33. DOUBLE DATE?

167 20 3
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

---------------------

Kekosongan yang kini sudah terisi, nyatanya mampu mengubah suasana hati. Semenjak Bian dan Kalani kembali bersama, Bian menjadi seseorang yang lebih banyak tertawa. Hal itu pun disadari oleh sang kakak, Vanya. Vanya merasa jika kehadiran Kalani sebegitu berartinya untuk Bian. Mungkin, Bian bukanlah sosok laki-laki yang romantis. Namun, Vanya mengakui jika Bian itu memang sosok lelaki yang banyak sekali bersikap manis dibanding dirinya.

"Dek, jalan bareng, yuk!" ajak Vanya pada Bian yang tengah menonton film.

"Ogah! Ajak si Pandu aja sono! Gue lagi males banget keluar!" Bukan Bian jika tidak menguji kesabaran Vanya.

Vanya melempar bantal sofa yang sedari tadi ia peluk. "Nggak sekarang juga lah, bego! Maksud gue tuh kita udah lama nggak jalan bareng! Ajakin cowok gue sama cewek lo juga!"

Bian menatap Vanya. "Double date maksud lo?"

Vanya mengangguk malas. "Anggap aja itu dah."

"Ceileeeeeh! Bilang aja lu mau berduaan sama si Pandu!" Goda Bian sambil mencolek dagu Vanya.

"Kalo gue mau berduaan sama si Pandu, nggak mungkin gue ngajak lu lah, goblok! Ah, males banget gue punya adek otak udang!"

Bian yang melihat kakaknya terpancing emosi pun seketika meledakkan tawanya. Sehari tanpa memancing emosi Vanya itu rasanya seperti sayur asem buatan Vanya. Selalu hambar.

"Emang lo ngizinin kalau gue liburan berdua sama Pandu?" tanya Vanya tiba-tiba.

Bian yang tengah tertawa pun seketika langsung berhenti. "Ya nggak lah, bego! Enak aja si Pandu bawa-bawa lu kemana-mana sebelum di nikahin! Gua gampar bolak-balik tuh bocah!" Bian bersungut-sungut dan membuat Vanya tergelak.

"Nah, kan. Ngaco banget lagian." ujar Vanya.

Bian pun terdiam, sambil berpikir. "Eh, tapi boleh sih, Kak. Seru juga. Ayok deh kapan?!" ajak Bian.

"Gue tanya si Pandu dulu." kata Vanya.

Bian hanya mengangguk.

"Kalani gimana?" tanya Vanya.

"Kalau sebulan ini, dia lagi free. Gue udah tau jadwal dia."

"Iye dah si paling tahu." ledek Vanya.

"Kita nginep jangan, Bi?" tanya Vanya lagi.

"Nggak lah, bego! Mau di gibeng sama bapak lu?"

"Bapak lu juga by the way."

"Oh, iya juga."

Vanya hanya bisa menghela napas berat dengan tingkah kembarannya itu.

●○•♡•○●

Bian mengira jika Vanya hanya asal berbicara saja saat itu. Setelah melalui perdebatan yang panjang antar kakak-beradik ini, nyatanya hari ini tiba juga. Hari dimana mereka benar-benar mengadakan double date. Sebenarnya, Bian sedikit jijik melihat Pandu yang notabennya sahabat—tai nya itu bermanja-manja pada kakaknya. Namun, Bian tak bisa berbuat banyak. Toh kelakuan Pandu sama saja seperti kelakuannya pada Kalani.

"Ini kita pisah mobil, apa barengan?" tanya Pandu sambil menenteng dua tas—tentu saja milik Vanya.

"Pisah mobil aja. Gue gedeg liat lu menye-menye sama si Vanya!" sahut Bian.

"Nggak, nggak! Masa pisah, sih? Bareng aja!" sergah Vanya.

"Kak?"

"Apa? Ayo berangkat! Pake mobil gue! Kuncinya dimana ya, Dek?" tanya Vanya pada Bian.

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang