17. Kota Yang Tertinggal

104 23 32
                                    

"Kalian yakin akan ikut denganku?" Ophalia memandangi Helena dan Alice bergantian, kedua temannya itu tengah melakukan hal yang sama seperti dirinya-menyiapkan barang bawaan.

Alice mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya, ia memasukkan beberapa pakaiannya disertai dengan benda-benda yang ia rasa dibutuhkan. Helena sendiri tidak menjawab, gadis itu sibuk memilih-milih pakaian mana yang akan ia bawa.

"Hey. Kalian sungguh yakin?" Ophalia mengulangi pertanyaannya, membuat Helena dan Alice menoleh serentak.

"Kami yakin ... lagipula, aku cukup penasaran bagaimana situasi di luar sana. Ini juga akan jadi kali pertama bagiku untuk pergi ke Roseline-"

"Tapi ini sangat berbahaya, Helena. Baik Roseline dan Cartland sedang dalam keadaan yang tidak baik," sanggah Ophalia menatap Helena khawatir.

"Lalu apa bedanya denganmu?" Alice menimpali, ia menatap lekat-lekat Ophalia, "Kau adalah seorang buronan, Ophalia. Keberadaanmu amat dicari di luar sana. Kita akan pergi bersama, dan jika terjadi sesuatu padamu-"

Ophalia menghela napas, "Kalian tidak mengerti. Aku pergi ke sana untuk melihat keadaan. Seperti apa yang dibicarakan dalam rapat bersama Ratu kemarin, seseorang harus pergi ke Anneliana untuk melihat situasi."

Alice terdiam, ia lalu melirik ke arah Helena, "Intinya kami akan ikut, Ophalia. Ratu tidak mengizinkanmu untuk pergi seorang diri."

"Benar, tidak ada salahnya kami ikut denganmu ..."

Ophalia menggigit bibir bawahnya ragu, ia lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Alice berjalan menghampiri, diikuti oleh Helena.

"Percayalah, semua akan baik-baik saja. Kita bertiga akan kembali dengan selamat. Kita hanya melaksanakan tugas yang diberikan."

"Tugas ... yang diberikan, ya," gumam Ophalia pelan.

Nyatanya, apa yang mereka perbincangkan bukanlah hanya tugas. Semua berawal dari rapat yang tiba-tiba dilaksanakan oleh Ratu, mengundang mereka untuk hadir - karena bagaimana pun, keberadaan Ophalia, Alice, dan Helena memanglah bukan semata-mata untuk tinggal secara percuma di negeri ini. Mereka adalah perwujudan dari ramalan mimpi Raja Dellway, mereka memiliki beban tersendiri.

Dalam rapat itu dibahas tentang bagaimana keadaan di luar Dellway. Keinginan Raja Roseline yang baru, Raja Hardin Ianor dan ambisinya untuk membangun kekaisaran. Beberapa laporan dari mata-mata Dellway yang berada di Roseline dan Cartland sama-sama menyampaikan situasi yang terjadi di sana, menyatakan bahwa kedua negeri itu sedang dalam keadaan kacau dengan situasi yang kian memanas.

Mengetahui ambisi Roseline yang tidak biasanya, Dellway sebagai salah satu negeri yang berbatasan langsung dengan Roseline tentu saja cemas. Takut apabila negeri tersebut akan kembali menyerang Dellway seperti apa yang dilakukan 27 tahun yang lalu-ketika seluruh negeri saat itu saling berperang satu sama lain.

Dellway tentu saja merasa terancam atas ambisi Hardin. Raja Roseline itu bukan hanya sebatas ingin merebut sebagian wilayah, melainkan mengeklaim seluruh kerajaan untuk masuk dalam teritori miliknya. Tidak mungkin Roseline hanya berniat memiliki Cartland, tentu negeri ini pastinya tidak akan tanggung-tanggung ingin menguasai seluruh negeri di Auduma.

Kembali membuat Auduma berada di bawah satu kekuasaan.

Dalam rapat itu, Ratu mempertanyakan situasi di perbatasan. Dua per tiga dari mata-mata yang ada di Roseline sudah dipulangkan, dan tak ada yang bisa memastikan keadaan dan situasi yang ada di Anneliana. Ophalia pun akhirnya mengajukan diri dengan sukarela untuk berangkat ke Roseline, pernyataan itu membuat seluruh pasang mata menoleh terkejut. Matthias bahkan dengan tegas menolak pernyataan Ophalia, disusul oleh para petinggi dan bangsawan lainnya. Alice dan Helena hanya bisa saling pandang, sedangkan Ophalia justru tak merubah ekspresinya - menatap lurus ke arah Ratu dengan pandangan penuh yakin.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang