10

944 130 11
                                    

***

Lalisa yang ceria hari ini pergi ke stasiun TV untuk menonton klip rekaman rumahnya. Staff dari acara I Live Alone sudah merekam kesehariannya minggu lalu, mereka sudah selesai mengedit rekamannya, mendapat izin semua pihak untuk penayangannya dan sekarang Lisa diminta datang untuk mengomentari hidupnya sendiri. Bersama beberapa pemandu acara—Park Narae, Jun Hyunmoo, Code Kunst, Key dan Kian84—ia akan menonton klip kesehariannya.

Jeno yang hari ini mengantarnya ke stasiun TV. Namun baru saja mobil mereka berhenti, Lisa mengeluhkan pinggangnya yang terasa nyeri. "Sepertinya aku akan datang bulan," kata Lisa sembari melepaskan seat belt-nya. "Seluruh tubuhku rasanya nyeri," susulnya, jelas membuat Jeno khawatir. Membuat Jeno langsung menawarkan diri untuk mencarikan obat.

"Tidak," Lisa menolak obat yang Jeno tawarkan. "Telepon Jiyong oppa saja, katakan padanya kalau aku sakit," susulnya kemudian.

Jeno sempat ragu mendengar permintaan itu. Jiyong berada diluar negeri hari ini, memang ia harusnya kembali siang ini namun tadi pagi pria itu menelepon, mengatakan rencana untuk tinggal satu malam lagi. Pria itu sibuk dengan musiknya, berencana untuk merilis albumnya sendiri, juga masih perlu menyiapkan lagu untuk dua penyanyi lain di agensinya.

Syuting tidak langsung dimulai saat Lisa datang. Gadis itu masih perlu menunggu di ruang tunggu, tidak seberapa lama namun cukup untuk menjawab panggilan telepon. "Kau perlu ke rumah sakit?" tanya Jiyong, setelah ia menyapa gadis yang diteleponnya.

"Tidak, hanya tidak bersemangat," pelan Lisa, yang sekarang duduk, terkulai di atas sofa sembari sesekali menghela nafasnya. "Aku merindukanmu, cepat pulang," pelannya kemudian, disusul pertanyaan kapan pria itu akan kembali. Mereka bicara selama beberapa menit, sampai Lisa harus mengakhiri panggilan itu dan mulai syuting di studio. "Aku harus bekerja, sampai ketemu besok," katanya sebelum benar-benar pergi meninggalkan handphonenya.

Keluar dari ruang tunggu, senyumnya langsung mengembang. Jeno menyusul di belakangnya, memperhatikan Lisa dengan beberapa pikiran canggung—apa wanita ini baik-baik saja? Kenapa dia tersenyum sekarang? Bagaimana bisa dia terlihat begitu profesional sekarang?—berbagai penilaian muncul dalam benak Jeno.

"Jeno-ya," di jalan menuju studio rekamannya, Lisa memanggil.

"Ya, noona?" jawab pria itu, melangkah lebih cepat agar ia bisa berjalan di sebelah Lisa.

"Apa yang kau katakan pada CEO?" tanyanya sekali lagi, sembari tersenyum menyapa pada beberapa staff yang ia lewati.

"Lisa noona sakit, katanya datang bulan, kenapa? Ada apa?" Jeno terlihat sedikit khawatir sekarang, takut-takut kalau ia salah bicara.

"Kenapa kau jujur sekali?" kata Lisa kemudian, cemberut menatap Jeno di sebelahnya. "Harusnya kau membuatnya jadi sedikit dramatis, jadi dia khawatir dan cepat pulang," keluh Lisa, lantas membuka pintu studio di depannya, mengintip sedikit lalu terkekeh dan melangkah masuk.

"Hei, Lisa!" Kunst berseru, menyapa Lisa yang baru saja datang. Yang lainnya menoleh, dan mereka bertukar sapa. Bertukar juga beberapa pelukan singkat.

Sebentar mereka berbasa-basi, bertukar kabar dan membicarakan beberapa kenalan. Lalu syuting dimulai, dan semua duduk di kursi masing-masing, sembari menatap layar yang ada di depan mereka. Lisa duduk di tengah, di antara Code Kunst dan Key, baru setelah itu rekamannya dimulai.

Rekaman itu diawali dengan gambar sebuah kamar yang gelap. Seprainya putih, dengan selimut abu-abu bermotif kelinci-kelinci kecil. Ranjangnya rapi, namun tidak seorang pun berbaring disana. "Tidak ada orang?" Park Narae berkomentar, lantas Lisa terkekeh mendengarnya, mengatakan kalau ia ada di sana. Suara erangan kemudian terdengar, Lisa sedang meregangkan tubuhnya, namun sosoknya belum muncul di depan kamera.

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang