a

660 81 12
                                    

***

Kim Heechul, sang manager, berhasil menyelesaikan tugasnya. Meski memakan banyak waktu, ia tuntut Mone. Meminta pemerintah mengeluarkan surat peringatan pada Mone. Suratnya sederhana, Mone dilarang mendekati Lisa lagi, lantas apa yang terjadi jika Mone tetap memaksa mendekati Lisa? Gadis itu akan langsung dipenjara. Langsung dihukum karena melanggar peringatan dari pengadilan.

Lantas, setelah orang-orang tahu bagaimana nasib Mone setelah dituntut, orang-orang yang membenci Lisa, membenci Jiyong, tidak lagi berani mendekat. Denda dan hukuman penjara ada di depan mereka, mana berani orang-orang itu mendekat? Tapi meski begitu, orang-orang seperti Mone tidak pernah hilang. Mereka hanya bersembunyi, mengganggu Lisa juga kekasihnya lewat akun-akun anonim. Menulis komentar-komentar keji, menghina lalu bertengkar dengan para penggemar kedua artist itu.

Beberapa penggemar menghubungi agensi, meminta para pembenci itu di hukum. Meminta agensi untuk menuntut para pembenci itu. Namun Yellow Ent., punya lebih banyak urusan yang harus mereka selesaikan. Ada banyak foto yang harus mereka rapikan, ada banyak berkas yang harus mereka urus, dan ada banyak jadwal yang harus mereka kerjakan. Menuntut akun anonim di internet, tidak pernah dijadikan prioritas, sebab bukan itu bagian terpenting pekerjaan mereka.

"Sebanyak apapun orang yang kita tuntut, komentar-komentar jahat itu akan terus ada," kata Heechul, setiap kali Jeno dan Hyunjin melaporkan komentar-komentar kejam padanya. "Jangan sampai Lisa dan Jisoo membacanya, pastikan mereka berdua tidak membacanya saja, daripada menuntut komentar itu satu-persatu," susulnya, memberi perintah.

"Kau tidak ingin Lisa dan Jisoo membaca semua komentar itu, tapi kau mencetak semua komentar jahat di akunku dan menaruhnya di mejaku? Itu masuk akal?" heran Jiyong, yang ikut mendengarkan pembicaraan para manager itu di ruang meeting. "Kwon Jiyong kurus sekali, kau memakai narkoba ya? G Dragon berjalan seperti seorang yang mabuk ganja. GD harus berhenti memakai filter Instagram, mataku sakit melihat postingannya— aku sampai hafal komentar-komentar jahat yang kau cetak lalu kau taruh di mejaku, hyung. Pilih kasih sekali, memangnya aku bukan artis di agensi ini?" susulnya.

"Kau ingin diperlakukan seperti artist agensi ini? Kalau begitu keluar lah dari sini. Kenapa kau duduk di sini? Ini meeting staff, bukan artist," balas Heechul, tetap santai. "Dan jangan duduk di kursi CEO lagi, berikan saja kursinya untukku," susulnya, menanggapi keluhan Jiyong.

"Tapi kalau boleh jujur," Hyunjin tiba-tiba ikut bersuara, menyela debat kusir antara sang CEO dengan managernya. "Aku juga sakit mata melihat postinganmu, hyung, terlalu merah," susul Hyunjin, mengomentari semua filter yang Jiyong pakai untuk unggahan Instagramnya. "Aku sampai tidak tahu gambar apa yang kau unggah. Semuanya merah dan menusuk mataku," katanya.

"Mataku juga," celetuk Jeno.

"Mataku baik-baik saja, karena aku tidak pernah melihatnya," Dahee ikut berkomentar.

"Ya! Kau yang mengelola akun agensi, bisa-bisanya kau tidak melihat postingan artistmu?!" kali ini Heechul yang berseru, menegur Dahee yang tidak mengerjakan tugasnya dengan baik.

"Sudah berapa kali aku bilang? Kita perlu merekrut orang baru!" gerutu Dahee, kesal karena semua pekerjaan yang dilimpahkan padanya. "Kalau terus begini, Jisoo dan Lisa akan aku suruh bekerja di sini. Biar mereka yang memonitor sendiri akun-akun mereka. Mengunggah sendiri poster promosi mereka, mengedit sendiri posternya sekalian!" sebal Dahee.

"Berapa budget kita? Cukup untuk merekrut orang baru?" tanya Jiyong tapi Dahee langsung menggeleng. Mengatakan kalau mereka kehabisan uang setelah menuntut Mone tempo hari. Juga setelah beberapa renovasi dari kerusakan-kerusakan yang Mone lakukan. Mone memang diminta membayar denda atas kesalahannya, namun denda itu tidak juga masuk ke rekening agensi. Mone yang kehabisan uang harus mencicil hutangnya lewat perantara orang ketiga— pengadilan. "Kalau begitu, pekerjaan Lisa dan Jisoo," susulnya, seketika mengejutkan rekan-rekan kerjanya yang lain. Jiyong tidak menyetujui ide itu sebelumnya. Ia tidak mempercayai dua gadis itu sebelumnya. Lisa dan Jisoo berbakat dalam banyak hal, tapi keduanya tidak cocok dengan pekerjaan kantor. Mereka berdua terlalu banyak mengobrol, terlalu banyak mengeluh juga.

"Sungguh?" tanya Dahee.

"Sungguh," angguk Jiyong. "Aku muak harus menjelaskan semua detail yang terjadi di sini pada Lisa. Libatkan saja dia, jadi aku tidak perlu menceritakan semuanya lagi," katanya.

"Lisa noona pasti kecewa mendengarmu bilang begitu, hyung," Jeno berkomentar. Ia yang paling sering berpergian dengan Lisa, ia yang selalu mengekori Lisa kemanapun gadis itu bekerja. Jeno bisa dianggap sebagai orangnya Lisa sekarang, seorang yang setia pada atasannya.

"Kecewa? Ya! Jeno-ya, coba bayangkan bagaimana posisiku," kata Jiyong, sembari merubah posisi duduknya. Menjadikan meeting rutin mereka— setiap minggu— sebagai tempatnya untuk bercerita. "Pagi sampai sore aku mengurusi agensi, saat malam aku juga masih harus menyelesaikan laguku, lalu saat ada kesempatan berkencan, dia justru memintaku memberitahunya semua yang terjadi di agensi. Semua yang terjadi di sini. Dia bahkan bertanya berapa keuntungan kita bulan ini. Baru selesai aku memberitahunya, segalanya, menjawab semua pertanyaannya, orang itu sudah meneleponku. Kau juga meneleponnya. Dimana kau sekarang? Kemari lah, ada jadwal pemotretan bla bla bla. Lalu kapan aku bisa berkencan sungguhan? Kapan aku bisa membicarakan hal lain selain pekerjaan dengannya? Aku muak sekali bekerja setiap hari, setiap saat," gerutu Jiyong, hampir frustasi karena pekerjaan barunya, karena jabatan CEO-nya sekarang.

"Kasihan," komentar Dahee, yang sekarang berdiri karena harus menjawab telepon di ruang kerjanya.

"Kau juga tidak dapat skinship? Kasihan," Heechul ikut bertanya, sengaja mendorong kursinya, mendekati Jiyong agar bisa menepuk-nepuk bahunya. Menyemangatinya. "Padahal sudah go public, tapi masih kesusahan saja, menyedihkan sekali," ledeknya kemudian.

Jiyong mendengus, mengakhiri meeting mereka yang sekarang sudah berubah jadi obrolan-obrolan tidak berguna. Sore harinya, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, Jiyong pergi menjemput Lisa di tempat latihan tarinya. Jeno yang harusnya menjemput, tapi Heechul memberi tugas lain pada pria itu. Heechul meminta Jeno untuk menemui seorang produser acara TV, menggantikannya. Jadi Jiyong yang pergi menjemput Lisa.

"Padahal aku bisa pulang sendiri," kata Lisa, saat melihat Jiyong berdiri di depan gedung studio dance-nya. "Oppa sedang menjadikanku alasan untuk kabur dari studio ya? Lagumu belum selesai, kan?" susulnya, menebak-nebak.

"Aku sedang tidak ingin dimarahi sekarang," balas Jiyong. "Aku sudah bekerja sangat keras hari ini, harusnya aku diberi hadiah," susulnya kemudian, menekuk wajahnya di depan Lisa dan beberapa penari yang berlatih dengannya.

"Ahh... Begitu? Baiklah, akan aku beri hadiah," santai Lisa, lantas memeluk kekasihnya, memberi hadiah yang Jiyong inginkan.

Beberapa penari menertawakan mereka, lalu Jiyong melambai untuk berpamitan pada para penari itu. Di depan studio tari itu, mereka berpisah. Lisa bergabung dengan Jiyong ke dalam mobilnya, sedang para penari pergi dengan kendaraan mereka masing-masing.

"Mau kemana kita sekarang?" tanya Lisa, setelah mobil kekasihnya melaju di jalanan.

"Kencan," santai Jiyong, mengemudi dengan lembut di jalanan yang ramai karena jam pulang kerja itu. "Gangnam? Hongdae? Atau berjalan-jalan di sekitaran Sungai Han? Tapi jangan sampai bertemu Sean hyung, aku tidak mau diajak lari maraton," katanya.

"Sepertinya Sean oppa juga tidak mau mengajakmu," balas Lisa. "Minggu lalu dia hanya berbasa-basi, dia berlari hampir lima kilometer sehari dengan Lee Siyoung dan teman-temannya, oppa tidak akan bisa mengikuti mereka. Kau terlalu lemah untuk mereka. Aku dengar salah satu anggota grup lari itu pemain sepakbola, atlet. Oppa tidak sebanding," santai Lisa, bicara dengan banyak gerakan tangannya.

"Kau sedang menenangkanku atau mengejekku?"

"Tidak boleh keduanya?" kata Lisa lalu terkekeh, menikmati reaksi kesal pria di sebelahnya.

***

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang