e

1.2K 104 26
                                    

***

Jiyong akan melangkah masuk bersama Jisoo. Namun pintu di depan mereka tiba-tiba terbuka, dan Lisa muncul di sana. Gadis itu sedikit berlari, berjalan cepat menghampiri kekasihnya. "Ulangi, sekali saja, ulangi," ucap Lisa, membuat Jisoo dan Jiyong sedikit kebingungan. Mereka tidak pernah merencanakan ini sebelumnya.

Lisa yang tiba-tiba muncul kemudian menggandeng Jisoo juga kekasihnya. "Boleh kami ulangi sekali lagi? Boleh ya? Berjalan di red carpet-nya? Ya?" pintanya, pada para pembawa acara sekaligus reporter yang ada di sana. Para reporter tentu tidak peduli, mereka hanya ingin memotret apapun yang terjadi di sana.

"Tahun depan belum tentu kami bertiga akan datang ke acara seperti ini lagi, untuk kenang-kenangan sekali saja. Aku tukar dengan hadiah ulangtahunku tahun depan, ya?" bujuk gadis itu, tapi siapa yang bisa melarangnya? Orang-orang justru terkekeh mendengar keinginannya itu.

Lisa sudah membulatkan tekadnya, meski setelah ini ia mungkin akan dikritik karena ketidak profesionalannya. Hanya demi berfoto di red carpet, Lisa tidak keberatan dibilang berlebihan. Dibilang tidak profesional, bahkan dibilang aneh sekalipun. Meski berfoto bukanlah masalah besar. Seho terkekeh melihat artist-artist Yellow Ent., itu berfoto di red carpet. Jisoo yang berdiri di tengah, seperti konsep yang tadi ia katakan, Sang Putri dengan dua pengawalnya. Mereka berpose dengan beberapa gaya, sampai akhirnya Seho berucap, "sekarang Jisoo kemari lah, biar mereka berfoto berdua," katanya.

"Nanti kalau mereka menikah, foto di sini harus jadi foto prewedding mereka, setuju kan?" Mijoo ikut menggoda keduanya.

Lepas berfoto, ketiganya harus berlari, segera menghilang agar artist selanjutnya bisa cepat-cepat berfoto. Sampai di dalam auditorium, seorang staff mengantar Jisoo dan Jiyong ke tempatnya, sementara Lisa kembali ke atas panggung melakukan pekerjaannya. Malam ini Jisoo mendapatkan penghargaan atas albumnya, begitu juga Jiyong yang memproduseri album itu.

Lagi-lagi mereka berdiri berdua di atas panggung, sedang di sudut panggungnya, Lisa berdiri dengan Bogum. Hanya menonton dari jauh sebab tropi dan bunganya diberikan oleh si pembaca nominasi— Somi dan Eunwoo.

"Lisa, kemari lah, kita menang," kata Jisoo, berbisik lewat microphonenya. Bisikan yang bisa di dengar semua orang dalam auditorium itu. "Aku memenangkan hadiah ini karena bantuan dari banyak staff, Lisa salah satunya, dia staff marketing yang membantuku menjual album-albumku. Lisa-ya, cepat ke sini," suruhnya, sedang Jiyong yang ada di sebelahnya hanya terkekeh melihat sikap Jisoo.

Bahkan dengan balutan gaun merahnya yang elegan itu, Jisoo tetap tidak bisa menyembunyikan sikap kekanakannya. Begitu juga dengan Lisa yang menurutinya— Lisa benar-benar berlari ke panggung, menghampiri Jisoo lalu memeluknya. Berbagi kebahagiaan atas kemenangan itu.

"Untuk semua staff Yellow Ent., yang sangat sedikit, aku benar-benar berterimakasih," kata Jisoo. "Setelah ini aku pastikan kita bisa merekrut pegawai baru, Hyunjin, Jeno, jangan khawatir, akan kita rekrut pegawai baru, iya kan CEO Kwon?" ocehnya, di depan semua orang.

Lepas mendapatkan penghargaan itu, Jisoo dan Jiyong kembali ke tempat mereka. Sedang Lisa harus kembali ke posisinya, kembali menjadi pembawa acara dalam pesta malam ini. Sampai acara itu selesai, Jiyong mengantar Jisoo sampai ke mobilnya. Namun ia tidak pergi bersama van itu. Di depan banyak orang, Jiyong mengantar sang putri, lalu menutup pintu vannya dan kembali ke belakang.

Jiyong kembali ke dalam auditorium, melangkah melewati kursi-kursi yang sudah ditinggalkan, lalu menghampiri Lisa di sebelah panggung. Gadis itu masih berbincang dengan Bogum, juga dengan produser acaranya. Lantas Jiyong menghampiri mereka, tersenyum menyapa Bogum, juga sang produser.

Sebentar mereka berbincang, lalu Lisa berbisik pada kekasihnya, "oppa, pinjam jasmu, dingin sekali di sini," katanya. Jiyong tidak membalasnya, tidak mengatakan apapun tapi tetap melepaskan jasnya, mengopernya pada Lisa sambil terus mengobrol. Bicara dengan Bogum tentang THE BLACK LABEL sampai ke acara-acara selanjutnya.

Lepas berbincang, sembari merangkul bahu kekasihnya, Jiyong melangkah keluar. Lisa yang merangkul pinggang Jiyong, diam-diam berbisik, "mau pergi minum wine? Mumpung sudah pakai baju bagus," katanya, di tengah beberapa mata yang memperhatikan mereka, beberapa kamera yang memotret juga.

"Kau tidak lelah?" balas Jiyong, lantas membuka pintu mobil untuk kekasihnya, lalu mengekor masuk ke dalam. Ke kursi belakang, sebab sudah ada Jeno di kursi pengemudi.

"Sebentar saja," ajak Lisa. "Kapan lagi kita bisa kencan dengan baju begini?" katanya.

"Baiklah, kemana?"

"Hotel- ya!"

Bersamaan, Jiyong dan Lisa berseru. Keduanya berpegang pada sandaran kursi di depan mereka. Mehan diri masing-masing agar tidak membentur sandaran kursi itu. Jeno yang mengemudi tiba-tiba menginjak remnya— dengan sangat kasar, tanpa peringatan.

"Maaf," kata Jeno dari depan. "Aku tidak terbiasa dengan kencan yang... terlalu dewasa," susulnya, sedikit canggung.

"Augh! Kotor sekali otakmu!" sebal Jiyong, pada Jeno yang kembali menyetir. "Hanya minum wine di bar hotel, apa yang dewasa dari itu?!" gerutunya, sebab Jeno selalu bersikap begitu, bahkan setelah berbulan-bulan pria itu tahu kalau mereka berkencan.

"Ahh... Kalian hanya akan minum wine di bar hotel? Lalu pulang? Berarti aku hanya perlu menunggu sebentar, iya kan?" tenang Jeno kemudian.

"Kenapa kau menunggu? Pulang saja. Kami bisa pulang naik taksi, atau kau yang naik taksi, nanti aku cari supir pengganti," jawab Jiyong, namun Lisa justru mengerutkan dahinya.

"Kenapa kita pulang padahal sudah di hotel? Menginap saja sekalian, lalu melakukannya, melakukannya lagi, sekali lagi, sekali lagi, sampai pagi-"

"Noona! Tidak boleh!" seru Jeno, bersikeras kalau Lisa harus pulang ke rumahnya sendiri malam ini. Memaksa Lisa berjanji kalau gadis itu tidak akan menginap di hotel malam ini.

Lisa dan managernya terus berdebat, tentang boleh tidaknya mereka menginap di hotel. Sedang sang CEO yang ada di sana, memilih untuk memejamkan matanya, berpura-pura tidur sampai debat kusir itu berakhir. Dimana pun mereka akan tidur, Jiyong tidak seberapa peduli. Toh dia sudah memberitahu ibunya kalau ia tidak akan pulang malam ini.

***
Sudah... Beneran sudah... Pengen bikin cerita baru aja 😭😭
Karena lagi banyak drama perjodohan, bikin kek gitu juga, gimana?

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang