37

559 83 14
                                    

***

Pagi ini Lisa tidak tahu kalau Jiyong punya jadwal interview dan sudah pergi bersama Heechul. Gadis itu bahkan tidak tahu kalau Heechul sudah kembali bekerja. Ingat kalau kekasihnya masih di agensi, gadis itu mengemudi sana. Seorang diri ia pergi ke agensi, tanpa memberitahu Jennie yang masih tidur. Ah... Gadis itu berpamitan, pada ibunya Jennie, saat mereka tidak sengaja berpapasan di ruang tengah rumah Jennie. Menyapa kemudian melangkah pergi meninggalkan gedung apartemennya.

Tiba di agensi, Lisa melihat empat orang pendemo termasuk Mone di sana. Gadis itu mengemudikan mobil birunya, membuka jendela mobilnya agar penjaga keamanan membiarkannya masuk. Saat ia datang, para pendemonya—tiga gadis dan satu pria— berlari menghampirinya. Petugas keamanan tentu menghalangi mereka, tapi kalimat yang orang-orang itu teriakan benar-benar menganggu. Di tambah beberapa reporter yang ikut mendekat agar bisa merekam lebih jelas.

"Lisa! Lisa! Jangan takut! Kami akan melindungimu dari predator bejat itu!" seorang pria yang mengaku sebagai penggemarnya, berteriak begitu. Lisa langsung menyesalinya sekarang— harusnya ia tidak datang ke agensi pagi ini. Kedatangannya ternyata membawa keributan.

Lisa berhasil parkir. Tapi orang-orang yang protes terus menerikan hal yang sama. Tentu Lisa sudah berusaha untuk menahannya, berusaha untuk tidak memukul orang-orang itu dan omong kosong mereka. Namun begitu suara Mone masuk ke telinganya, "pria itu tidak pantas untukmu! Kau hanya dimanfaatkan! Jennie lebih pantas untukmu! Kalian saling mencintai!" begitu kata Mone, berteriak hingga Lisa tidak lagi bisa menahan dirinya.

Lisa seorang diri di sana— meski ada petugas keamanan yang tidak dikenalnya. Mendengar Mone berkata begitu, Lisa tidak lagi ingat kalau ia seorang public figure. Ia yang harusnya melangkah masuk ke agensi, justru berjalan menghampiri Mone, berdiri tepat di depan gadis itu dan teman-temannya. Petugas keamanan mengulurkan tangan mereka, menahan agar Lisa tidak terlalu dekat dengan para pendemo itu.

"Kenapa kalian melakukan ini?" tanya Lisa, tanpa ekspresi yang dapat orang lain jelaskan. Gadis itu terlihat sangat marah, tapi ia juga kelihatan sedih sekarang.

"Eonni-"

"Jangan memanggilku begitu, aku bukan eonnimu," potong Lisa. "Aku tidak mau jadi eonnimu," katanya, jelas melukai perasaan empat penggemar di depannya.

Empat orang itu sekarang membeku. Lisa baru saja mematahkan hati mereka. Tapi Lisa merasa dirinya tidak punya pilihan lain, sebelum detik ini hati Mone hancur, hatinya sudah lebih dulu terluka. Aku menyakitinya, seperti dia menyakitiku. Aku hanya membalas perbuatannya— begitu yang Lisa yakini.

Seolah waktu tengah berhenti gerak, Lisa terlarut dalam pikiran-pikirannya sendiri. Ia selami pandangan marah orang-orang di depannya. Mata yang penuh emosi, juga kekecewaan. Lantas Mone membuka mulutnya, suaranya berubah sekarang, terasa begitu dingin seolah penuh dengan kebencian, "kau bertanya karena tidak tahu? Orang tua itu sudah benar-benar merusakmu. Mengecewakan, sangat mengecewakan, kau akan menyesalinya," kata Mone.

Dengan marah, Mone melangkah mundur, ia jatuhkan foto Lisa yang di pegangnya. Light stick merah muda di tangannya yang lain pun jatuh. Foto Lisa diinjak, sedang light sticknya ditendang. Seharusnya Lisa tidak merasa sesedih sekarang, namun melihat perlakuan Mone, membuatnya merasa seolah baru saja putus cinta. Mungkin Mone pun merasa begitu, karenanya ia pergi setelah menghancurkan light stick itu. Menginjaknya beberapa kali sampai jadi serpihan kecil.

Melihat Mone begitu, dua lainnya melangkah pergi. Menyisakan seorang pria yang sedari tadi hanya menonton. Lisa yakin pria itu tidak lebih muda darinya, untuk beberapa saat mereka bertukar tatap. Lantas seorang penjaga sekali lagi mengajak Lisa untuk masuk. Segera masuk sebelum keadaan jadi semakin rumit.

Kali ini Lisa menurutinya. Tidak ia temukan jawaban apa pun atas pertanyaannya, namun bisa ia buat sebuah kesimpulan— Mone membencinya sekarang. Gadis itu tidak lagi akan mengganggunya. Tapi semisal gadis itu mengganggunya, Lisa tidak perlu lagi merasa bersalah karena menuntutnya. Mone bukan lagi penggemarnya.

Belum dua langkah Lisa menjauh, pria yang sedari tadi memegangi fotonya akhirnya buka suara. "Kami... daripada berkencan dengan pria lain, kami lebih suka kalau kau berkencan dengan member lainnya," kata laki-laki itu, menghentikan langkah Lisa lalu membuatnya berbalik, menatapnya.

"Seorang bintang, mereka harus berada di atas, harus melayang di langit untuk jadi bintang. Jika mereka turun dan melakukan hal yang sama seperti orang-orang, mereka tidak akan jadi bintang lagi," orang itu kembali bicara, kali ini dengan tatap dan tangannya yang bergetar. Masih memegangi poster dengan wajah Lisa, namun mulai meremas ujung-ujungnya. "Mereka hanya akan jadi manusia biasa," katanya.

Dari tempatnya berdiri, Lisa bisa mendengar semuanya. Bahkan reporter yang sedari tadi merekam di belakang, mungkin bisa juga mendengar suara itu. Di antara suara kilat kamera, suara pria itu berhasil meraih telinga Lisa, meraih perhatiannya.

"Tapi bintang juga manusia," balas Lisa, yang kakinya langsung lemas karena mendengar suara pria itu yang tiba-tiba meninggi.

Penjaga kembali meminta Lisa masuk sekarang. Bisa mereka rasakan bahaya dari pria yang tiba-tiba berteriak itu. Membentak Lisa, di depan beberapa reporter. "Kau tidak bisa begitu!" bentak lelaki itu, membuat Lisa harus sedikit di dorong agar bisa segera masuk ke dalam agensi, ke dalam tempat yang aman. "Kau tidak boleh bersikap begitu! Ya! Lisa! Kau tidak boleh begitu! Kau tidak boleh berkencan!" pria itu terus berteriak, berusaha mendekat, menggapai Lisa yang sekarang buru-buru melindungi dirinya sendiri, buru-buru masuk ke dalam agensi dan bersembunyi di sana.

***

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang