3

1.4K 142 0
                                    

***

Lisa tidak bisa membandingkan mana yang lebih baik atau mana yang lebih buruk sekarang, antara agensi lama atau yang baru. Ia menyukai keduanya, sebab ia yang memilih keduanya. Namun sedikit berbeda dari agensi lamanya, gadis itu diberi banyak pekerjaan sekarang. Seolah ingin segera mendapatkan kembali uang yang sudah pria itu keluarkan untuk kontrak mereka, Kwon Jiyong tidak ingin menyia-nyiakan keberadaannya.

Kemarin Jisoo yang telepon dan disuruh datang ke agensi, lalu hari ini giliran ia yang diminta datang. "Temui aku di agensi jam sepuluh pagi," begitu pesan Jiyong padanya. Maka, datanglah ia sekarang. Setelah dua minggu lalu ia datang untuk pertama kalinya ke sana, kali ini gadis itu membuka pintu tangga daruratnya. Terlebih dulu ia pergi ke cafe di bawah Yellow Ent., memesan beberapa kopi untuk dibawa ke atas.

Meski statusnya hanya artist di agensi itu, Lisa merasa seolah ia memiliki perusahaannya. Hanya ada sedikit staff di sana, mau tidak mau ia harus mengurus sendiri urusannya. Mau tidak mau, ia perlu mengambil andil lebih banyak di sana, memastikan perusahaan kecil yang baru lahir itu bisa membayar kontraknya yang bernilai milyaran.

"Halo para penduduk Bumi!" begitu ia berteriak saat pertama menginjakan kakinya di depan pintu ruang meeting. Di sana, ruang meetingnya berhadapan dengan tiga ruangan lain, ruang kerja Heechul di sebelah kanan, Dahee di tengah dan ruang sang CEO di paling kiri, berhadapan langsung dengan lorong penuh lukisan dan pajangan.

Lisa berteriak, lalu duduk di sofa panjang yang bersandar ke dinding ruang kerja Dahee. Dindingnya berwarna biru, sedang tepat di sebelahnya, tanpa garis pembatas, dinding ruang kerja Heechul berwarna putih. Entah karena belum selesai di cat, atau Jiyong memang ingin dindingnya berwarna-warni.

Jeno yang pertama muncul, mengintip dari pintu paling kanan. "Noona, aku sudah dapat lisensi juga," lapor Jeno, tanpa keluar dari ruang kerjanya. Hanya menyodorkan kepalanya di sela pintu.

"Oh ya?! Whoa! Tesnya mudah kan?" kata Lisa, menanggapi laporan manager lapangnya, sembari mengulurkan tiga gelas kopi dalam tray kertasnya. Memberi tanda agar Jeno keluar dan mengambil kopinya.

"Apanya yang mudah?! Aku gagal empat kali gagal," balas Jeno, akhirnya keluar dari ruang kerjanya untuk mengambil kopi dari Lisa. "Untungnya Jiyong hyung punya koneksi di sana, jadi aku boleh mengulang tesnya sampai lolos, tidak perlu kembali bulan depan," susulnya, dan kali ini Lisa membulatkan matanya. Bulat sempurna, dengan jelas menunjukan keterkejutannya.

"Oh no," komentar Lisa, membayangkan bagaimana payahnya Jeno saat mengemudi untuknya nanti. "Jeno-ya, kau ingin jadi manager lapangnya Jisoo eonni saja?" tawar Lisa kemudian, tengah mencoba untuk menyelamatkan dirinya.

Bersamaan dengan obrolan itu, Kim Heechul muncul, dari toilet di sebelah ruang meeting. Pria itu datang dengan pakaian tidurnya, piyama lengkap dengan penutup mata yang dikalungkan ke lehernya. "Oppa, konsepmu hari ini pajamas party?" Lisa jelas bertanya, sebab ia tidak pernah menduga pemandangan seperti ini sebelumnya.

"Sudah dua hari aku tidur di sini," kata Heechul, lekas mengambil kopinya. "Karena CEO kikir itu, aku jadi harus tidur di situ, dua malam!" keluhnya, kali ini sembari menunjuk sofa panjang tempat Lisa duduk.

"Hei, permisi, tuan, nona, tenanglah, ini bukan ruang kedap suara!" suara Dahee terdengar dari balik dinding di belakang Lisa. Disusul suara ketukan di dindingnya. Meja kerja Dahee ada tepat di belakang Lisa sekarang, sengaja ditata begitu agar Dahee bisa melihat pemandangan dari jendela besar dalam ruang kerjanya. Pemandangan dari beberapa gedung lama yang katanya akan dibangun kembali.

"Kacau, tempat ini benar-benar kacau," komentar Lisa, menggeleng pelan lalu terkekeh. Membayangkan hidupnya yang jadi semakin menarik sekarang. Alih-alih sebuah perusahaan, tempat ini lebih mirip seperti rumah—nilai gadis itu.

"Menelepon lah di atas kalau tidak ingin terganggu!" Heechul balas berteriak, sedang Lisa mengumumkan kalau ia punya es kopi dingin untuk Dahee.

Dahee akhirnya keluar, dengan celana olahraga pendek, kemeja dan blazer. Rambutnya tertata rapi, riasannya pun cantik. Namun gadis itu tidak memakai sepatunya. Hanya ia kenakan sebuah kaus kaki tebal berwarna kelabu dengan celana olahraga merah yang sangat kontras dengan bagian atas tubuhnya sekarang.

"Eonni juga belum pulang?" Lisa bertanya, sembari mengulurkan kopinya.

"Apa itu pulang?" balas Dahee, menerima kopinya kemudian melihat jam tangan kecil di pergelangannya. "Oh shit! Aku harus interview lagi, jangan berisik," katanya, berbalik kembali ke dalam ruang kerjanya.

"Interview apa?" Lisa bertanya, namun karena Dahee sudah pergi, ia menoleh pada Heechul, yang mungkin tahu jawabannya.

"Interview dengan calon resepsionis di depan, atau sedang mencari perusahaan kebersihan yang murah," kata Heechul. "Jiyong kita tidak perlu petugas bersih-bersih karena sampai hari ini tempat ini masih bersih," ceritanya, yang kemudian mengeluh kalau tempat itu bersih karena ia yang membersihkannya. "Aku bahkan membersihkan kamar mandi dan dia kesal karena aku membeli beberapa botol sabun cuci tangan!" keluhannya kemudian, bersamaan dengan munculnya Jiyong dari lorong. Pria itu baru saja turun, dari studio di lantai tiga.

"Hei! Jangan memotong ceritanya begitu! Kau membeli satu lusin sabun cuci tangan!" protes Jiyong, tepat setelah ia datang dan mendengar akhir keluhan Heechul. "Hanya ada beberapa orang di sini, untuk apa satu lusin sabun cuci tangan?! Boros," heran Jiyong.

Lisa sekarang tertawa. Benar-benar terbahak, dan Jeno pun sama. Mungkin Heechul sudah sering mendengar Jiyong mengomel karena uang, namun kapan lagi Lisa bisa mendengar G Dragon bersikap begitu? Melihat pria yang jadi ikon kekayaan mengeluh karena sabun cuci tangan, kapan lagi Lisa bisa menikmatinya?

"Berhemat lah dengan pengeluaran-pengeluaran kecil," gerutu Jiyong kemudian. "Jadi kita bisa membeli sesuatu yang besar," katanya, namun Heechul justru balas menggerutu. Siapa yang membeli sepatu seharga mobil kalau bukan Kwon Jiyong? G Dragon tidak pantas memberi ceramah soal berhemat—begitu katanya.

Dua pria itu terus berdebat, sampai Lee Dahee kembali merasa terganggu lalu memukul lagi dinding ruang kerjanya. Menyuruh orang-orang untuk diam agar ia bisa kembali bekerja. Lagi-lagi Heechul mengeluh, mencibir Dahee yang harus memindahkan mejanya, bukannya justru menyuruh orang lain untuk berhenti bicara. Suara di lorong tidak akan terdengar kalau meja kerja Dahee ada di sisi dekat jendela, seperti meja Heechul juga Jiyong.

"Sudahlah, berhenti bertengkar, kita harus bekerja sekarang," kata Jiyong kemudian, menghentikan omelan Heechul dan meminta orang-orang di sana untuk masuk ke ruang meeting, meninggalkan Dahee dan berhenti mengganggu pekerjaannya. "Go, go, go, kita harus mengumpulkan banyak uang sekarang," susulnya, memberi semangat sembari melangkah lebih dulu ke dalam ruang meeting.

***

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang