ASSALAMU'ALLAIKUM.
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.HAPPY READING!
πππ
Semoga suka ya sama ceritanya, Aamiin.
Jangan lupa sholawat ^^
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
___
“Seperti tenangnya bulan dalam keterasingan awan.”
-----
Waktu terus berjalan. Satu minggu telah berlalu. Tentang kehilangan kemarin, masih membekas sampai saat ini. Ada yang bilang, waktu bisa menyembuhkan segalanya. Tapi tetap saja, perasaan tidak bisa berbohong.
Kenangan tentang seseorang yang lalu tidak akan pernah pergi dalam memori ingatan. Entah itu waktu yang singkat, ataupun yang lama. Entah itu orangnya masih ada, ataupun tidak ada.
Kita tidak bisa membantah bahwasanya pertemuan memang milik perpisahan. Itu memang nyata. Perpisahan oleh kematian adalah hal yang sudah jelas. Bahkan jauh sebelum kita bertemu dengan seseorang manapun. Karna Allah SWT berfirman, 'Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu di kembalikan.'
(QS. Al-Ankabut 57.)Dunia itu hanya kesenangan yang palsu. Kematian itu sudah pasti. Sudah seberapa banyak amal yang kita bawa nanti untuk menghadapi kematian?
Apapun yang ada di dunia ini, tidak ada yang abadi. Semuanya hanya sementara. Begitupun seseorang, dia akan kembali jika masa hidupnya sudah habis.
Zayra kini berada di pantai seorang diri. Duduk di tepi sambil menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah cantiknya.
Cardigan panjang dengan motif bunga berwarna biru muda dan putih, rok panjang berwarna hitam dan hijab menutup dada berwarna hitam juga dipakai oleh Zayra. Perempuan itu hanya diam menatap senja di ujung pantai. Kemudian, diamnya berganti dengan sebuah curhatan.
"Rindu. Padahal baru tujuh hari. Ternyata, mengikhlaskan itu seni luka yang paling dalam."
"Kapan ya, Al, aku berdamai dengan kehilangan? Karna siap tidak siap, nanti aku juga bakal bertemu lagi dengan kehilangan -kehilangan selanjutnya." Ucap Zayra. Pada seseorang yang tidak akan dia temukan lagi di dunia ini.
"Aku mau menyampaikan sesuatu sama kamu, Al. Pantai dan senja di sore ini menjadi saksinya, banyak yang rindu kamu, Al. Aku sebutin, ya? Orang tua kamu, keluarga dan saudara kamu, teman-teman kamu, orang-orang yang pernah merasakan kebaikan kamu, dan, aku juga..."
Dan, aku juga... Setelah mengucapkan kata itu, Zayra memejamkan matanya yang tanpa disadari, air matanya ikut turun.
"Allah itu Maha Baik. Tujuh belas tahun kamu hidup di dunia ini, Dia mentakdirkan dan mengizinkan aku untuk menjadi salah satu manusia yang mengenal kamu."
"Alvaro, suatu hari nanti di tempat manusia yang sebenarnya, akan aku ceritakan betapa tersiksanya jiwa dan hati ini dalam kerinduan kepadamu."
"Maaf jika aku belum ikhlas dengan kepergian kamu, Al. Tenang aja, insyaaAllah, akan kok, tapi ada waktunya, dan bukan sekarang."
"Mengikhlaskan bukan berarti lupa. Al, meskipun kamu sudah tidak ada, tapi semua hal tentang kamu dan moment-moment pada saat itu, masih tertata rapi dan disimpan dengan baik di memori ingatan."
Ikhlas itu tidak bisa langsung, ada fase tersiksa, terpaksa, lalu terbiasa.
Tring
Satu notifikasi dari ponsel Zayra berbunyi. Kemudian, dia mengambil dan mengecek siapa yang mengirimnya pesan.
Ummi nya. Wanita paruh baya itu menyuruhnya untuk pulang. Karna hari sudah semakin larut. Senja juga akan bersiap untuk pergi.
"Senja pergi, lalu kembali lagi. Sedangkan kamu tidak akan pernah bisa kembali lagi ya, Al? Aku berdo'a dan berharap semoga Allah mempertemukan kita di kehidupan selanjutnya."
Setelah meluapkan semua rasa kerinduannya, Zayra beranjak dari duduknya. Tak lupa mengambil tas yang tadi ia simpan di sebelahnya.
Zayra berbalik badan dan berjalan untuk segera pulang. Baru lima langkah kakinya melangkah, suara seseorang menghentikannya.
"Waktu itu terus berjalan. Kapan keluar dari keterpurukan kehilangan dia? Keluar dan bahagia. Buka lembar baru, tutup lembar lama, tanpa harus membuangnya."
Deg
Perlahan, Zayra membalikkan tubuhnya kembali. Seseorang itu ternyata berdiri membelakanginya. Zayra tidak kenal sama sekali. Namun, dua huruf di belakang jaketnya membuat dia spontan berucap. Seperti dejavu memanggil nama seseorang.
"Al...?"
"Huruf depan yang lo ucapkan salah." Kata lelaki itu. Jeda sesaat, "Gue El."
_____
*
*
*
*
*Hai hai! Kalian apa kabar? Semoga sehat selalu, ya. Semoga bulan oktober ini banyak bahagia nya, dan di kasih kesabaran yang luas jika sedang diberi ujian, aamiin. Jangan nyerah, tetep semangat!! Okey???
Alhamdulilah. Gimana gais? Seneng nggak, setelah END ada extra part nya?
Seneng dong ya, hehe.
KIRA-KIRA, SIAPAKAH COWO ITU???
NGGAK TAU, YAAA??? XIXI, KASIAN 🙏🏻
BERCANDYAAA~~~ BERCANDYAAA~~~
AKUU ADA KABAR BAHAGIA LOH!!! NANTI BAKAL ADA SEQUEL DARI CERITA ALZA!!! INSYAALLAH, TUNGGU AJA YA GAISSS!!
Udah sih itu aja, bye bye!!! <<333
Btw, jangan baca doang, vote nya mana? gratis kan gaisss, wkwk? ( ꈍᴗꈍ)
Tinggalkan jejak, janlup vote & komen ^^💗
⚠️JADIKAN AL-QUR'AN SEBAIK-BAIK BACAAN⚠️
⚠️JANGAN BACA KETIKA WAKTU SHALAT, JANGAN HANYA KARNA BACAAN INI, KALIAN MELALAIKAN KEWAJIBAN KALIAN⚠️
Jazakallahu khairan ...
Jangan lupa bersyukur!❤
Follow akun wattpad, ig dan tiktok saya juga!
@ wp.iamriliaVOTE & KOMEN NYA JGN LUPA,GRATIS LHO!
BIAR TAMBAH SEMANGAT UPDATENYA ⛅⛅- Senin, 2 Oktober - 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZA [END]
General Fiction"Gimana rasanya mencintai seorang perempuan yang paham agama? Sedangkan gue sendiri sangat jauh dari agama." . . . [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA] Mohon maaf jika ada kesamaan dalam nama tokoh, atau alur cerita karna KETIDAKSENGAJAAN ataupun hal yan...