11

817 127 6
                                    

***

Dalam rekaman yang diambil staff, kini mereka bisa melihat Lalisa Manoban, menikmati sarapannya seorang diri. Di meja makannya, setelah memberi makan peliharaannya, gadis itu duduk. Ia menaikan kakinya ke atas kursi, kemudian meletakkan handphonenya di atas tripod ungu yang ada di meja. Sebuah film diputar di handphonenya, tentu membuat orang-orang bertanya-tanya kenapa Lisa tidak menyalakan TV-nya saja? Ada sebuah TV besar di ruang tengah, tepat di belakangnya.

"Aku lebih suka makan di meja makan," kata Lisa di studio. "Tapi makan tanpa menonton apapun, membuatku canggung, aku makan lebih banyak saat menonton, rasa makanannya pun jadi semakin enak," susulnya.

"Ibumu akan memarahimu," komentar Narae dan Lisa mengiyakannya. Namun ia beri tambahan, kalau ibunya sudah menyerah mengomelinya. Karena meski dimarahi, ia tetap melakukannya.

Selesai menonton Lisa menikmati sarapannya seorang diri, mereka disuguhkan pemandangan ruang ganti gadis itu. Tepat setelah selesai sarapan, Lisa langsung masuk ke ruang gantinya. "Kau akan pergi sepagi itu?" tanya Kunst dan Lisa yang duduk disebelahnya menggelengkan kepalanya. Lisa hanya mengganti pakaiannya yang terkena saus pasta, lalu kembali ke ranjangnya. Berbaring di sana dengan dua handphonenya.

Tangan kanan Lisa memegangi satu handphonenya dengan posisi vertikal, sedang yang kiri, memegangi handphone lainnya dalam posisi horizontal. Handphone yang vertikal untuk membuka X, sedang yang horizontal untuk melanjutkan tontonannya tadi. "Menonton saja di TV! Kenapa repot-repot memegang dua handphone?!" Key berseru, heran dengan ketidak praktisan itu. Namun gadis yang ia bicarakan hanya terkekeh dan Lisa berada dalam posisi itu selama hampir dua jam, sepanjang dua episode dari drama yang sedang ia tonton.

"Tanganmu tidak pegal? Dua jam memegangi handphone begitu?" tanya Hyunmoo penasaran.

"Memang sedikit pegal," aku Lisa di studio. "Tapi entah sejak kapan itu sudah jadi kebiasaan," katanya sembari tersenyum, sedikit malu. "Saat di rumah, aku hampir tidak menyalakan TV dan laptopku, semua aku lakukan dengan handphone."

"Kau tidak bermain dengan semua peliharaanmu?" sekali lagi Hyunmoo bertanya, sebab satu-satunya interaksi antara Lisa dan kucing-kucingnya hanya saat memberi makan tadi.

"Kalau ada Love, dia akan tidur denganku di ranjang. Tapi Love sedang menginap di rumah Rose. Kalau kucing-kucingku, kami punya aktivitas masing-masing," jawabnya, bersamaan dengan masuknya seekor kucing yang tiba-tiba duduk di atas perutnya. "Itu aktivitasnya," kata Lisa menunjuk layar di depan mereka. "Dia akan tidur diperutku, dan aku memakai perutnya untuk menyelamatkan tanganku," ucapnya, menunjukan rekamannya meletakkan handphone di atas perut kucingnya. Berkat kedatangan kucing itu, Lisa hanya perlu memakai tangan kanannya sekarang.

Hampir tiga jam sejak ia bangun, Lisa hanya menonton drama lewat handphonenya. Lalu setelah ia mengeluh karena harus menunggu minggu depan untuk episode selanjutnya, gadis itu mulai bermain dengan kucing-kucingnya—sembari mendengarkan podcast tentang cerita hantu dari YouTube. Sesekali gadis itu menertawakan cerita yang ia dengar, lalu bel rumahnya kembali di tekan.

Lisa melihat ke arah jam dinding di rumahnya. Saat itu ia sadar kalau sekarang belum waktunya ia pergi. Ia menoleh ke arah bel yang terus berbunyi, lalu menoleh lagi ke arah jam dindingnya. Dari studio Narae bertanya, kenapa Lisa tidak segera membuka pintunya. Tapi yang muncul dilayar, justru adegan Lisa yang melihat layar handphonenya. Seolah sedang mencari tahu siapa yang datang sembari berusaha untuk tidak ketahuan. Tidak ada orang di rumah—begitu sikap yang Lisa tunjukan dalam rekamannya.

Namun setelah beberapa kali belnya berbunyi, Lisa akhirnya berjalan ke pintu. Tanpa mengecek lewat intercom, ia buka pintunya kemudian melihat Kim Minjoon di sana—kakak ipar Jiyong.

"Entah bagaimana caranya, beberapa orang asing bisa menyelinap dan menemukan rumahku," kata Lisa di dalam studio. "Orang itu berkunjung ke unit lain, lalu turun lewat tangga darurat dan menemukan rumahku, atau sengaja menyewa unit kosong di gedung itu. Aku tidak keberatan kalau dia bilang—aku tinggal di sebelah, kita bertetangga, salam kenal. Tapi... kebanyakan dari mereka justru bersikap aneh. Ada yang menekan belku berkali-kali, lalu saat aku keluar dia pergi, melarikan diri. Ada yang meninggalkan paket asing di depan rumahku. Lalu yang paling mengganggu, saat aku membuka pintu dia tiba-tiba memotretku. Dia bahkan tidak memberiku jeda untuk berpose. Karena itu, aku tidak membuka pintu untuk orang asing. Kerabat dan teman-temanku tahu, daripada menekan bel, mereka lebih suka meneleponku, atau setidaknya mengirim pesan—aku akan datang, buka pintunya. Sebagian dari mereka juga tahu kode pintuku, mereka hanya... masuk saja? Bahkan saat aku tidak di rumah." ceritanya.

"Di hari itu, aku tidak tahu kalau Minjoon oppa akan datang," susul Lisa, menjelaskan alasannya tidak segera membuka kan pintu. "Aku pikir, ada orang asing yang tiba-tiba datang lagi. Padahal keamanan di gedung itu sudah ditingkatkan. Tapi ternyata, Dami eonni mengirimiku pesan, kalau suaminya akan datang untuk mengantarkan pakaianku. Aku memesan pakaian khusus ke Dami eonni, aku bilang akan mengambilnya sendiri di toko, tapi Dami eonni sekalian membawanya pulang. Karena kami tinggal di gedung yang sama."

"G Dragon dan kakaknya tinggal di gedung itu juga?" Kian bertanya dan tentu Lisa menganggukan kepalanya.

"Ada dua penthouse di gedung itu, satu milik Jiyong oppa, yang paling atas. Lalu satu lagi milik Dami eonni, di bawahnya. Tapi, pintu masuknya berbeda. Penthouse di sana, punya pintu masuknya sendiri. Tempat parkirnya juga terpisah. Keamanan di penthouse-nya ketat sekali," kata Lisa, seolah dirinya adalah agen properti di gedung itu. "Beberapa bulan lalu, pernah ada berita—G Dragon makan berdua dengan Jisoo BLACKPINK, tapi menjemput Lalisa di rumahnya, sebenarnya siapa yang dia kencani?—lalu ada fotonya di depan gedung apartemenku. Beritanya seolah-olah dia datang ke rumahku, menginap lalu membawaku pergi, padahal sebenarnya dia hanya pulang ke rumahnya. Dia biasanya masuk lewat gerbang khusus, tapi hari itu dia malas memutar jadi masuk lewat gerbang utama yang biasa aku lewati. Seperti memotong jalan? Dia hanya memotong jalan."

"Ahh... reporternya salah paham?" Hyunmoo berkomentar, lalu beberapa dari mereka terkekeh, mengasihani si reporter yang tertipu oleh tata letak rumah di apartemen itu. "Tapi siapa yang G Dragon kencani?" tanyanya kemudian, mulai tertarik untuk bergosip.

"Aku juga penasaran," kata Lisa, dengan sangat lancar sampai Kunst tidak lagi bisa menahan tawanya. Code Kunst tahu betul siapa yang G Dragon kencani, Teddy yang memberitahunya. "Aku dan Jennie eonni pernah diam-diam mengintai rumahnya, tapi kami tidak menemukan apapun. Antara dia tidak mengencani siapa pun, atau tidak membawa kekasihnya ke rumah. Aku pernah bertanya padanya, di agensi—oppa apa kau mengencani seseorang sekarang?—tapi dia hanya tertawa dan menyuruhku pergi. CEO, kencani lah seseorang, lalu buat lagu tentangnya. Kau terlalu lama hiatus, VIP butuh lagu barumu, jangan menunggu putus lalu membuat lagu sedih, buat saja lagu cinta yang manis atau sesuatu seperti itu, iya kan, oppa? Oppa juga tidak sabar menunggu lagu barunya, kan?" ocehnya, sembari menoleh pada Kian dan meminta dukungannya.

"Tentu saja semua orang menunggu lagu barunya," mau tidak mau Kian harus berkata begitu. Tapi kemudian, pria itu bertanya kenapa Lisa memanggilnya oppa, di hari pertama mereka bertemu.

"Ah? Aku tidak boleh memanggilmu begitu? Lalu bagaimana aku memanggilmu? Semua pria yang lebih tua, aku panggil begitu," bingung Lisa kemudian, kali ini menoleh pada Kunst untuk meminta bantuan darinya.

***

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang