-12

391 51 3
                                    

☀️

Taehyung menghela nafas berat mendengar penolakan dari Jisoo untuk yang kesekian kalinya.

Taehyung bangkit lalu berjalan ke hadapan Jisoo kemudian menundukkan badannya lalu berbisik, "Gue gak bakal nyerah. Gue tunggu di parkiran nanti, see you, dear," seraya mengacak rambut Jisoo, setelah itu berlalu dari hadapan Jisoo.

Jisoo menengok, "Ngapain?" tanyanya, mempertanyakan mengapa Taehyung harus menunggunya di parkiran.

"Ya nganter Lo balik lah, tuan putri," jawab Taehyung tanpa menoleh.

Jisoo mendecih lalu kembali menatap ke depan, memandang telaga yang ada di belakang sekolah samping kantin yang terlihat dari roof top. Telaga itu terlihat sangat indah, sayangnya Jisoo tidak pernah ke sana. Jisoo berniat ingin ke telaga itu lain waktu, melihat ada sebuah bangku di pinggir telaga. Jisoo tersenyum, gadis itu mendapat tempat menyendiri selain di roof top. Lagi pula, semakin hari, semakin banyak murid yang menghabiskan waktu istirahatnya di roof top, rasanya Jisoo ingin melarang tapi ia tak punya wewenang. Ini waktu yang tepat untuk mengganti tempat menyendiri, pikir Jisoo.

Tiba-tiba, ponsel Jisoo berdering. Jisoo segera mengangkatnya usai melihat siapa yang menelepon.

"Kok Lo gak sekolah hari ini, Jin? Lo sakit?" tanya Jisoo tanpa menyapa terlebih dahulu.

"Nggak, nanti gue jelasin. Gue boleh minta tolong, nggak?" balas Soojin di seberang sana. Jisoo mengernyit, suara Soojin terdengar panik.

"Kayak sama siapa aja lo, Jin! Minta tolong apa?"

"Aduh, gue butuh duit, gue tau Lo sayang banget sama duit Lo, makanya gue sungkan minjamnya. Gue telepon Bona tapi gak di angkat," balas Soojin gusar.

"Anjir Lo, Jin, kalo hal mendesak, ya pasti dipake tuh duit kek sekarang, mau minjam berapa?"

"59 juta.." suara Soojin terdengar lirih. Ia sadar, itu nominal yang banyak sekali, tapi apa daya, penagih utang itu tidak akan pergi dari rumahnya sebelum ia bayar. "Gue tau tabungan Lo gak sebanyak itu, kasih seikhlas Lo aja."

"Nanti gaji gue masuk rekening Lo aja selama setahun, gue juga bakal bayar cicil pake gaji dari cafe," sela Soojin cepat.

Jisoo masih bergeming, ia terkejut mendengar nominal yang disebutkan sahabatnya.

"Bokap Lo brengsek banget, Jin," celetuk Jisoo kemudian. Ampunilah Jisoo, Tuhan, tapi ia mengatakannya dengan sadar tanpa rasa penyesalan. Entahlah, Jisoo merasa sangat kesal dan tidak habis pikir dengan papa sahabatnya itu, yang dengan teganya membebankan utangnya kepada anaknya, anak di bawah umur yang seharusnya masih belajar tapi karena mempunyai ayah tidak bertanggung jawab, sehingga harus bersekolah dibarengi dengan bekerja di dua tempat. Umpatan Jisoo membuat Soojin menangis, karena ia setuju dengan Jisoo.

"Dia udah bilang bakal ada penagih utang datang nanti, tapi gue gak expect bakal datang tiga, mana masih siang lagi, gimana kalo ternyata masih ada yang datang nanti," Soojin berucap sembari terisak kecil. Jisoo jadi ikut berkaca-kaca mendengar suara Soojin yang sangat pilu.

"Gue udah transfer sembilan juta. Gue bakal telpon Mbak Sofia, gue yakin dia mau minjamin Lo duit," balas Jisoo. Jisoo meminjamkan semua tabungannya untuk Soojin, hanya tersisa sedikit saja.

Lovely \ VsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang