The Manager

34

***

Jeno mengajak Lisa pulang. Tentu saja ia harus membawa gadis itu pergi dari sana. Jeno akan memundurkan van mereka, sebab tidak lagi ada jalan untuk maju. Tapi beberapa dari belasan orang di depan sudah lebih dulu melihat mereka.

"Kemana kau mau pergi?! Maju!" suruh Lisa, membentak Jeno di saat amarahnya tidak lagi bisa di bendung.

Lisa marah melihat orang-orang yang mengaku sebagai penggemarnya itu. Dan jadi semakin marah saat ia lihat Mone ada di antara mereka. Mone berdiri di tengah-tengah kerumunan orang itu, memegang fotonya dengan tulisan— selamatkan Lisa dari manipulasi seorang pedofil! Kwon Jiyong pelaku grooming!— di sebelahnya.

Lisa memaksa Jeno untuk masuk sampai ke tempat parkir agensi, namun pria itu masih saja tidak mau mendengarnya. Beberapa pendemo berlari menghampiri mobil, semakin tinggi mengangkat poster-poster di tangan mereka. Seolah ingin menunjukan cinta murni mereka pada Lisa. "Telpon polisi! Kenapa tidak seorang pun menelepon polisi!" Lisa yang marah terus membentak Jeno, melampiaskan semuanya pada Jeno, membuat pria itu semakin kebingungan, semakin terjebak dalam kekacauan. Beruntung, Jeno cukup beruntung karena sekarang polisi datang.

Kerumunan itu dibubarkan. Disuruh pergi sembari diancam akan dibawa ke kantor polisi kalau terus mengganggu. Kini Jeno bisa menjalankan lagi mobilnya, namun ia tidak tahu kemana mereka harus pergi. Menurutnya mereka harus pergi, pulang ke rumah Lisa yang aman. Namun Lisa mendesak untuk tetap pergi ke agensi. Terlalu lama menunggu Jeno membuat keputusan, Lisa yang geram justru keluar dari mobil itu.

Ia banting pintunya, membuat Jeno refleks mengikutinya, berteriak memanggilnya namun Lisa tetap berjalan di antara polisi dan para pendemo di depan Yellow Ent. Gadis itu mengangkat kepalanya, hanya dengan kaus dan celana jeansnya yang panjang, gadis itu melangkah, sesekali menatap tajam pada orang-orang di sana. Dengan jelas menunjukan kemarahannya.

Sang manager akhirnya meninggalkan van, berlari untuk berjalan di sebelah Lisa. Memastikan sang artis benar-benar masuk ke dalam agensi dengan selamat. "Kami mencintaimu Lisa! Kami akan menyelamatkanmu! Kami menyayangimu! Lalisa! Lalisa!" riuh orang-orang itu memekakkan telinga. Membuat Lisa merasa begitu mual, hampir muntah di sana.  Tidak pernah dalam hidupnya, Lisa merasa sangat terganggu dengan ungkapan-ungkapan cinta itu.

"Lisa! Lisa!" suara Mone terdengar di antara teriakan-teriakan lainnya.

Mone berlari mendekat, mendorong semua yang menghalanginya. Bahkan mendorong Jeno, hanya untuk meraih tangan Lisa. Ia sempat berhasil, menyingkirkan Jeno dan meraih tangan Lisa, tapi itu tidak lama. Jeno bisa segera mengendalikan keadaannya. Ia rangkul Lisa dan membawanya masuk secepat mungkin.

Kini, Mone yang membeku. Berdiri gemetar di tempatnya setelah Jeno mendorongnya menjauh. Lisa menepis tangan Mone, melepaskan pegangan Mone dari tangannya, lengkap dengan tatap tajamnya yang penuh kebencian. Tidak pernah Mone lihat Lisa semarah itu sebelumnya. Seumur hidupnya Lisa memang tidak pernah semarah sekarang.

Lewat pintu cafe, Jeno membawa Lisa masuk. Cafe itu ditutup sejak beberapa menit lalu, saat kerumunan para pendemo mulai datang. Kini, setelah berhasil menyelamatkan Lisa, cafenya kembali ditutup, kembali dikunci agar para pendemo tidak lagi masuk.

Sang bintang yang masih gemetar tidak lagi menyapa para pegawai cafe. Tanpa merubah ekspresinya yang menyeramkan itu, ekspresi marah yang tidak bisa ia tutup-tutupi itu, Lisa melangkah ke pintu belakang, mengabaikan Dahee yang berlari turun setelah menelepon polisi lalu masuk ke Yellow Ent.

Di tangga menuju ke lantai tiga, menuju ke studio rekaman, Jiyong ada di sana. Pria itu bergegas turun setelah dikabari kalau Lisa ada di bawah. Akan menghampiri gadis itu, tapi Lisa sudah lebih mendatanginya. "Jangan bicara padaku," ketus Lisa, sekaligus pada tiga orang yang menatapnya— Dahee dan Jeno di belakangnya, lalu Jiyong di depannya, di tangga darurat.