34. MANJANYA KALANI

170 21 3
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Banda Neira - Sampai Jadi Debu)
---------------------

Aroma cokelat yang menyeruak, juga setoples keripik singkong yang kini ada di samping Kalani, menjadi teman mereka malam ini. Suasana rumah Kalani sangat sepi. Karena, Papa Kalani mengabarkan akan lembur. Jadilah di rumah hanya ada Kalani, dan Bu Yanti yang akan menginap jika Kalani tengah sendirian.

Bian dan Kalani kini tengah berada di ruang TV. Dengan Bian yang fokus menonton film, dan Kalani yang tengah tertidur di paha Bian sambil membaca novel kesukaannya. Meskipun pandangangannya fokus pada film, namun tangan Bian mengusap-usap kepala Kalani dengan lembut.

Ditengah-tengah film, Bian mendengar isakan kecil dari Kalani. Bian pun menunduk. "Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Bian mengangkat sedikit kepala Kalani, lalu mengubah sedikit posisi duduknya.

"Sayang, kamu kenapa, deh? Tiba-tiba banget nangis. Coba sini bangun dulu!"

Bian akhirnya mengangkat tubuh Kalani agar bangun, lalu duduk menghadap Kalani.

"Ada yang sakit? Atau kamu mau kita keluar aja? Makan, yuk! Kamu mau makan apa?" tanya Bian lembut sambil menyeka sisa-sisa air mata di pipi Kalani.

Kalani menggeleng. "Aku sedih. Masa si cowok di novelnya meninggal? Kasian banget ceweknya. Sakit banget hati aku." adu Kalani.

Bian bingung entah harus bereaksi seperti apa. Ingin turut sedih, tapi wajah menggemaskan Kalani saat menangis lebih menggoda untuk di tertawakan.

Bian hanya bisa mengulum senyum, lalu menarik Kalani kedalam pelukannya. "Kamu pasti sedih banget, ya?"

"Iya. Makannya, kamu jangan kemana-mana!" ucapnya dalam pelukan Bian.

"Aku mau kemana emang? Ngelantur kamu!" Bian benar-benar gemas dengan tingkah Kalani.

Kalani semakin menelusupkan wajahnya di dada Bian. Bian pun semakin mengeratkan pelukannya, lalu mengelus surai indah milik Kalani.

"Oh iya. Kamu tadi ngajak aku makan, kan?" Kalani mendongak untuk melihat wajah Bian.

Bian pun menunduk, lalu mengecup singkat kening Kalani. Bian sangat senang jika Kalani sedang mode manja seperti ini. "Iya, Sayang. Kamu laper, kan? Ayok siap-siap! Kita makan diluar."

"Aku nggak mau makan diluar." Kata Kalani seraya melepaskan pelukannya dengan Bian.

Bian mengerutkan alisnya bingung. "Jadi, kamu mau makan apa?"

"Kamu yang masak." ucap Kalani sambil tertawa kecil.

"Kamu beneran ngelantur! Aku? Masak? Aku nyentuh alat dapur aja si Vanya ngomel-ngomel. Dan kamu nyuruh aku masak?" Bian tidak percaya dengan keinginan Kalani.

"Kan ada aku, Sayang... Aku bantuin, kok! Aku beneran pengen makan makanan yang kamu bikin!" seru Kalani.

Bian yang melihat kilat kebahagiaan di mata Kalani pun akhirnya luluh.

"Ya udah, kita masak sekarang ya, Sayang!" kata Bian.

Dengan wajah yang benar-benar bahagia, Kalani pun bangkit, lalu menarik Bian untuk berjalan ke arah dapur.

●○•♡•○●

Vanya tengah menonton drama kesukaannya di kamarnya. Sudah dua hari, Vanya tidak ingin bertemu dengan Pandu. Entahlah, akhir-akhir ini Vanya merasa jika Pandu itu menyebalkan. Saat tengah asyik, Vanya mendengar ketukan di pintu kamarnya.

"Kakak, ini Mama. Boleh masuk?"

"Masuk aja, Ma!" sahut Vanya.

"Kakak, ada Pandu tuh di bawah. Temuin, gih!" kata Mama di balik pintu.

"Nggak, ah. Kakak lagi nggak mau ketemu dia."

"Kak, kasian loh. Mama buatin dia teh hangat, ya? Kasian kedinginan kayaknya."

"Nggak usah, Ma. Biarin aja!" balas Vanya.

Mama pun hanga menggeleng, lalu kembali menutup pintu kamar Vanya.

"Nggak, ya. Pokoknya gue masih marah sama lo, Ndu!" gerutu Vanya.

Namun, tak lama terdengar kembali ketukan di pintunya.

Dengan hati yang kesal, Vanya turun dari kasurnya, lalu membuka pintu.

"Ma, kan Kakak udah bilang kalau Kakak nggak mau ketemuㅡ"

"Nggak mau ketemu siapa, Sayang?"

Sial. Ternyata, Pandu yang mengetuk pintu kamar Vanya. Vanya yang merasa panik pun berusaha untuk kembali masuk ke kamarnya. Namun, pintunya mampu ditahan oleh Pandu.

"Cukup ngehindar dari akunya, Sayang. Coba sini marah-marah depan aku! Coba sini ngedumel depan aku! Aku dengerin."

"Udah, deh. Aku capek banget hari ini." kata Vanya pasrah.

"Nih, makannya aku beliin kamu eskrim yang banyak." Pandu memperlihatkan banyak eskrim di kresek yang sedari tadi ia bawa.

"Kamu nyogok aku?"

"Nggak gitu... kan waktu itu kamu bilang pengen es krim yang banyak. Tapi, nggak aku kasih karena kamu lagi flu. Ya udah kalau kamu nggak mau, aku simpan di bawah aja biar nanti sama Mama kamu di masukin freezer. Biar Bian aja yang makan. Biar ngga mubadzir."

"Enak aja. Aku mau!"

Pandu seketika tertawa melihat wanitanya itu.

"Ya udah, ayo turun! Makan di bawah. Sebagian lagi masukin kulkas. Udah ada yang meleleh ini, Sayang."

Pada akhirnya, Vanya pun menuruti Pandu untuk turun kebawahㅡdemi eskrim dan juga sebenarnya, Vanya juga kangen pada kekasihnya itu.

●○•♡•○●

Bian benar-benar memasak untuk Kalani. Walaupun hanya sebatas sosis pedas manis, namun entah kenapa membuat Kalani rasanya sangat bahagia. Apalagi, ketika melihat Bian begitu telaten menyiapkan segalanya. Kalani sedikit heran. Padahal, Bian tidak terlihat seperti orang yang tidak bisa memasak. Namun, entah kenapa selalu ribut dengan Vanya jika tentang masalah dapur.

"Sayang, aku liat-liat kamu itu bisa masak. Kenapa kamu suka ribut sama Vanya tentang ini?" tanya Kalani ditengah-tengah makannya.

"Sebenarnya, aku bukan nggak bisa masak. Cuma, sering ngerecokin Mama sama Vanya aja. Makannya dia sering ngamuk." jelas Bian sambil tertawa.

"Ini enak banget, tau! Kalau nanti aku mau masakan kamu lagi, kamu mau masakin lagi, nggak?"

"as long as you want, dear... kalau aku bisa, aku masakin. Pelan-pelan makannya, Sayang!" kata Bian sambil mengusap sisi bibir Kalani dengan jempolnya.

"Kalau aku mau masakan yang kamu nggak bisa bikinnya?"

"Aku bakal belajar buat masakan itu." jawab Bian. Kalani hanya tersenyum.

Bian menatap wajah Kalani. Betapa beruntungnya ia bisa memiliki Kalani. Meskipun sempat terpisah, nyatanya perasaan mereka tidak pernah berubah.

"Untuk saat ini, aku nggak bisa menjanjikan kamu apa-apa. Tapi, Kalani... Selama aku mampu, akan aku pastikan senyuman itu selalu terukir di wajah cantik kamu." batin Bian.
-
-
-
bersambung...

nggak lama lagi updatenya, kan? wkwkwk

Love, Grace ❤️

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang