***
Masih di hari yang sama, tapi setelah mataharinya terbenam. Jam sudah menunjukan pukul sebelas sekarang, waktu yang sangat terlambat untuk bertamu. Tapi meski begitu, Kwon Jiyong tetap menekan bel rumah kekasihnya. Tetap menekan kode pintunya, lalu berjalan masuk dengan banyak barang di tangannya. Koper Lisa, tas jinjingnya, beberapa tas belanja, beberapa paper bag berisi hadiah, Jiyong membawa semuanya masuk.
"Oh! Jennie datang," Lisa berkata dari kamarnya. "Kapan-kapan akan aku kenalkan kalian, sampai nanti, Mone," ucapnya kemudian, baru setelahnya ia melangkah keluar dari kamarnya. Menghampiri Jiyong yang siang tadi bertengkar dengannya.
"Jennie datang?" tanya Jiyong sementara gadis di depannya berdecak.
"Akhirnya oppa mengembalikan barang-barangku," katanya, cepat merebut barang-barang yang ada di tangan kekasihnya.
"Siapa yang kau telepon tadi?"
"Teman," jawabnya, lekas mengambil tas jinjingnya, mengeluarkan handphonenya dari sana. Namun handphone itu masih belum diperbaiki. Layarnya masih pecah, retak karena terinjak. "Kenapa tidak-"
Ia akan mengomel karena handphonenya masih belum diperbaiki, tapi pria di depannya itu sudah lebih dulu mengulurkan satu dari beberapa tas belanjanya. Jiyong membelikannya sebuah handphone baru. Tentu keluaran terbaru, yang bahkan belum dirilis ke publik.
"Oh! Ini belum dirilis!"
"Seorang teman memberikannya padaku," balas Jiyong. "Pakai lah, minggu depan perilisannya. Siapa temanmu?"
"Mone, Han Mone. Aku bertemu dengannya di sekitar agensi, tetangga agensi," kata Lisa, lantas mulai sibuk dengan handphone barunya. "Jangan oppa pikir, aku akan memaafkanmu karena handphone ini, aku masih marah," katanya kemudian.
"Aku juga masih marah," begitu kata lawan bicaranya, yang alih-alih membujuk Lisa untuk memaafkannya, Jiyong justru berjalan keluar. Akan pergi dari unit apartemen itu. "Jangan berteman dengan sembarangan orang. Kau tidak tahu dia baik atau jahat," kata pria itu, memberi pesan sebelum ia benar-benar meninggalkan Lisa, sendirian lagi di rumah.
"Bagaimana aku tahu dia baik atau jahat kalau tidak berteman dulu dengannya? Aneh. Orang aneh," gerutu Lisa, tidak peduli meski ia ditinggalkan sendirian, lagi.
Hari esoknya, Heechul yang datang untuk menjemput Lisa. Manager lapangnya masih sakit, dan Jiyong masih marah padanya. Begitu tiba, Heechul meletakan sarapan di atas meja makan, memberitahu Lisa kalau Jiyong yang menyuruhnya sarapan.
"Dia masih marah?" tanya Lisa, sekarang duduk menikmati sarapannya, semangkuk bubur dengan beberapa porsi kecil lauk lainnya.
"Katanya dia tidak akan menemuimu sampai kau minta maaf," kata Heechul, tentu Lisa tidak tahu pria itu berkata jujur atau berbohong. "Kenapa kalian bertengkar? Kau atau dia yang salah?" tanyanya kemudian, kali ini sembari mengirim beberapa email lewat tabletnya. Ia duduk di depan Lisa, juga dengan menu sarapan yang sama.
"Dia yang salah," balas Lisa. "Dia yang harus minta maaf padaku. Meski maksudnya baik, tapi keadaan kita sekarang tidak memungkinkan untuk cuti lebih lama lagi. Berapa banyak pinalti yang mau dia bayar kalau terus mengekangku di rumah? Anggap saja aku bisa beralasan kalau aku sakit, tapi sampai kapan aku harus berpura-pura sakit? Sampai semua produser itu kesal dan menuntutku? Menuntut agensi? Dia sangat tidak profesional," gerutu Lisa, tetap menikmati buburnya pagi ini.
"Sebagai artist, menjaga kesehatan juga bentuk profesionalitas," kata Heechul menjawabnya. "Coba pikirkan resiko jangka panjangnya. Kalau saat ini kesehatanmu tidak diatasi dengan benar, lalu suatu saat kambuh lagi, bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Manager
FanficG Dragon yang baru kembali dari panggilan wajib militernya, dirumorkan berkencan dengan Kim Jisoo. Padahal member BLACKPINK itu baru saja mengakui berita kencannya. Rumor terus berkembang, jadi semakin seru setiap harinya, hingga G Dragon ketahuan m...