SELAMAT MEMBACA! ❤️
———————————————————————
Dalam suatu hubungan, diperlukan banyak sekali perjuangan. Sesuai janjinya, dua minggu setelah Bian pulang dari pantai bersama keenam sahabatnya, Bian mengajak Kalani untuk diperkenalkan pada keluarganya. Bian sengaja membawa Kalani bertepatan dengan acara syukuran kecil-kecilan ulang tahun Bian dan Vanya, yang dihadiri oleh Om, Tante, dan para sepupu Bian dan Vanya. Tentu saja dengan keenam sahabatnya. Mereka sudah seperti paket lengkap yang tidak bisa dipisahkan.
"Kamu yakin mau ajak aku langsung ketemu sama keluarga besar kamu?" Tanya Kalani yang kini sudah berada dalam mobil Bian.
Bian yang tengah menyetir pun sedikit terkekeh, "Kamu kenapa, sih? Kayak nggak pernah pacaran aja."
"Kalau dikenalin kayak gini, aku emang belum pernah."
"Hah?" Kata Bian tidak percaya.
"Jangankan dikenalin ke keluarganya. Dikenalin ke teman-temannya aja aku dikenalin sebagai teman juga." Jawab Kalani.
"Dapet darimana sih kamu cowok modelan begitu?" Tanya Bian sebal.
"Kok jadi kamu yang marah?"
"Aku nggak marah, Sayaaang. Aku nanya." Kata Bian lembut.
Kalani yang sebal pun tidak menjawab pertanyaan Bian.
"Berarti, aku boleh sombong, dong? Aku berani nih ngajak kamu ketemu keluarga aku. Malah, aku jadi teman main caturnya Papa kamu. Mana pernah di bilang calon menantu lagi." Kata Bian sambil tertawa.
"Kapan?" Tanya Kalani kaget.
"Waktu kedua kalinya aku datang ke rumah kamu. Kamunya sih nggak ada. Kamu lagi sibuk bikin teh buat Papa kamu. Jadi, kamu calon istri aku, nih?" Kata Bian sambil tergelak.
"Bisa diem, nggak?"
"Iya, Sayaaaang! Jangan dong! Ampuuun!" Pekik Bian karena Kalani mencubit pinggangnya.
"Sebel banget lagian."
"Sebel apa cinta nih sama aku?" Goda Bian.
"Ngomong sekali lagi, aku pukul kamu, ya?"
"Dicium aja nggak, sih?"
"BIANTARA!"
"Oke. Aku diem, Sayang." Kata Bian sambil susah payah menahan tawa. Ekspresi Kalani memang tidak pernah gagal jika Bian sedang menggodanya.
———————————————————————
Suasana rumah begitu ramai dengan kehadiran saudara-saudara Bian. Kalani benar-benar gugup. Namun, Bian menggenggam erat tangannya. Meyakinkan Kalani, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Ma, Pa, ini Kalani. Pacar Bian." Kata Bian to the point. Bian bukanlah orang yang suka bertele-tele.
"Oh, ini yang bikin si Adek suka nyanyi-nyanyi nggak jelas?" Goda Papa sambil mendekat ke arah Kalani.
"Papa! Jangan digituin! Kasian!" Kata Mama yang mengekor di belakang Papa.
"Ini Kalani, ya?"
"Iya, Tante." Kata Kalani sambil mencium tangan Mama dan Papa Bian.
"Udah makan, belum? Makan dulu, yuk! Bareng tuh sama sepupu nya Bian. Sama Vanya juga ada di belakang." Kata Mama.
Kalani hanya mengangguk segan.
"MAAAA ... BIAN UDAH ADA BELUM?" Teriak Vanya dari arah dapur.
"BERISIK, WOY! GUE DISINI!" Balas Bian tak kalah keras yang membuat Kalani sedikit meringis.

KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA ✔
Hayran Kurgu"Bahkan, setelah gue tahu perjuangan gue akan semakin sulit, gue akan tetap memerjuangkan apa yang menurut gue layak untuk diperjuangkan!" -Biantara Kivandra