***
"Untunglah Jennie eonni baik-baik saja," kata Lisa, pada pria yang mengemudi di sebelahnya— Jeno si manager.
Mereka sedang dalam perjalanan ke salon sekarang. Hari ini Lisa harus ke salon, pemotretan, lalu pergi latihan menari. "Aku khawatir Jennie eonni akan kena serangan panik lagi karena berita tadi pagi. Tapi untungnya dia baik-baik saja. Aku berharap dia berhenti membaca komentar-komentar jahat di beritanya," susulnya, karena Jeno tidak segera menanggapi ucapannya.
"Sepertinya justru Heechul hyung yang kena serangan panik," komentar Jeno. "Saking terkejutnya dia dengan berita pagi ini, usus buntunya sampai pecah," katanya kemudian.
"Huh? Usus buntunya sudah pecah? Jiyong oppa bilang ususnya hanya hampir pecah," Lisa menoleh untuk melihat kebenaran dari raut wajah Jeno. Namun pria itu justru menaikan bahunya.
Jeno pun tidak tahu. Kemarin Heechul memang pulang lebih awal untuk pergi ke rumah sakit. Pria itu sudah mengeluh pusing dan sakit di seluruh tubuhnya sejak kemarin lusa. Heechul sempat pulang semalam, tapi pagi tadi Jeno dikabari kalau Heechul kembali ke rumah sakit dengan ambulance. Kedengarannya keadaan pria itu serius, karenanya Lisa memutuskan untuk menelepon Heechul sekarang.
"Tidak ada yang menjawab," kata Lisa, sembari mencoba untuk menelepon sekali lagi. Masih tidak ada jawaban. "Mungkin dia sedang di operasi sekarang? Nanti sore kita mampir ke rumah sakit ya, setelah pemotretan," kata Lisa setelahnya.
"Oh! Noona, tadi pagi ada seorang perempuan aneh datang ke agensi," kata Jeno kemudian, baru mengingat kejadian tadi pagi. "Dia marah karena berita yang muncul hari ini. Saat aku datang, dia menghadangku—apa yang sebenarnya kau kerjakan?! Kenapa berita seperti ini bisa muncul?!— begitu katanya. Aku sangat terkejut tadi pagi, jauh lebih terkejut daripada melihat berita kencanmu," ceritanya, membuat Lisa langsung membulatkan matanya.
"Sungguh? Ada yang datang begitu ke agensi?" tanyanya terkejut.
Jeno mengangguk, membuat sang artis di sebelahnya jadi merasa tidak enak hati. Ia yang berkencan, ia yang sengaja terlibat skandal— meski beritanya jadi sedikit melenceng— tapi managernya yang dimarahi. "Augh... Maaf Jeno-ya, karenaku kau jadi dimarahi orang asing," kata Lisa, pada akhirnya. Apa lagi yang bisa ia katakan sekarang? Meski bukan ia yang memarahi Jeno.
Sang manager lapang itu menggeleng. Mengatakan kalau ia sudah mempersiapkan dirinya— suatu saat aku pasti akan dimarahi penggemarmu, aku sudah siap— begitu katanya. Mencoba untuk menenangkan Lisa yang harus bekerja pagi ini. "Tapi noona," pria itu kembali bicara. "Orang yang noona kencani itu Jiyong hyung kan? Bukan Jennie noona? Kenapa beritanya justru kau berkencan dengan Jennie noona?" tanyanya penasaran.
"Apa maksudmu? Kau tidak tahu siapa yang aku kencani?"
"Aku pikir itu Jiyong hyung? Dia yang paling marah, yang paling khawatir juga saat tragedi mengerikan kemarin terjadi. Dia memusuhiku sampai beberapa hari lalu, karena aku gagal melindungimu. Tapi... Aku tidak tahu," geleng Jeno. "Kalian seperti berkencan, tapi seperti tidak berkencan juga... Ahh... Friendzone? Hubungan tanpa status? Uhm... Friend with benefits? Sesuatu seperti itu? Atau masih pendekatan?" tebaknya, lagi-lagi membuat Lisa keheranan.
"Aku sudah berkencan lama dengannya. Bertahun-tahun, bahkan sebelum berita skandalnya dengan Jennie eonni keluar," aku Lisa, bergantian membuat Jeno melongo keheranan. "Aku bergabung ke agensinya karena aku berkencan dengannya," susul Lisa, sekali lagi membuat Jeno keheranan.
"Sungguhan?" tanya Jeno dan Lisa mengangguk.
"Selama ini kau tidak tahu? Kau sering bertemu dengannya di rumahku? Kau melihatnya makan, mandi dan tidur di rumahku. Bagaimana bisa kau tidak tahu kami berkencan?"
"Dia bilang air di rumahnya mati, karena itu dia ada di rumahmu? Karena kalian tetangga? Bukan begitu?" bingung Jeno, bersamaan dengan sampainya mereka ke salon.
Salon milik Kim Taehyun, seorang hair stylist yang sudah lama sekali bekerja sama dengan Jiyong. Jiyong dan member BIGBANG lainnya sudah seperti anak pemilik salon itu, mereka berlima tidak diizinkan menata rambut di salon lain.
"Air di penthouse mati? Apa itu mungkin?" komentar Lisa, yang langsung keluar dari mobil begitu mobilnya selesaidi parkir. "Sebenarnya kau itu benar-benar polos atau bodoh?" herannya. Sama seperti Lisa, Jeno pun keheranan sekarang.
Lisa yang melangkah lebih dulu, menginjakkan kakinya ke dalam salon lalu menyapa beberapa pekerja yang sudah lama dikenalnya. Jiyong sering mengajaknya berkencan di sana, menjadikan rambutnya sebagai alasan untuk bertemu. Kami tidak sengaja bertemu di salon— begitu alasan yang kemudian akan ia katakan.
Sembari mengekor, Jeno tetap mengungkapkan ketidak percayaannya. Jiyong lebih sering menemani Jisoo daripada Lisa. Jiyong lebih sering pergi ke lokasi syuting Jisoo daripada menemani Lisa pemotretan. Jiyong lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Jisoo, bagaimana mungkin ia mengencani Lisa?—begitu pendapat Jeno. Bagaimana bisa, Lisa sama sekali tidak cemburu padahal kekasihnya pergi kemana-mana dengan wanita lain?— Jeno tidak bisa mempercayainya.
"Lalu setiap kali meeting kalian juga bertengkar," kata Jeno, sementara Lisa yang mendengar semua ocehannya, sudah duduk di depan cermin, siap ditata rambutnya juga dirias wajahnya. "Kalau kalian memang berkencan, kenapa noona tidak marah padahal kekasihmu berteriak padamu? Noona suka pria red flag begitu?" ucapnya, masih meragukan pengakuan Lisa tadi.
"Ya. Jeno-ya, di ruang meeting dia bukan kekasihku dan aku juga bukan kekasihnya. Di ruang meeting kami hanya aktris dan CEO agensinya. Tentu saja dia berteriak padaku di ruang meeting, karena aku juga berteriak padanya. Tapi... Soal red flag sepertinya tidak," geleng Lisa, hanya dua kali, karena seorang penata rambut langsung memegangi kepalanya agar tidak bergerak. "Berapa lama kau bisa menunggu kekasihmu yang terlambat?" tanyanya kemudian.
Jeno terdiam sekarang. Sembari menggerakkan matanya ke atas, seolah ingin berfikir sembari menatap alisnya sendiri, Jeno kemudian berkata, "dua jam? Tidak, satu jam? Kekasihku tidak pernah terlambat, aku selalu menjemputnya di rumah. Kalau dia belum siap, mungkin aku harus menunggunya sekitar satu jam? Tapi kenapa noona bertanya?" jawabnya.
"Semalam Jiyong oppa menungguku hampir dua jam di depan camp militernya. Dia berdiri di depan pos jaga, menungguku. Aku yakin di sana banyak nyamuk," kata Lisa. "Bahkan saat aku datang sampai saat ini, dia tidak marah. Jadi kau lebih suka bermain daripada menemuiku?! Jadi belanja lebih penting daripada aku?!— dia tidak bilang begitu."
"Kenapa? Dia takut padamu?" tebak Jeno, lagi-lagi membuat Lisa tidak habis pikir dengan semua komentarnya itu.
"Ya! Bagian mana dari wajahku yang bisa membuatnya takut?! Augh! Menyebalkan sekali! Kau sangat menyebalkan," gerutu Lisa.
"Bagaimana bisa kau bilang wajah cantik yang menggemaskan ini menakutkan, tuan manager?" penata rambut yang sedari tadi ada di sana ikut bersuara, membuat Lisa merasa dibela meski tahu sang penata rambut itu tidak sungguh-sungguh memujinya. Penata rambut itu hanya ingin pelanggannya merasa cantik, merasa senang dan menyukainya.
"Iya kan? Tega sekali," Lisa masih menggerutu. "Tapi... Dimana Taehyun eonni? Dia tidak ke salon hari ini?" tanyanya kemudian, pada karyawan salon yang sekarang mengerjakan rambutnya.
"Nyonya Kim pergi ke set syuting Jisoo, Tuan Kwon yang memintanya ke sana," jawabnya.
Lepas mendengar jawaban itu, Jeno menunduk, mendekatkan wajahnya ke telinga Lisa. "Lihat kan noona? Jiyong hyung lebih perhatian pada Jisoo noona daripada padamu, kalian sungguh berkencan?" ledek Jeno, membuat Lisa hampir berhasil menjambaknya, kalau saja dia penata rambut tidak menghentikan mereka. Lisa harus diam, tetap di posisinya agar urusan mereka bisa segera selesai.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Manager
FanfictionG Dragon yang baru kembali dari panggilan wajib militernya, dirumorkan berkencan dengan Kim Jisoo. Padahal member BLACKPINK itu baru saja mengakui berita kencannya. Rumor terus berkembang, jadi semakin seru setiap harinya, hingga G Dragon ketahuan m...