Satu pekan telah berlalu sejak Helena mengetahui kenyataan tentang dirinya yang adalah Nolatds. Gadis itu perlahan mulai menerima dirinya, menerima jati dirinya.
Helena sama sekali tidak ingat kejadian sebelum ia diangkat menjadi Putri Lindsey. Mengetahui kenyataan bahwa ayahnya sampai harus mengorbankan energinya hanya untuk menekan energi milik Helena—yang juga berakibat hilangnya ingatan Helena—membuat Helena merasakan kesedihan yang tidak dapat dijelaskan.
Semua ini terasa tidak nyata. Ingatannya hilang, dan tak ada hal yang bisa Helena yakini bahwa hal tersebut nyata.
Tetapi, meskipun seperti itu. Tubuh Helena tetap menyimpan memori. Itulah yang membuat Julia bisa menguak kenyataan tersebut. Wanita itu rupanya bisa melihat masa lalu melalui sentuhan.
Orang tua Helena diketahui adalah Nolatds. Mereka adalah penyihir yang menempati tempat tidak beraturan, kerap berpindah, mengganti identitas, dan lain sebagainya. Mereka melakukan itu demi bertahan hidup. Karena Lindsey sangat membenci penyihir, sama seperti Kleypas.
Doktrin bahwa penyihir membawa sial rupanya telah menjadi kepercayaan yang mengalir seiring zaman. Bahkan meskipun mereka yang terlahir sebagai Nolatds sama sekali tidak melakukan apapun yang merugikan para warga—mereka tetap diburu.
Hal itulah yang dialami oleh kedua orang tua Helena. Mereka hanya mencoba untuk hidup normal seperti orang kebanyakan. Menyembunyikan jati diri, menghindari penggunaan kemampuan.
Kendati, nasib mereka tetaplah berakhir tragis.
Julia sempat menyampaikan pada Helena, bahwa ia bersaksi kedua orang tua Helena adalah Nolatds yang baik. Mereka sama sekali tidak pernah melakukan penyerangan, membuat kerugian, atau bahkan sungguhan memberi kesialan.
Bahkan dalam tafsir mimpi Raja Mora, keberadaan Helena pun diramalkan sebagai Putri Dengan Masa Lalu Yang Terbakar, yang apabila diartikan lebih lanjut, itu memanglah Helena.
Helena sungguh adalah bukti dari mimpi Raja Mora. Kenyataan bahwa gadis itu adalah Nolatds pun bahkan termasuk di dalam ramalan.
Tok! Tok!
Suara ketukan terdengar dari arah luar. Helena yang tengah melamun menatap punggung tangannya yang mulai menunjukkan ruam-ruam kemerahan yang semakin jelas, menoleh ke arah pintu.
"Masuklah," ucap Helena pelan, entah akan terdengar ataukah tidak.
Setelah berkata demikian, pintu pun berderit pelan, menampilkan sosok seorang lelaki dengan paras yang telah amat familier Helena kenali.
"Ternyata ini sungguhan dirimu," ucap Jeffrey berjalan mendekat.
Helena menatap keberadaan Jeffrey dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Ia lalu mendengkus pelan kembali menunduk menatap punggung tangannya.
"Aku sudah mendengar rencana penyucian yang akan mereka lakukan padamu." Jeffrey melirik ke arah tangan Helena, kemudian kembali menatap wajah gadis itu.
Helena melirik ke arah Jeffrey, "Kau mengetahuinya?"
Lelaki itu tersenyum tipis, "Mudah bagiku untuk mengetahui banyak hal."
"Kau baru tahu aku masih hidup," timpal Helena cepat, membuat seringai tipis di wajah Jeffrey terbit setelahnya.
"Kau benar. Kukira kau sungguh melakukan tindakan bodoh."
Ucapan Jeffrey membuat Helena mendengkus, "Bahkan kematianku pun kau anggap tindakan bodoh."
"Tentu saja," jawab Jeffrey. "Kau mati hanya karena seorang pria. Itu tindakan bodoh."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔
FantasyTatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya datang dari bintang memberikan hadiah pada raja kami. Auduma diberkati dengan banyaknya anugerah." ...