31. TEMPAT UNTUK PULANG

233 26 12
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Suara Kayu, Feby Putri - Kembali Pulang)
---------------------

Hujan lebat yang turun sore hari, terpaksa menahan tujuh sekawan yang kini tengah menunggu waktu untuk pulang. Rintik yang turun, juga rasa dingin yang memeluk, membuat Bian sibuk dengan lamunannya. Sebenarnya, hal yang ia pikirkan tidaklah terlalu berat. Hanya tentang kebimbangan perasaan, yang sebenarnya ia sendiri pun sudah tahu kemana arah jawabannya.

"Hujan nih. Jadi nggak bisa pulang." celetuk Bian tiba-tiba.

Dengan kecepatan kilat, Jaya langsung meninju lengan Bian. "Lo kan bawa mobil, goblok!"

"Lah, iya juga. Ngapain gue diem disini?"

"Gue tahu lo bloon. Tapi, gue nggak tahu kalau selain bloon, lo juga bego." sambar Catur yang dihadiahi tawa keras oleh Pandu.

"Bedanya apa, Tur?" tanya Janu sambil meminum es boba kesukaannya.

Catur menghela napas berat. "Lo jangan bikin beban pikiran gue makin banyak, nyet! Hal kayak begitu aja segala lo tanyain."

"Gue nanya doang, babi! Ternyata, nggak tahu juga." balas Janu tak mau kalah.

"LO BERDUA RIBUT, GUA SIRAM SATU SATU YA, JING! RECET AMAT KAYAK CICAK KAWIN!" sembur Renjana.

"Gas ke rumah gue nggak, sih?" tanya Pandu tiba-tiba.

"Lah gue mah ayok. Yang lain?" sambung Nayaka.

"Udah, nyet! Pada dateng lo semua! Ayok, gas balik!" ajak Pandu sambil mencangklongkan tasnya.

"Gue bawa motor, anjir! Masa motornya gue tinggal di kampus?" kata Nayaka.

Pandu tertawa kecil. "Oh, iya. Sekarang gue yang lupa."

"Di otak lo isinya si Vanya mulu, sih! Jadi bego!" ledek Bian.

Pandu tersenyum hambar, "Jangan gitu dong, calon adik ipar! Ini sebagai bukti kalau gue mencintai kakak lo setulus hati."

Padahal, dalam hatinya, Pandu sudah menyiapkan berbagai macam umpatan dan sumpah serapah untuk Bian. Tapi, ia tahan. Karena bagaimana pun juga, Pandu tidak ingin mengorbankan hubungannya dengan Vanya yang notabennya kembaran Bian. Entah Pandu harus merasa bersyukur, atau merasa sial tentang hal ini. Yang jelas, Pandu sangat mencintai Vanya.

"Lo pada jijik nggak sih dengernya?" tanya Nayaka sambil bergidik ngeri.

"Tiba-tiba gue mual banget, bangsat!" sambung Renjana.

Pandu yang merasa di ledek pun hanya bisa terkekeh.

"Ayok buruan jalan! Mumpung udah reda!" ajak Catur.

●○•♡•○●

Dua minggu setelah kedatangan Bian ke rumah Bu Yanti dan bertemu dengan Papanya, Kalani pun pulang dan kembali tinggal bersama Papanya. Berbagai kalimat maaf yang terlontar, dan banyaknya pelukan yang Kalani terima, menjadi gerbang pembuka untuk Kalani dan Papanya saling menghargai atas apapun yang menjadi kehendak pribadi. Papanya bahkan sudah mengizinkan jika Kalani ingin kembali pada Bian.

Sungguh, itu adalah keinginan Kalani yang tak pernah berubah sejak lama. Namun, Kalani hanya bisa menanggapinya dengan senyuman getir. Kalani memang masih sangat mencintai Bian. Namun, Kalani tak pernah tahu bagaimana perasaan Bian sekarang.

"Kamu nggak ada niat balik lagi sama aku, Bi?" Kalani menatap rintik hujan dari balik jendela kamarnya. 

"Papa udah ngasih aku izin buat kembali lagi sama kamu. Tapi, aku serakah nggak, sih? Terus, kesannya aku juga egois banget. Setelah aku bikin kamu hancur, sekarang aku malah berharap kamu bisa kembali lagi." sambungnya.

LENGKARA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang