26

492 70 5
                                    

***

Dengan jaket, lengkap dengan topi dan kacamata, Lisa juga Jennie melangkah menghampiri Rolls Royce biru di tempat parkir tempat peristirahatan. Jennie membawa dua gelas es kopi dan sebotol tumbler berisi kopi hangat. Sedang di sebelahnya, Lisa membawa beberapa tusuk sosis dan kue beras, juga sekantong pancake.

"Eonni, ayo beli jeruk juga," ajak gadis itu, saat dilihatnya seorang penjual jeruk di ujung tempat peristirahatan itu.

"Dimana?" tanya Jennie, menoleh ke sekeliling tempat parkir itu, mencari penjual jeruk yang Lisa bicarakan. "Augh! Jauh sekali," gadis itu menggeleng. "Aku mau menunggu di mobil saja, kau pergi beli sendiri," suruhnya, namun gadis yang ia suruh justru mengerucutkan bibirnya. Enggan untuk pergi seorang diri.

"Aku pergi sendiri? Kalau aku diculik bagaimana?" bujuk Lisa, masih dengan raut menyedihkan yang ia buat-buat.

"Ya! Siapa yang mau menculikmu?!"

"Banyak!" protes Lisa, yang pada akhirnya tetap harus menyerah dengan jeruk-jeruk itu. Jennie tetap tidak mau berjalan bersamanya ke penjual jeruknya.

Kini Jennie yang mengemudikan mobil biru itu, kembali melaju di jalanan ramai yang untungnya tidak macet. Sembari sesekali menyesap kopinya, juga menikmati pancake yang Lisa suapkan ke mulutnya, gadis itu mengemudi. Jam sudah menunjuk pukul setengah lima sekarang. Mereka harusnya sudah sampai di camp militer itu, kalau sedari awal mereka mengikuti rencananya.

Belum jauh mereka keluar dari tempat peristirahatan, handphone Lisa kembali berdering. Kali ini Jiyong yang menelepon, pria itu menelepon Lisa setelah tahu kalau kekasihnya yang akan datang menjemputnya. "Dimana kau parkir?" begitu yang Jiyong tanyakan, sebab Heechul berkata kalau Lisa harusnya sudah sampai sekarang.

"Aku masih di jalan, sebentar lagi sampai," pelan Lisa, sembari terkekeh. "Maaf, tadi aku sempat tersesat," susulnya, buru-buru sebelum Jiyong kesal.

"Ya, dimana kau sekarang?" Jiyong menanggapinya dengan tenang. Mungkin pria itu percaya, kalau kekasihnya benar-benar tersesat. "Sudah masuk ke jalan yang benar?" susulnya, dan mendengar pertanyaan itu, Jennie tidak bisa menahan tawanya. Pertanyaan Jiyong terdengar ambigu bagi Jennie.

"Sudah," singkat Lisa, kali ini sembari memukul pelan bahu Jennie, menyuruh gadis itu berhenti terkekeh. "Tadi aku sedang berbelanja dengan Mone dan Jennie eonni, lalu sekarang Jennie eonni ikut menjemputmu. Tidak apa-apa kan? Heechul oppa memarahiku tadi, karena mengajak Jennie eonni," lapor gadis itu kemudian.

"Kirim lokasimu sekarang," suruh Jiyong dan Lisa benar-benar mengirimnya. Gadis itu merasa aman karena sudah bilang kalau ia sempat salah jalan tadi. Jiyong tidak akan marah—pikirnya. "Whoa! Kau masih jauh sekali," seru Jiyong, setelah ia lihat dimana lokasi kekasihnya sekarang.

"Maaf, tadi aku tersesat," dengan suara memelas, gadis itu kembali berbohong.

"Dimana? Kau hanya perlu mengikuti jalan tolnya."

"Tadi kami sempat keluar tol," sela Jennie, buru-buru mendukung kebohongan temannya. "Kami perlu ke toilet, tidak ada toilet di mobil Lisa. Lalu saat mencari pintu tol lagi, kami tersesat," katanya, dan sekarang Lisa yang mengacungkan ibu jarinya. Bangga pada kerja sama tim mereka sore ini.

"Augh! Yasudah, aku akan menunggu di pos jaga. Kalian akan melihat pos jaganya saat sampai nanti. Tidak perlu turun dari mobil, telepon saja, aku akan langsung ke mobil," pasrah Jiyong. "Hati-hati," pesannya, akan menutup panggilan itu tapi Lisa mencegahnya.

"Oppa! Oppa!" tahan gadis itu. Setelah mematikan koneksi antara handphone dan mobilnya, gadis itu mendekatan handphonenya ke telinga. "Aku membelikanmu kopi, karena bersalah sudah terlambat, maaf ya?" pelannya. Tentu Jennie mendengar ucapannya itu, tapi sekarang gadis itu harus diam dan berlaga tidak mendengar apapun.

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang