15. Kejutan Rasa Sakit

90 27 3
                                    

Ibukota Astrilde hari ini begitu ramai seperti biasanya. Musim panas sama sekali tidak membuat aktivitas para rakyat terhenti.

Helena menggulung lengan bajunya, beberapa kali ia melambaikan tangannya - mengipasi dirinya. Gadis itu melirik ke arah Ophalia yang berjalan di sebelahnya, ia lalu mengerutkan keningnya.

"Kau tidak merasa gerah?" tanya Helena.

Ophalia menoleh, gadis itu lalu menggeleng pelan, "Mungkin karena pakaianku lebih tipis, entahlah."

Jawaban Ophalia membuat Helena mengerucutkan bibirnya, ia terus mengekori langkah Ophalia - yang entah akan pergi ke mana.

Pagi tadi, Ophalia membangunkannya dan bertanya apakah dirinya memiliki jadwal hari ini ataukah tidak.

Helena sudah menjawab semalam bahwa ia ingin bermalas-malasan di rumah seharian, ia malas untuk pergi ke Lounne, atau bahkan hanya keluar rumah. Helena ingin tidur yang banyak. Sayangnya, keinginan itu tidak bisa terkabul.

Ophalia langsung menarik Helena untuk bangun dan turun dari tempat tidurnya. Gadis berambut pirang pucat itu pun lalu meminta Helena untuk segera bersiap, karena hari ini adalah hari penting untuk Ophalia.

Ophalia kembali bermimpi - itu yang dikatakannya. Helena tidak begitu mengerti, tetapi gadis itu memang ikut senang mendengarnya. Alhasil, ia pun bersiap-siap dan menemani Ophalia.

Pertama-tama, Helena dibawa untuk mendatangi rumah seseorang, di sana tinggal seorang pria tua dengan badan kurus dan ekspresi wajah yang sama sekali tidak ramah. Ophalia berbincang beberapa saat dengan pria itu, ia lalu menyerahkan cincin di tangannya pada pria tersebut.

Kurang lebih satu jam lebih mereka berbincang, dan Helena hanya diam di salah satu kursi dengan secangkir teh yang sudah kosong karena rasa hausnya. Helena sempat mengedarkan pandangannya untuk memperhatikan interior rumah ini, dan ini mengingatkan Helena akan rumah Julia - wanita yang sempat Rafaelt perkenalkan padanya, dia yang memberikan Helena kamus Bahasa Auduma.

Ophalia sepertinya menceritakan mimpinya pada pria itu. Sempat pula terdengar beberapa kalimat terlontar bahwa Ophalia yakin bahwa yang ia lihat itu sama.

Helena tidak mengerti.

Dan sekarang, ketika hari sudah siang, Ophalia membawa Helena untuk berjalan menuju pusat Ibukota.

"Sebenarnya, ke mana kita akan pergi?"

"Aku akan membuat cincin," jawab Ophalia, ia sempat menoleh dan tersenyum. Ekspresinya tampak begitu senang dan bersemangat.

Helena menatap Ophalia heran, ia lalu menunduk menatap cincin kesayangannya - cincin pemberian Rafaelt - yang melingkar di jemarinya, kemudian kembali mendongak, "Cincin? Cincin apa?"

Ophalia mengedikkan bahunya, ia tersenyum miring, "Kita akan tahu nanti."

Jawaban Ophalia sama sekali tidak membantu. Helena mendecak, ia lalu menunduk menatap kakinya yang terus melangkah.

"Kita akan pergi ke Laboratorium Nomansi. Mungkin ada Alice di sana."

"Kita akan menemui Alice?"

Ophalia menggelengkan kepalanya, "Aku akan bertemu dengan seorang Altnik. Ia akan membuatkanku benda yang menjadi penghantar lonjakan energi."

Helena mendengus, lagi-lagi ia tidak mengerti. Ingatkan Helena apabila ia pergi ke perpustakaan nanti, pastikan ia untuk membaca lebih lanjut dunia para Ishvela.

Penjelasan Matthias satu tahun yang lalu sama sekali tidak membuat gadis itu paham. Helena hanya mengerti bahwa kekuatan Ishvela berasal dari pusaka. Dan Helena pun sudah tahu tentang pusaka.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang