***
Rekaman dilanjutkan, Minjoon langsung pergi setelah memberikan titipan istrinya. Sedang Lisa kembali masuk untuk melihat dan membuka kantong belanja dari Minjoon. Sebuah gaun sederhana sepanjang lutut datang kepadanya siang ini, dan Lisa langsung menelepon Dami karenanya. Lisa menelepon untuk mengatakan kalau ia menyukai bajunya, tentu berterima kasih dan memberitahu Dami kalau ia sedang merekam I Live Alone sekarang. Sembari mencoba baju barunya, Lisa terus menelepon. Lalu dengan pakaian barunya itu, ia berfoto di depan cerminnya.
Lelah dengan semua aktivitasnya, buru-buru Lisa melepaskan lagi gaun barunya, mengganti lagi pakaiannya, lalu melompat ke sofa untuk kembali berbaring. Hanya berbaring sembari bermain dengan handphonenya, bermain game di sana sambil sesekali mengusap kucing-kucing yang mengganggunya. Wilson si boneka beruang yang memangku kepalanya pun sesekali ia usap. Sesekali juga ia tanyai, "dimana kau menginap kemarin, Wilson? Sebelum tidur di rumahku?" katanya, yang tentu tidak pernah dijawab.
"Kau tidak bekerja? Kau hanya berbaring seharian?" berbagai pertanyaan kemudian muncul, dan Lisa hanya bisa terkekeh mengiyakannya.
"Itu hari liburku," kata Lisa. "Aku tidak melakukan banyak hal saat libur," susulnya.
Waktu berlalu sangat lambat hari itu, namun rekamannya dipercepat. Pukul empat sore, Lisa baru bangun dari sofanya, gadis itu melangkah ke kamar mandi, membersihkan dirinya di sana dan keluar setelah selesai. "Kau tidak memakai riasanmu?" Key bertanya, sementara rekamannya tengah menunjukan Lisa yang meninggalkan rumahnya.
"Tidak," kata Lisa di studio.
Dengan pakaian yang sama, Lisa meninggalkan rumahnya sembari membawa sebuah ransel besar. Gadis itu masuk ke dalam lift kemudian menekan tombolnya. Selama beberapa menit ia berdiri di sana, dan baru keluar lagi di lantai dasar. Baru setelahnya mereka tahu kemana Lisa akan pergi—pusat kebugaran.
Seolah sudah terbiasa datang ke sana, Lisa menyapa petugas di dekat pintu masuknya. Gadis itu melangkah masuk sampai ke ruang ganti, berjalan ke sebuah loker, meletakan barang-barangnya di sana dan baru keluar setelah berganti pakaian. Seorang diri, gadis itu berolahraga. Hanya satu jam, sebab setelahnya ia mengeluh kelaparan.
Ransel yang satu jam lalu terlihat kosong, pulang dalam keadaan terisi penuh sekarang. "Aku meninggalkan beberapa pakaianku di loker, dan hari ini semuanya kotor," katanya memberi penjelasan. Kemudian, bukannya langsung masuk ke dalam lift dan pulang, Lisa justru berjalan keluar gedung.
"Ah... makan diluar?" tanya Narae, dan Lisa yang ada di studio menganggukan kepalanya. Sedang Lisa yang ada di rekaman, terus berjalan sampai ke supermarket di gedung sebelah.
Seolah tahu apa yang akan ia makan, Lisa langsung berjalan ke arah tukang daging. Ia memilih daging yang ada di freezer itu, kemudian mengeluarkan handphonenya. "Kau memasak?" Kunst yang terlihat terkejut menoleh pada gadis di sebelahnya. Namun gadis itu menggeleng, bersamaan dengan munculnya suara lain dalam rekaman di depan mereka.
"Kenapa meneleponku?" suara Rose terdengar dalam panggilan Lisa.
"Untuk memasak steak, apa saja yang kau butuhkan?" tanya Lisa kemudian. "Kirim resepnya kepadaku," pintanya.
"Kau akan memasak?" tanya Rose, dan di studio Kunst kembali bersuara—Lisa tidak mungkin memasak. Dia mungkin bisa melakukan apapun, tapi memasak bukan salah satunya.
"Saat Teddy rekaman bersama BLACKPINK, aku berkunjung ke studio mereka," kata Kunst memulai ceritanya. "Di tengah-tengah rekaman, kami semua lapar dan Lisa tiba-tiba berinisiatif untuk memasak mie. Di sana ada mesin untuk memasak mie, tidak mungkin rasa mienya tidak enak, tapi buatan Lisa... bahkan setelah memakai mesin-"
"Kenapa?" Lisa menyela cerita pria itu. "Mienya sudah aku masak dengan sempurna! Dia matang sempurna, airnya pas dan mienya kenyal, apa yang salah?" heran gadis itu, tidak terima kalau mie buatannya dihina.
"Memang, mienya lumayan... tapi... kau tidak memasak sawinya. Itu sawi segar, bukan kimchi, dan baru keluar dari lemari es. Lisa menaruh mienya di mangkuk, lalu menghiasnya dengan potongan sawi segar yang masih keras. Kalau itu mie kuah, sawinya bisa sedikit layu, tapi dia membuat mie goreng juga. Dia pikir kami hamster yang makan sawi mentah. Ditambah Jisoo yang datang dengan sekantong kuaci tapi dari biji labu, aku benar-benar merasa jadi hamster malam itu," Kunst bercerita.
"Ya! Jennie eonni bilang tidak perlu merebus daun bawangnya," tentu Lisa harus membela dirinya. "Aku pikir sawinya juga tidak perlu di rebus. Lagi pula sawi mentah juga enak. Sayuran di salad juga mentah."
"Itu selada!" keluh Kunst, lalu jadi semakin kesal karena malam itu Lisa tidak makan sawinya. Gadis itu hanya menikmati mienya, sembari membuat orang lain menghabiskan sawi mentahnya.
Sementara orang-orang di studio tertawa, Lisa dalam rekamannya melanjutkan proses belanjanya. Dengan bantuan Rose, gadis itu membeli beberapa barang, membayarnya kemudian kembali masuk ke gedung apartemennya. Tapi kali ini, ia tidak pulang ke rumahnya. Gadis itu justru naik dua lantai lebih tinggi, lalu menekan belnya.
Sama seperti Lisa, Jennie pun tidak langsung membuka pintunya. Lisa perlu menelepon, sampai akhirnya Jennie membukakan pintu. "Eonni, aku lapar," katanya sembari mengulurkan barang belanjaannya.
"Apa ini?" tanya Jennie, tahu kalau mereka akan direkam sekarang. Lisa selalu bisa masuk ke rumah Jennie tanpa perlu menekan belnya, namun hari ini, karena mereka akan di rekam, Lisa lebih dulu menekan belnya. Ia tidak bisa memaksa Jennie untuk ikut di rekam bersamanya.
"Steak," jawab Lisa, sementara Jennie membuka kantong yang Lisa berikan, mengecek isinya. "Tapi steaknya perlu dihangatkan dulu," susul gadis itu. "Hangatkan steaknya untukku," katanya sekali lagi.
"Ya! Ini masih mentah! Apanya yang hanya menghangatkan?!" seru Jennie, mengeluarkan daging yang bahkan masih dingin dari dalam kantong belanjaan tadi. "Lalu apa ini? Kenapa kau membeli minyak zaitun sebanyak ini?" katanya, menunjukan sebotol minyak zaitun ukuran dua liter.
"Diskon," santai Lisa, lantas duduk di sofa setelah menyapa anjing peliharaan Jennie. "Hangatkan dagingnya untukku, aku suka medium rare," Lisa masih bersikeras ingin dibuatkan steak sore ini.
"Kenapa kau tidak memesan steak di restoran saja?" heran Jennie, namun tetap bergerak ke dapur rumahnya. Tetap membongkar belanjaan Lisa dan melihat apa saja yang gadis itu beli.
"Hanya ingin," lagi-lagi gadis itu bicara dengan santai. "Aku sedang ingin makan steak buatanmu. Apa yang sedang eonni lakukan tadi?" tanyanya, tidak peduli meski Jennie mengeluh dan menyebutnya merepotkan. Nona merepotkan—begitu sebutan yang Jennie berikan padanya, sore ini.
Berkat Jennie, Lisa bisa makan steak enak sore ini. Mereka makan bersama dan Lisa pergi setelah meninggalkan cuciannya di dalam mesin cuci milik Jennie. Bahkan Jennie tidak tahu kalau Lisa meninggalkan cuciannya di sana. Jennie mungkin baru akan menyadarinya saat episode ini ditayangkan nanti.
Dari apartemen Jennie, Lisa kembali ke rumahnya. Kali ini ia menghabiskan banyak waktu di kamar mandi. Lalu tanpa kembali ke sofa atau ranjangnya, Lisa pergi lagi meninggalkan rumahnya. Ia pergi ke tempat parkir sekarang, melangkah ke mobilnya kemudian mengemudi pergi.
"Kemana kau akan pergi sekarang?" Kian bertanya di studio.
"Menemui Jiyong oppa," kata Lisa, memberi spoiler dari rekaman yang akan mereka lihat nanti, di episode selanjutnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Manager
FanfictionG Dragon yang baru kembali dari panggilan wajib militernya, dirumorkan berkencan dengan Kim Jisoo. Padahal member BLACKPINK itu baru saja mengakui berita kencannya. Rumor terus berkembang, jadi semakin seru setiap harinya, hingga G Dragon ketahuan m...