SELAMAT MEMBACA! ❤️
———————————————————————
Kantin kampus menjadi tempat favorit para mahasiswa yang sedang dilanda kelaparan. Bian memang bukan mahasiswa terkenal. Tapi, siapa sih yang tidak kenal seorang Biantara Kivandra? Sosok lelaki tampan yang berbakat di bidang sastra, ramah, dan juga tidak sombong.
Sebenarnya, itu hanyalah luarnya saja. Bian itu tengil bukan main jika tengah bersama orang-orang terdekatnya. Bian mungkin terlihat sempurna di mata para wanita yang mengejarnya dan berharap menjadi kekasihnya. Namun, tetap saja Bian itu manusia biasa yang punya kekurangan —kurang akhlak misalnya—. Tapi, Bian sangat menjunjung tinggi adab dan akhlak terhadap orang-orang disekitarnya —kecuali pada keenam sahabatnya, dan saudara kembarnya, Vanya.—
"Lo liat Renja nggak, Bi?" Tanya Jaya yang baru saja datang.
"Loh? Bukannya kemaren lo bilang mau bareng sama dia?"
Matilah kau, Jayaraga Aksa. Kemarin malam, di grup chat mereka bertujuh, Renja sempat meminta jemput siapapun yang bisa menjemputnya untuk ke kampus karena ban mobilnya masih bocor. Dan Jaya menawarkan diri untuk menjemputnya.
"Jay? Jangan bilang ..."
"JAYA! EMANG MANUSIA KEPARAT LO!" Bian dan Jaya langsung melirik ke arah sumber suara.
"Kacau ini mah. Gue nggak ikutan," Janu langsung menyeruput sisa es teh manisnya, lalu pergi begitu saja.
"Anjir lah! Gue juga ogah. Masih pagi udah denger keributan rumah tangga!" Sambil terkikik, Catur pun langsung pergi menyusul Janu.
"Lo nggak bakal kayak mereka kan, Na?" Tanya Jaya sambil melirik ke arah Nayaka.
"Gue ditungguin cewek gue! Bye!" Nayaka pun langsung berlari sambil menepuk pelan pundak Renja yang raut mukanya sudah mengerikan.
"Janu, Catur, Nayaka, gue pecat jadi sahabat ya lo bertiga!" Gumam Jaya.
"Yang ada juga lo yang gue pecat jadi sahabat!" Kata Renja yang baru saja datang.
"Ya ampun, Ren! Sorry banget gue lupaaaa!" Kata Jaya dengan tatapan memohon. Bian dan Pandu hanya bisa diam sambil menahan tawa.
"Sora sori sora sori. Lu nggak liat gue udah sekusut ini?" Tanya Renja.
"Liat. Tapi, lu kan emang selalu kusut, Ren!" Kata Jaya polos.
Demi mie ayam bu Ririn yang ada di kantin. Omongan Jaya benar-benar tidak disaring. Jaya seperti menyerahkan diri untuk dibuat botak oleh Renjana. Badan Jaya memang besar, berisi, dan sangat proporsional. Tapi, Jaya bisa setakut itu pada Renjana yang bahkan ukuran badannya sangat jauh dibawahnya.
"Boleh gue seret nggak, nih?" Tanya Renja.
"Weeeeeiiittsss ... sabar dulu, Ren! Tarik napaaaas, tahaaaan! Udah. Tahan aja terus!"
"Bajingan!"
Renjana menggeplak pundak Bian dengan buku yang ia pegang. Bian memang terkadang tidak bisa membaca situasi. Tapi, itulah Bian. Sasaran keisengan Bian adalah Renjana, Janu, Jaya, dan juga Nayaka.
"Udah, Ren! Kan lo juga udah nyampe. Terus lo, Jay! Minta maaf lo sama Renja!"
"Gue minta maaf, Ren ... Tapi, sumpah! Gue lupa karena gue juga bangun kesiangan tadi!" Kata Jaya.
Renja menghela napas berat, "Ya udahlah. Ayo ke kelas dulu!"
Memang jika dalam keadaan seperti ini, Pandu lah yang selalu menengahi. Selain sifat Pandu yang selalu terlihat tenang, Pandu adalah orang yang paling banyak tertawa. Itulah sebabnya Pandu tidak suka jika ada konflik dalam persahabatan mereka. Pandu lebih suka melihat mereka menjahili satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA ✔
Fanfic"Bahkan, setelah gue tahu perjuangan gue akan semakin sulit, gue akan tetap memerjuangkan apa yang menurut gue layak untuk diperjuangkan!" -Biantara Kivandra