5

1K 131 7
                                    

***

Masih dihari yang sama, lepas selesainya meeting hari ini, Lisa mengemudi sampai ke sebuah restoran. Malam ini ia dan tiga temannya berencana untuk bertemu. Sengaja bertemu di restoran yang ramai, agar para penggemar merasa tenang—ah... BLACKPINK masih bersama. Keempat gadis itu masih berteman dekat.

Ia yang pertama datang malam ini. Mengambil duduk di sudut dengan sebuah sofa melengkung dan tiga kursi. Lisa langsung memesan ketika datang, memanggil seorang pelayan untuk mencatat pesanannya. Lepas memesan, dilihatnya layar handphonenya. Dirinya sadar beberapa pengunjung restoran itu memotretnya. Namun tetap ia pasang wajah datarnya, berlaga tidak menyadari semua sorotan itu.

Kemudian handphonenya berdering. Sebuah panggilan baru saja masuk, dan Jennie yang meneleponnya. "Aku sudah di dalam, lapar sekali," kata Lisa, menjawab panggilan itu sebab dari jendela di sebelahnya, bisa ia lihat Jennie turun dari van di sebrang jalan.

"Ah... okay, aku juga lapar," kata Jennie, ia berlari kecil menyebrangi jalan dengan kedua tangannya yang di simpan ke saku mantelnya.

"Lari, lari, lari yang kencang," balas Lisa. "Ahh... sayang sekali, Rosie yang menang," susulnya, sebab belum sampai Jennie meraih pintu restoran itu, Rose sudah lebih menyela langkahnya. Jennie hampir menabrak Rose, sementara gadis pirang itu terkekeh dan lebih dulu bergabung dengan Lisa di kursinya.

Rose duduk di depan Lisa, di atas sebuah kursi kayu dengan sandaran. Kemudian Jennie menyusul dan duduk di sebelah Lisa, sembari melepaskan earphone-nya lalu menyimpannya ke dalam kotak charger-nya. Pertanyaan pertama yang Rose tanyakan adalah—apa kau sudah memesan?— sedang Jennie penasaran apa yang sudah Lisa pesan.

Ketiganya makan lebih dulu tanpa menunggu Jisoo. Berbincang sembari menikmati pasta yang Lisa pesan, lalu sesekali menyesap sodanya juga. Meski wine rasanya cocok sekali untuk makan malam kali ini, Lisa tidak memesannya.

Di tengah obrolan santai itu, Jennie tiba-tiba bertanya, "kau baru menemui kekasihmu hari ini?" katanya, setelah beberapa kali mereka menyuap makanannya.

"Hm... tadi pagi aku meeting di agensi, agensi baruku, lalu setelah meeting aku menemuinya," angguk Lisa. "Jiyong oppa bilang, Jisoo eonni akan tampil di The Manager, dengan Hyunjin," ceritanya kemudian. "Aku benar-benar terkejut hari ini. Jiyong oppa memberiku banyak sekali acara. Kau harus tampil di sini, datang ke sini, ikut acara ini, kerjakan ini, ambil pekerjaan itu, lakukan semuanya. Dia seperti... aku sudah membayar mahal untukmu, jadi aku akan memerahmu sampai kering. Menakutkan," katanya, dengan raut wajah yang sengaja ia buat berlebihan. Seolah tengah membicarakan sosok hantu dalam film horor.

"Sungguh?" Rose menunjukan ketertarikannya sekarang. Menatap Lisa dengan wajah cerianya, seolah ia sudah siap mendengarkan semua keluhan gadis itu tentang CEO barunya. "Aku baru saja bilang ke Becky eonni ingin ikut kelas akting," kata Rose.

BLACKPINK baru saja menyelesaikan tur dunia mereka, jadi setelah selesai beristirahat, agensi ingin Rose juga Jennie mempelajari sesuatu yang baru. Melatih hal yang bisa mendukung pekerjaan mereka nantinya. Tentu sembari menunggu produser mereka mendapatkan beberapa lagu baru untuk album selanjutnya.

Lisa menceritakan bagaimana meetingnya hari ini. Mengatakan seberapa jauh perbedaan agensi baru itu dengan perusahaan lamanya. "Jiyong oppa benar-benar berubah," katanya. "Kalian tahu sepupunya, kan? Heechul oppa? Heechul oppa punya banyak sekali koneksi di stasiun TV. Jadi dia pakai semua koneksinya itu untukku dan Jisoo eonni. Dia menelepon semua kenalannya, lalu memberitahu mereka kalau sekarang dia adalah managerku. Aku sekarang bekerja dengan Jisoo dan Lisa, kalau kau butuh bintang tamu hubungi aku—dia bilang begitu, lalu... whoa! Tawaran yang masuk banyak sekali! Lalu, bagian yang paling mengejutkannya, Heechul oppa tidak mau repot-repot menseleksinya, dia memberitahuku semua tawaran yang masuk dan menyuruhku menseleksinya sendiri. Biasanya meeting kita hanya dua jam untuk empat orang, tapi hari ini aku meeting sepanjang hari. Dan hanya dengan manager lapangku karena Heechul dan Jiyong oppa harus pergi meeting lain," katanya, begitu menggebu.

"Wah... kau akan sangat sibuk sekarang," kata Jennie, mengomentari cerita itu. "Jisoo eonni juga disuruh begitu?" tanyanya dan Lisa mengangguk. Mengatakan kalau Jisoo sudah meeting lebih dulu, kemarin. "Nanti, begitu wajahmu muncul dimana-mana, orang-orang akan bilang—harusnya Rose dan Jennie juga diperlakukan begitu. Ini tidak adil, kenapa hanya Lisa dan Jisoo yang diberi banyak pekerjaan? Mistreatment!" canda Jennie, membuat dua temannya terkekeh.

"Tapi... Jiyong oppa musisi, dia pasti ingin kau dan Jisoo eonni lebih fokus jadi penyanyi daripada mengerjakan ini dan itu lalu kelelahan. Motonya... hasilnya harus wah! walaupun perlu waktu lama... iya kan? Apa dia bilang waktu itu? Lagu bagus? Uhm... Ahh... kalau hanya membuat lagu, itu mudah. Tapi lagu yang bagus perlu waktu untuk dibuat," Rose ikut menanggapi dan Lisa mengangguk, mengatakan kalau Jiyong masih sangat serius dengan lagunya. Dia tidak ingin asal-asalan merilis lagu.

"Sembari aku menyiapkan lagu untukmu, lakukan hal lainnya. Kita perlu pemasukan untuk membayar karyawan dan tagihan kopinya—begitu katanya," jawab Lisa. "Jadi variety show, runway, drama, film, OST, MC bahkan acara amal, lakukan apapun sembari menunggu lagunya selesai," katanya.

"Tagihan kopi?"

"Hm..." Lisa menganggukan kepalanya. "Katanya untuk kesejahteraan pegawai, semua karyawan termasuk aku boleh minum kopi sebanyak apapun di cafe lantai satu itu. Tapi saat meeting tadi, aku dua kali memesan frappe dan Jiyong oppa mengomel— berhentilah minuman seperti itu! Kau bisa diabetes!— kalau tahun depan Jiyong oppa menemui kalian dan bilang akan membeli kontrak kalian, jangan mau, setiap hari kalian bisa dimarahi Jiyong oppa," sarannya kemudian.

"Aa! Lucu!" seru Jennie, mengatakan kalau ia ingin datang ke Yellow Ent., dan melihat Jiyong mengomel sepanjang hari di sana. Ingin ia lihat seberapa menegangkannya agensi baru itu. Karena segalanya serba baru, serba asing, menonton keributannya pasti akan sangat menyenangkan. "Tapi... kau punya saham di sana kan? Jisoo eonni punya sepuluh persen," katanya kemudian.

"Heish... agensi itu masih terlalu kecil untuk di sebut saham," sanggah Lisa. "Investor sepertinya lebih cocok. Jiyong oppa lima puluh persen, Heechul oppa, Dahee eonni, aku dan Jisoo eonni masing-masing sepuluh persen, sisanya pinjaman bank atau ada investor lain, aku tidak tahu. Nanti, kalau agensi itu sudah besar, aku akan minta Jiyong oppa memberiku jabatan direktur. Keren kan? Direktur Lisa... ah! Rencana pensiunku sudah terang," pamernya sembari terkekeh.

Namun kekehan itu langsung lenyap setelah Rose membuka mulutnya, "kau harus bekerja sangat keras sekarang agar agensinya sukses. Bagaimana kau bisa pensiun kalau ternyata agensimu bangkrut?" katanya, membuat Lisa langsung berlaga lesu dan menyandarkan kepalanya ke bahu Jennie.

"Kalian akan menampungku kalau aku bangkrut, kan?" pelan gadis itu, bersamaan dengan terbukanya pintu restoran dan datangnya Kim Jisoo ke sana.

Kim Jisoo melangkah masuk ke dalam restoran itu dengan sebuah tas besar hari ini. "Maaf, maaf," katanya, pada beberapa pelanggan lain yang tersenggol oleh tas jinjing besarnya itu. Melihat Jisoo kesulitan, tiga yang lain tentu berdiri, menghampiri dan membantu Jisoo dengan bawaannya. "Ah! Akhirnya!" ia langsung berseru setelah duduk di sofa, bersandar pada sandarannya kemudian meraih dan menyesap minuman Jennie.

"Apa ini?" heran Jennie, sembari memberi tanda agar Jisoo bergerak ke samping dan memberinya tempat untuk duduk.

"Eonni ke sini naik taksi?" susul Rose, kembali duduk di sebelahnya sedang Lisa masih berdiri, membuka resleting tas jinjing yang Jisoo bawa. Melihat semua pernak-pernik, peralatan rumah di dalam tas itu. Beberapa pajangan, gelas, vas, kotak tisu sampai bunga plastik dan keset kaki ada di sana.

"Aku akan menyumbangkan semua itu," kata Jisoo, sembari menunjuk tas jinjingnya yang super besar tadi.

"Kemana?"

"Agensiku," singkat Jisoo, kali ini sembari meraih gelas Lisa, menghabiskan isinya setelah ia menenggak habis minuman Jennie. "Aku ke sini jalan kaki, dengan semua itu. Aku kira dekat- tidak, memang dekat, harusnya hanya lima menit berjalan kaki tapi semua itu berat sekali," ceritanya.

"Eonni harusnya meneleponku, aku bisa menjemputmu," kata Lisa, yang sekarang duduk dan memanggil lagi pelayan restorannya, akan memesan makanan dan minuman lain untuk Jisoo.

"Ahh tidak tahu," geleng Jisoo, masih kelelahan meski Rose sudah menggerakan tangannya untuk mengipas-ngipas wajah Jisoo. "Aku tidak bisa memikirkan apapun selain sampai ke sini secepatnya," katanya.

***

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang