SELAMAT MEMBACA! ❤️
-------------------
Hujan masih setia mengguyur bumi. Malam pun semakin larut. Bian belum juga bisa di hubungi. Papa yang baru saja pulang pun memilih untuk menunggu terlebih dahulu. Jika sudah pukul sebelas malam Bian tak kunjung pulang, maka Papa yang akan langsung turun mencarinya. Mama tengah mengobati Vanya yang demam karena hujan. Belum lagi sesak napasnya yang kambuh karena kedinginan.
"Ma, itu Bian beneran belum pulang?" Tanya Vanya cemas.
"Iya, Kak. Mungkin hujan. Tunggu aja, ya?" Kata Mama menenangkan. Sejujurnya, Mama juga cemas.
Vanya hanya mengangguk. Mama pun langsung mematikan lampu kamar Vanya, lalu keluar dan menutup pintu kamar Vanya.
Bukannya tidur, Vanya malah mengambil ponselnya yang baterainya baru terisi sekitar 23 persen. Vanya menyalakan ponselnya, lalu mengetik pesan tanpa ada kata ragu atau pun gengsi.
To: Bian Bocil
Kamu dimana? Aku udah di rumah. Cepet pulang! Mama cemas banget
"Nggak aktif? Ada gila-gilanya ini anak!" Gerutu Vanya ketika mendapati ponsel Bian tidak aktif.
Vanya lalu bangkit dari kasurnya. Vanya berjalan ke arah pintu, lalu membukanya. Vanya melihat ke arah pintu kamar Bian yang tepat berada di sebelah kamarnya.
"Kamu dimana, sih? Tadi katanya pas aku pulang, bakal ikut pulang! Kok nggak datang terus?" Batin Vanya cemas. Bagaimana pun, mereka berdua sudah bersama. Bahkan, sebelum mereka dilahirkan ke dunia.
Kepala Vanya terasa pusing. Badannya panas. Vanya benar-benar cemas. Vanya tidak menyangka, jika pertengkarannya dengan Bian pagi itu akan berbuntut seperti ini. Vanya pun memilih untuk kembali ke kasurnya, lalu benar-benar memutuskan untuk tidur.
-------------------
Jam sudah menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Mama dan Papa masih harap-harap cemas menunggu Bian. Bahkan, Papa sudah memakai jaketnya, dan mengambil kunci mobil untuk mencari Bian.
Papa segera membuka pintu garasi, lalu masuk ke dalam mobilnya. Namun, samar-samar Papa melihat Bian yang masuk ke pagar rumah sambil menuntun motornya.
"Loh? Adek?" Papa buru-buru keluar dari mobilnya, lalu menghampiri Bian yang baru saja masuk ke garasi.
"Kamu dari mana aja, Dek?" Tanya Papa cemas.
"Nyari Kakak." Jawab Bian seadanya. Badannya menggigil, bibirnya gemetar, dan tentu saja dengan bajunya yang basah kuyup.
Papa langsung mengambilkan Bian handuk. Setelah berganti pakaian, Mama membuatkan segelas susu coklat hangat untuk Bian. Bian pun menempelkan telapak tangannya di gelas itu untuk sedikit menghangatkan badannya.
"Kakak udah pulang kan, Ma?" Tanya Bian sambil gemetar.
"Udah. Kakak udah tidur. Kamu juga tidur, ya! Panas banget badannya, Dek! Kamu demam ini!" Kata Mama.
"Maafin Adek." Kata Bian pelan.
Papa mengelus pucuk kepala Bian, "Papa mau ngobrol sama Adek, sama Kakak juga besok. Adek sekarang tidur dulu!" Kata Papa. Bian puj menghabiskan segelas susu buatan Mama hingga tandas, lalu pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA ✔
Fiksi Penggemar"Bahkan, setelah gue tahu perjuangan gue akan semakin sulit, gue akan tetap memerjuangkan apa yang menurut gue layak untuk diperjuangkan!" -Biantara Kivandra