36

523 82 8
                                    

***

Jiyong bisa merasakan tangan Lisa basah dan dingin sekarang. Di dalam lift menuju lantai dasar, gadis itu menahan rasa takutnya. Lisa takut meledak di depan beberapa orang dengan poster kejam itu. Ia takut tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, lalu memperkeruh situasi mereka.

Tiba di bawah, Lisa bisa melihat beberapa petugas keamanan sudah ada di sana. Jiyong yang meminta Jeno mencari beberapa petugas kemanan itu. Selain karena khawatir orang-orang akan menerobos masuk ke agensi, Jiyong juga ingin melindungi kekasihnya saat mereka keluar agensi.

Hari sudah malam saat Lisa bersama kekasihnya keluar dari agensi, melangkah ke tempat parkir sembari melihat lima sampai enam orang berdiri di depan agensi, masih memegangi poster-poster mengerikan tadi. Dua petugas keamanan di kerahkan untuk menjaga bagian depan—pintu cafe termasuk tangga daruratnya. Sedang dua lainnya menjaga pintu samping termasuk tempat parkirnya.

Enam orang yang ada di sebrang jalan perlahan mendekat saat melihat seseorang keluar dari pintu samping. Dua petugas keamanan yang berjaga di luar pun sigap menahan mereka, memberi banyak jarak agar Lisa dan Jiyong bisa masuk dengan nyaman ke dalam mobil.

Bahkan setelah sampai di mobil, Lisa masih memegangi tangan Jiyong. Meski sekarang yang gadis itu genggam adalah lengannya. Dengan hati-hati, Jiyong mengeluarkan mobilnya sekarang. Pelan-pelan pergi meninggalkan gedung agensi kecil itu dan masuk ke jalan utama yang lebih luas. Mengabaikan bising dari enam orang yang ingin mengejar mobil mereka.

Malamnya, Lisa pergi ke rumah Jennie, setelah Jiyong meninggalkannya seorang diri di rumah. Pria itu akan kembali ke studio, akan kembali bekerja, tetap ingin bekerja meski Lisa sudah melarangnya. Seolah keberatan beberapa pendemo di depan agensi bukan masalah baginya.

"Whoa! Siapa ini? Miliknya G Dragon?" komentar Jennie begitu Lisa muncul di depan pintu rumahnya.

"Jangan bercanda, aku sedang sedih," kata Lisa, justru menerobos masuk untuk mencari tempat berbaring.

Gadis itu masuk ke kamar Jennie, merebut ranjang Jennie dan berbaring di sana, melebarkan tangan dan kakinya bak seekor bintang laut. Jennie memperhatikannya, namun belum mengatakan apapun. Yang bisa Jennie dengar hanya suara Lisa menghela nafasnya sekarang. Beberapa kali dan terdengar sangat berat.

"Kenapa kau sedih? Ada banyak orang yang mendukungmu," tanya Jennie, penasaran. Kini ia duduk, di tepian ranjang dekat perut Lisa. "Aku hampir tidak membaca komentar jahat di postinganmu. Mungkin tertutup oleh komentar orang-orang yang terkejut. Food truck tadi siang juga lucu, orang-orang menyukainya. Mereka seperti ayah dan ibu dari delapan gulungan bulu. Beberapa potongan acara variety-mu juga dikomentari, kau belum lihat?" katanya, terus mengoceh meski lawan bicaranya sedari tadi hanya diam, melamun. "G Dragon membuat agensi baru dan jadi manager agar bisa pergi berdua dengan Lisa? Luar biasa! Effort-nya tidak bisa ditandingi!— sejauh ini ada lebih banyak komentar positif. Kenapa kau justru sedih begitu? Kau bertengkar dengan Jiyong oppa? Dia tidak suka postinganmu hari ini? Kalau tidak suka, kenapa dia mengirim food truck?"

"Ada yang menyebut Jiyong oppa pedofil," kata Lisa, akhirnya bicara.

"Saat skandal denganku keluar, dia juga dibilang begitu," santai Jennie. "Tapi kali ini komentar begitu tidak banyak. Maksudku, ada lebih banyak orang waras yang mendukung kalian, iya kan? Maksudku, orang-orang menyukai caramu memamerkan kekasihmu," susulnya saat Lisa masih terdiam.

Lisa menarik nafasnya dalam-dalam, lalu memberitahu Jennie kejadian di agensi sore tadi. Termasuk tentang Mone yang berdiri di sana, dengan poster jahatnya. "Lalu sekarang Jiyong oppa kembali ke sana, dia mau bekerja di studio. Augh! Menyebalkan sekali! Apa dia sebenarnya masokis?! Kenapa pergi ke tempat yang sudah jelas ada penjahatnya?! Memang dia akan mati kalau semalam saja tidak ke studio?!" kesalnya, melemparkan semua emosi itu pada Jennie.

Kini giliran Jennie yang membeku. Terdiam sedikit gugup. "Jadi... Orang yang mengunggah foto kita kemarin itu Mone? Kenapa?" tanyanya, merasa begitu buruk seolah baru saja bertemu seorang penguntit.

Lisa mengangkat bahunya. Ia pun tidak tahu alasan Mone melakukannya. Gadis itu sudah gila, hanya itu yang mungkin jadi alasannya. "Ingat kita pernah menertawakan Bambam yang pakaian dalamnya hilang?" Lisa kembali bersuara, memberitahu Jennie siapa pencuri pakaian dalam teman mereka itu.

Sedang Lisa menghabiskan malamnya bersama Jennie— sampai di sore keesokan harinya— Jiyong justru menghabiskan miliknya dengan melamun. Sepanjang malam pria itu duduk di studionya, mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya sembari mendengarkan beberapa musik buatannya sendiri, yang belum di rilis.

Jiyong harus mengerjakan musiknya sekarang. Setidaknya satu lagu harus di rilis, untuk mengalihkan perhatian publik dari berita kencannya— begitu yang ia pikirkan. Namun alih-alih menyelesaikan lagunya, pria itu justru tidak bisa berhenti memikirkan posisinya. Haruskah ia bersikap sebagai seorang yang berkencan dengan Lisa, atau haruskah ia memposisikan dirinya sebagai CEO agensi itu. Pria itu sekarang ragu, sebagai siapa ia harus bersikap.

Apa yang akan seorang CEO lakukan untuk menyelesaikan masalah ini? Membungkam orang-orang yang protes di luar dengan uang? Menekan para reporter agar tidak mengeluarkan berita apapun? Diam-diam menutup mulut semua orang sambil mengalihkan perhatian publik? Jiyong tahu ia bisa melakukan semua itu, namun sialnya ia tidak menginginkannya.

Ia tidak ingin menutup-nutupi hubungannya. Ia tidak ingin memberikan uangnya pada orang-orang di luar. Tidak bisa juga memakai rumor orang lain untuk menutupi rumornya sendiri. Lama pria itu berfikir, hingga tanpa sadar pagi sudah lebih dulu datang.

Pria itu tersadar dari lamunannya setelah handphonenya berdering. Heechul yang menelepon. "Dimana kau sekarang? Kenapa tidak ada di rumah?" tanya pria itu setelah Jiyong menjawab teleponnya.

"Studio, ada apa?"

"Heish! Kau punya jadwal interview majalah," decak Heechul. "Tunggu di sana, akan aku bawakan bajunya ke sana," susulnya kemudian, langsung mematikan panggilan itu tanpa menunggu Jiyong menanggapinya.

Kira-kira tiga puluh menit, Heechul akhirnya datang. Luka bekas operasi di perutnya masih terasa sedikit nyeri, namun pria itu memutuskan untuk kembali bekerja. "Agensi tidak bisa berjalan tanpaku," begitu katanya, karenanya ia kembali bekerja.

Jiyong hanya berdecak untuk menanggapinya, mengekor pada sang manager, mengikutinya sampai ke mobil. Di luar agensi, Mone masih di sana, seorang diri memegang posternya yang kemarin. Gadis itu menatap mobil Jiyong ketika mereka meninggalkan tempat parkir. Jiyong yang menyetir sebab Heechul masih sakit.

"Yang lain sudah pergi, kenapa dia masih di sana?" heran Heechul, pria yang duduk di sebelah Jiyong.

Kwon Jiyong masih diam. Mengabaikan Heechul juga Mone yang terus menatap mobil itu sampai mereka berbelok di persimpangan. Hampir setengah perjalanan, Heechul terus mengoceh tentang pekerjaan mereka. Tentang jadwal-jadwal mereka juga tanggapan publik atas berita kencan kemarin.

"Hyung," Jiyong tiba-tiba bersuara. Membuat Heechul akhirnya menoleh dan menanggapinya. Menjawab panggilan Jiyong hanya dengan sebuah gumaman. "Aku tidak ingin melakukan apapun," katanya kemudian. "Tanggapan publik tidak terlalu buruk, kenapa kita harus repot-repot mengurusi Han Mone itu? Biarkan saja dia," susulnya.

"Apa kekasihmu sependapat?"

"Lisa?"

"Hm..." Heechul mengangguk. "Solusi terbaiknya memang tidak melakukan apapun. Meski Mone masuk berita, penggemarmu akan melakukan tugas mereka. Penggemarmu tidak akan membiarkan Mone begitu saja. Untuk beberapa waktu memang akan berisik, tapi itu akan berlalu. Masalahnya ada di Lisa, dia tidak bisa menerimanya. Karena bukan dia yang dihina, dia tidak bisa menerimanya. Dia yang memberi Mone keberanian untuk melakukan aksinya itu, dia yang memberi celah bagi Mone untuk masuk ke hidupnya. Dia pasti merasa sangat bersalah sekarang, sangat menyesal. Setidaknya kita perlu melakukan sesuatu, berpura-pura menyelesaikan masalah untuk kekasihmu. Dengan begitu dia bisa bertahan," katanya, lalu ia akui kalau dia tidak pernah menelepon reporter untuk menahan beritanya. Berita tentang aksi protes yang Mone lakukan, mungkin akan tetap disiarkan. Kecuali reporter-repoter itu menemukan berita yang lebih bagus.

***

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang