27

473 71 5
                                    

***

Dari belakang, Lisa juga kekasihnya mendengar suara erangan. Di sana Jennie mengerang, meregangkan otot-otot tubuhnya lalu membuka penutup matanya. Dari kursi penumpang bagian depan, Lisa menoleh, sedang Jiyong tetap mengemudi. Menyetir masuk ke dalam sebuah gedung, menuju ke pintu utamanya.

"Kita sudah sampai tempat peristirahatan?" Jennie bertanya, tanpa lebih dulu melihat sekelilingnya.

"Kita sudah sampai studio," jawab Lisa, masih sembari melihat ke belakang, memperhatikan Jennie yang sekarang berkedip kebingungan.

"Dimana?" tanya Jennie sekali lagi, kali ini sembari melihat sekelilingnya.

Lisa dan Jiyong sudah bertukar tempat, itu hal pertama yang Jennie sadari. Pemandangan di luar pun terlihat sangat familiar sekarang. Mereka ada di depan kantor THE BLACK LABEL. Mobil kemudian berhenti di depan pintu masuknya, dan Jennie menyadari kalau Jiyong sudah berganti pakaian. Pria itu tidak lagi memakai seragam militernya. Hanya kaus hitam dan sebuah celana pendek —juga hitam— yang pria itu kenakan sekarang.

"Kenapa cepat sekali? Aku baru tidur sebentar," Jennie masih keheranan. "Kita tidak mampir tempat peristirahatan?" tanyanya, namun disebelahnya ada sebuah kotak makan yang masih utuh, dengan dua kotak makan lain yang sudah kosong.

Mereka mampir ke tempat peristirahatan tadi. Jiyong turun untuk mengganti pakaiannya, juga membeli tiga kotak makan malam. Bersama kekasihnya pria itu makan di mobil, mengobrol selama beberapa menit dengan Jennie yang tetap terlelap.

"Aku sudah membangunkanmu, tapi eonni tidak mau bangun," kata Lisa. "Itu makan malammu, dan bawalah jeruknya untuk camilan kalian di studio malam ini," suruh Lisa, hanya bisa menunjuk-nunjuk kantong plastik yang ada di kursi belakang, tepat di sebelah Jennie.

"Tidurmu nyenyak sekali, kau bahkan mendengkur," komentar Jiyong.

"Mana mungkin! Aku tidak mendengkur!" protes Jennie, memaksakan dirinya untuk segera sadar, lalu mulai mencari-cari barang yang harus ia bawa turun.

Jennie turun dari mobil itu setelah beberapa menit. Dengan tas jinjingnya, sekotak makan malamnya, sekantong jeruk juga sekantong sampah. "Aku tidak mendengkur," katanya, yang sekarang berdiri tepat di sebelah pintu pengemudi, tepat di sebelah Jiyong yang sengaja membuka jendela mobilnya.

"Ya ya ya, anggap saja begitu," santai Jiyong, yang selanjutnya berpamitan agar Jennie bisa segera naik ke studionya. "Ambil belanjaanmu di rumah Lisa besok," susulnya, sebab enggan membukakan pintu bagasi mobil itu. Enggan juga untuk turun dan membantu Jennie membawa belanjaannya.

"Ah? Aku lupa mengajak mereka mampir," komentar Jennie, tepat setelah mobil itu melaju pergi, meninggalkannya dengan semua barang bawaannya. "Biar saja, mereka juga tidak akan mau mampir," susulnya kemudian, kali ini sembari membuang sampah lalu bergegas naik ke studio rekaman tempat janji temunya.

Malam itu berlalu begitu saja. Karena lelah, Lisa langsung terlelap begitu tiba di rumah. Jiyong pun sama, di rumahnya sendiri. Beberapa menit sebelum terlelap, mereka masih bertukar pesan, lalu pagi datang dan alih-alih cahaya matahari, justru skandal yang lebih dulu menyapa mereka.

"Bukan Jisoo, tapi Lalisa yang jadi orang ketiga dalam hubungan Jennie dan G Dragon?" begitu judul berita yang Lisa lihat di layar handphonenya. Heechul yang mengirim link beritanya, namun ada lebih banyak pesan di sana—dari Jeno juga manager di agensi lama sebelumnya. "Kalian sengaja ya?" begitu pesan selanjutnya yang Heechul kirim. Alasannya, karena foto-foto yang diunggah dalam postingan itu.

Foto pertama, Lisa dan Jennie ada di pusat perbelanjaan, sedang memilih-milih pakaian sembari tertawa. Foto keduanya, ada di tempat peristirahatan, saat Lisa dengan sadar sedang menyuapkan sepotong kecil sosis pada Jennie di depan kedai kopi. Foto ketiganya, si Rolls Royce biru di depan camp militer, dengan G Dragon yang melangkah mendekat. Foto keempatnya, G Dragon masuk ke dalam mobil itu. Kemudian foto terakhir, G Dragon yang sedang bicara dengan Jennie di depan gedung THE BLACK LABEL, lewat jendela mobilnya.

The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang