Pintu pun terbuka, Julia dan Farley yang baru saja melangkah masuk sontak mematung di ambang pintu. Helena yang mereka kira masih terbaring rupanya sudah sadarkan diri, menatap keduanya dengan tatapan yang membulat serta bibir pucat.
Apakah Helena mendengar-
"Apa maksudnya, Julia?" tanya Helena, turun dari tempat tidurnya. Tatapannya mengarah lurus pada Julia, tidak ada ekspresi, hanya tuntutan jawaban yang Helena nanti.
"Helena ... kau sudah sadar-"
"Apa maksud perbincangan kalian tadi?" Helena tetap duduk menghadap Julia, sorot matanya masih menunjukkan keterkejutan, tetapi ekspresinya sangat datar.
Tidak bisa Helena pungkiri, apa yang ia dengar beberapa saat yang lalu terasa seperti lelucon.
Lelucon yang mengerikan.
Helena melirik ke arah punggung tangannya yang kini menampilkan ruam-ruam merah, ia lalu kembali menatap Julia. Wanita itu diam mematung, tidak tahu harus menjawab apa. Begitu pula Farley yang hanya menghela napas dan membuang wajahnya, menghindari tatapan Helena.
"Jujur padaku. Apa maksud perbincangan kalian? Kalian membicarakanku? Kalian membicarakan apa yang terjadi padaku?"
"Helena ..." panggil Rafaelt, menyentuh pundak Helena meminta gadis itu agar tetap tenang-tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika emosi gadis itu pecah saat ini juga.
Helena melayangkan tatapan tidak suka ke arah Rafaelt, ia lalu menepis tangan lelaki itu. "Kau mengetahuinya, Rafaelt? Kau terlihat tidak terkejut."
Pertanyaan tersebut membuat Rafaelt bungkam, ia menelan ludahnya kasar, lalu menghela napas dan menunduk. Rafaelt sudah tahu.
Julia dan Farley jelas sudah tahu. Apakah hanya Helena yang tidak tahu apa-apa tentang dirinya saat ini?
Gadis itu mendecak kesal, ia kembali menatap Julia, "Katakan padaku, Julia. Apa yang terjadi padaku? Apa maksud perbincangan kalian tetang energi Nolatds yang ada pada diriku?"
Pertanyaan itu terdengar menggema bagi Julia. Wanita itu menghela napas pelan, menatap Helena lembut tetapi juga sendu. "Kau ... kau adalah seorang Nolatds, Helena."
Ia adalah seorang Nolatds.
Penyihir.
Helena memandang Julia kosong, pupilnya membulat dengan pendengaran yang terasa teredam. Ia masih bermimpi? Atau mungkinkah ini semua hanyalah ilusi?
Ucapan Julia terasa tidak masuk akal. Butuh beberapa detik bagi Helena untuk terdiam dalam kondisi mengambang, mencoba mencerna setiap kata yang terlontar dari lisan wanita itu seolah bahasa yang Julia gunakan bukanlah bahasa yang Helena mengerti.
Hingga setelah beberapa detik berlalu. Laksana palu gada yang memukul telak dadanya, Helena membulatkan mata dengan perut yang tiba-tiba terasa mual. Ini kejutan yang menyakitkan.
Helena terperanjat dan turun dari tempat tidurnya, ia melangkah mundur dan menjauhi orang-orang yang ada di ruangan tersebut. Helena tiba-tiba merasa takut. Kenyataan yang Julia sampaikan padanya terdengar menyeramkan seperti nyawa yang sebentar lagi mesti dikorbankan.
Helena takut.
Ini terdengar buruk.
Ia takut pada dirinya sendiri.
"Itu ...." Helena bergumam pelan, ia berpegangan pada dinding dekat jendela dengan kaki yang bergemetar, pandangannya tidak fokus, tetapi pikirannya berputar dengan hebat. "Itu ... tidak mungkin ...."
Julia mencoba mendekati Helena, ia melangkah menghampiri gadis itu, tetapi justru berbalas langkah lain dari Helena yang menghindar. Gadis itu mendongak, menatap Julia dengan tatapan nanar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔
FantasíaTatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya datang dari bintang memberikan hadiah pada raja kami. Auduma diberkati dengan banyaknya anugerah." ...