25

581 74 18
                                    

***

Setelah beberapa hari sibuk, ini adalah hari liburnya. Ini sudah pukul sepuluh dan dalam mobilnya gadis itu berucap, "aku akan pergi dengan Jennie dan Mone hari ini," katanya, bicara pada Kim Heechul yang beberapa detik lalu menelepon. "Dua hari lalu kami makan bersama, lalu hari ini kami akan pergi belanja bersama. Mungkin hanya sampai jam empat sore. Jiyong oppa pulang hari ini, dia akan rewel kalau aku tidak menemuinya. Ini hari liburku, ada apa? Tidak ada jadwal mendadak kan?" susulnya, mengoceh sembari mengemudikan mobilnya ke tempat Jennie berada.

"Kau akan menemui Jiyong jam empat nanti?" tanya Heechul. "Bagaimana kalau berangkat menemuinya lebih awal? Harusnya aku menjemputnya di camp militer sore ini, tapi kepalaku sakit sekali-"

"Oppa sakit? Tidak boleh! Oppa tidak boleh sakit. Bagaimana jadwalku besok kalau oppa sakit?" potong Lisa. "Suruh Jiyong oppa pulang sendiri, naik bus," katanya kemudian, justru membuat lawan bicaranya semakin pening. Bagaimana bisa Kim Heechul membiarkan CEO serta artisnya pulang dari camp militer dengan bus?

"Heish! Mana bisa begitu! Tidak bisakah kau menjemputnya?"

"Yang lain tidak bisa? Aku ingin belanja hari ini," katanya, dengan nada merengek khasnya. Bicara seolah pria yang harus ia jemput bukan lah kekasihnya. Sederet drama sakit hati pasti akan terjadi kalau Jiyong mendengar suara Lisa sekarang.

"Mana aku tahu? Kau orang pertama yang aku hubungi. Tidak bisakah kau langsung mengiyakannya saja? Aku benar-benar sakit sekarang. Aku bisa pingsan kalau kau tidak segera mengiyakannya," oceh Heechul dengan nada merengek yang sama.

"Aku orang pertama yang oppa hubungi? Baiklah," jawab cepat gadis itu. "Aku akan menjemputnya. Kalau dari mall, jam berapa aku harus berangkat? Berapa lama perjalanan ke sana?"

"Akan aku kirim lokasinya, kau kira-kira sendiri berapa lama perjalanannya. Thank you," kata Heechul tidak kalah cepat lalu seketika itu juga, panggilannya berakhir.

Lisa mendengus karena Heechul mengakhiri telepon mereka secara sepihak. Namun ia biarkan panggilannya berakhir dan setelah beberapa menit gadis itu tiba di depan sebuah gedung. Ia menghentikan mobilnya di tepian jalan, beberapa meter dari pintu masuk gedungnya. Sebuah mobil lain berhenti di depan mobilnya, membuat ia bisa meraih handphonenya lalu mulai menelepon.

"Aku sudah di depan gedungnya. Haruskah aku masuk atau eonni yang keluar?" tanyanya dalam telepon itu, pada Kim Jennie yang pagi ini punya jadwal meeting di stasiun TV.

"Aku ke sana- oh sepertinya kau harus menjemputku di depan pintu. Ada banyak orang diluar," ucap lawan bicaranya, yang sempat tersela oleh suara denting pintu lift. "Ada banyak fans di sini, aku tidak bisa berjalan ke mobilmu," susulnya.

"Eonni sendirian?"

"Hm... Aku bilang pada managerku kau akan menjemputku, jadi dia pergi," santai Jennie, tetap bicara pada teman satu grupnya itu.

Lisa kembali menjalankan mobilnya. Dengan hati-hati ia arahkan mobilnya masuk ke dalam area gedung stasiun TV itu. Mengemudi dengan sangat lambat sebab ada banyak pejalan kaki di sana. Berhati-hati sampai akhirnya ia berhasil berhenti di depan pintu utama gedungnya.

Gadis itu tidak turun dari mobilnya, sementara Jennie terlihat melangkah ke arahnya. Sebentar gadis itu menimbang-nimbang, memakai topinya lantas membuka kaca jendela di sebelahnya. Ia melambai sekarang, tersenyum menyapa penggemar dengan papan nama BLACKPINK di tangan mereka. Para penggemar itu terkejut, kemudian suara riuhnya terdengar, tidak seberapa lama, sebab Jennie sudah masuk ke dalam mobil dan mereka harus pergi agar mobil lain bisa bergantian berhenti di sana.

Dengan jendela mobil yang Lisa biarkan terbuka, gadis itu mengemudi keluar stasiun TV. Jennie menyapa penggemarnya, sedang si bungsu mengemudi untuknya. "Mana Mone?" tanya Jennie, setelah akhirnya suara bising dari riuh para penggemar menghilang.

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang