hubungannya dengan Aaron, yang sampai sekarang masih merupakan tunangannya—setelah bertahun-tahun mereka bertunangan—terasa sedikit  berubah. Altheia tidak berani mengirimi tunangannya itu surat seperti biasanya, begitupun Aaron yang terlalu sibuk dan barangkali tanpa sengaja melupakan Altheia.

Altheia bisa memahami apa yang Aaron rasakan, tetapi sebagai Putri Roseline dan adik dari Pemilik Roseline, Altheia tidak mengerti apa motif yang dilakukan oleh kakaknya ini.

Hardin menatap Altheia selama beberapa saat, gelas berisi anggur yang hendak ia minum akhirnya berakhir lelaki itu letakkan di atas meja.

"Apa ... apa yang membuatmu tiba-tiba ingin membentuk kekaisaran?"

Senyuman tipis terbit dari bibir Hardin, lelaki itu menyandarkan punggungnya, "Semua orang tahu bahwa dataran ini semula adalah satu kerajaan."

Altheia sempat membulatkan matanya, "Jadi, Kekaisaran Roseline akan menjadi Kerajaan Auduma yang baru?"

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang